Road Test Suzuki Hayabusa: Menjawab Ekspektasi Fanatis yang Skeptis
Banyak yang mencibirnya, tapi kami membuktikannya.
Kami tentu tak perlu lagi memperkenalkan motor ini. Siapapun akan tahu bahwa ini adalah Suzuki Hayabusa. Film Biker Boyz adalah salah satu yang menegaskan keunggulan motor ini, tapi bagi para penggemar Suzuki dan superbike, sang kuda besi punya arti lebih. Sejarah motor ini aalah tentang melaju cepat menembus angin, mematahkan prinsip fisika dengan handlingnya dan tampil dengan desain yang sangat menantang untuk mengukuhkan posisinya di hati siapapun yang melihatnya.
Lalu, apakah Hayabusa terbaru hadir dengan standar setinggi yang sudah ditetapkannya sejak dulu? Apakah penurunan tenaga memengaruhi hasratnya pada kecepatan? Apakah tajinya sudah kian tumpul? Mungkinkah sistem elektronik canggihnya malah membuatnya jadi cemen? Ikuti ulasan kami untuk mengetahui jawabannya.
Desain
Suzuki Hayabusa generasi sebelumnya terlihat sangat lebar dan jelek. Nampak dirancang dengan tujuan mengoptimalkan sisi aerodinamika sebaik mungkin. Hayabusa terbaru masih dirancang dengan kepribadian yang sama, dengan imbuhan noktah-noktah tajam untuk memperbaruinya.
Ia selesai berevolusi dari monster yang jelek jadi monster-yang lebih tampan. Parasnya berhias lampu LED yang eksentrik khas Hayabusa lama. Sedikit berbeda adalah paruh paruh fairing bagian bawah yang menajam kebawah untuk menelan udara sebanyak mungkin.
Tapi desainnya tetap monoton, tak ada yang luar biasa. Sebagai contoh, coba tengok buntutnya. Oke, ia memang lebih ramping dan tetap terlihat lebih lebar dari milik Kim Kardashian, Untungnya, punuk aneh kini dipangkas menjadi lebih rata dan jadi buritan yang sedikit lebih keren.
Saya pribadi juga akan menafikan hadirnya aksen kromium di fairing. Terlalu lebay dan tidak pada tempatnya. Mungkin, akan lebih enak dilihat jika disajikan dalam format Piano Black atau Putih Gading.
Ergonomis
Di atas kertas, Suzuki tak mengubah triangulasi posisi berkendara terlalu banyak. Setang hanya ditarik 12 mm ke arah pengendara, sementara tinggi jok direndahkan 5 mm dan kini jadi di level 800 mm dari tanah. Ketimbang membuatnya lebih nyaman, postur seperti ini malah bagi kami sedikit memberi tekanan. Tentunya tidak seberat dan membuat pegal seperti motor sport 1.000 cc. Namun, bukan juga pengalaman berkendara paling nyaman di superbike yang pernah kami coba.
Lebih kepada suasana permainan, ia memang tetap dalam format berkendara sport. Sementara dua variabel yang kami sebut sudah berkontribusi, bentuk tangki bensin yang baru punya andil lebih besar dan vital di sini. Anda bisa mengangkang dengan proporsional di situ. Lengan bisa mendekap dengan baik dan rapat ketika dibutuhkan, dan asyiknya juga bisa jadi landasan yang aman ketika harus miring.
Dengan bobot 266 kg, tentu bukan perkara mudah untuk mengendarainya di kecepatan rendah. Tapi di luar dugaan, ia lebih mudah dihandle ketimbang sebelumnya. Nampaknya inilah efek positif dari setang yang lebih dekat dan rangka mesin yang direvisi. Mengatasi polisi tidur juga bukan pekerjaan berat baginya. Ground clearance 125 mm seperti meragukan untuk melewatinya, Alhamdulillah, perut sang monster berbadan besar tetap aman saja ketika kami biarkan melewatinya.
Mesin dan Performa
Jangan biarkan lembar spesifikasi membuat Anda meragukan bahwa mesin 1.340 cc 4-silinder segarisnya tak punya potensi galak. Ya, tenaga dan torsi memang cuma 190 PS dan 150 Nm dibanding 197 PS dan 155 Nm yang ada di Hayabusa sebelumnya. Namun yang tak diberi tahu di brosur adalah tarikan di putaran tengahnya yang membaik dan berimbas positif pada performanya secara keseluruhan.
0-100 kmph | 0-160 kmph | 0-402 m | |
Hayabusa 2021 | 3.38 seconds | 5.97 seconds | 10.78s at 218.73kmph |
Hayabusa 2019 | 4.08 seconds | 6.56 seconds | 11.16s at 217.27kmph |
Coba jambak saja tuas gasnya dan Hayabusa akan membawa Anda ke kecepatan tinggi yang mengaburkan pandangan. Ia akan meluncur cepat dari posisi start tanpa problem. Bahkan, dengan segala pembaruannya, kami bisa mengajaknya berakselerasi semudah model lamanya di landasan terbang. Dalam kondisi jalan lembab, Hayabusa terbaru mematahkan semua rekor yang kami catat sebelumnya.
Kecepatan maksimumnya hanya sedikit sempat kami rasakan. Ia mencoba menahan setelah kami bawa di atas 200/220 kpj. Pada model sebelumnya, kami bisa mencapai sedikit lebih tinggi dengan jarak yang lebih pendek.
Ya, walaupun motor ini tak bisa menunjukkan kemampuannya untuk memburu angka 300 kpj di speedometer, performanya terkompensasi dengan tarikan menengahnya yang galak dan punya karakter berbeda. Juga, memperluas range performanya untuk berbagai skenario pengendaraan.
Ia juga kami pastikan akan bisa bersaing dengan model lama di trek. Limpahan torsinya dari putaran serendah 2.000 rpm akan membuat Anda jatuh cinta. Di gigi enam, motor bisa berada di kecepatan 100 kpj dalam putaran hanya 3.250 rpm saja, yang artinya masih ada stok 6.000 rpm lagi untuk menjawab dahaga Anda akan kecepatan.
Yang akan membuat Anda jatuh cinta padanya adalah betapa mudahnya ia melaju di jalanan kota yang padat. Tak susah untuk menjaga 35 kpj di gigi atas, yang sangat mengejutkan untuk komposisi mesin seperti ini. Koplingnya memang kadang-kadang agak berat, begitu pula dengan gasnya.
Ada tiga mode default untuk pengendaraan dan tiga mode user personal. Warisan dari Hayabusa sebelumnya, tetap ada settingan tersendiri untuk throttle map, traction control, wheelie control dan engine braking. Dari ketiga mode, kami temukam mode B yang menyajikan pengalaman paling baik untuk beragam tipe pengendaraan. Tenaganya terdistribusikan dengan baik dan tak terlalu brutal, kontrol traksi masih hadir dengan lembut dan tak perlu takut roda depan terangkat.
Mode A tentu untuk pengedara yang lebih berpengalaman. Respon mesin lebih tajam, kontrol traksi lebih longgar dan wheelie masih dimungkinkan. Oke, Anda memang perlu hati-hati di mode ini, namun ini bagi kami adalah yang paling mengasyikkan. Mode C bagi kami terlalu membatasi segalanya dan menghilangkan kesenangan dari sang Hayabusa.
Pengendalian dan Pengendaraan
Suzuki merasa konstruksi sasis terbaik untuk menopangnya adalah frame twin-spar dan swingarm aluminium. Lagi, dari atas kertas tertulis wheelbase 1.480 mm dan ukuran ban 120/70-R17 juga 190/0/R17 tak berubah. Yang berubah drastis dan alasan utama kenapa motor ini lebih asyik dikendarai adalah geometri sasisnya.
Sudut rake ditajamkan jadi 23 derajat dari 24,2. Trailnya juga dipangkas sebanyak 8 mm jadi cuma 90 mm, dan figur-figur ini membentuknya jadi spesies yang berbeda. Ketidakstabilan yang sempat kami rasa di Hayabusa generasi sebelumnya sudah sirna dan berganti jadi karakter motor yang patuh dikendalikan dan sigap saat memburu ujung tikungan. Tentu ia tak akan bisa jadi motor yang paling tajam di sana, namun dengan proporsinya, ini lebih dari cukup. Ia bisa dengan mudah direbahkan, stabil saat miring dan menerkam tikungan dengan penuh vitlaitas.
Ban Bridgestone Battlax Hypersport S22s terbaru cukup baik. Bahkan di bagian cukup basah yang sempat kami lintasi, ia tak kehilangan performanya. Bahkan begitu kontrol traksi dimatikan, mesin masih bisa ban ini bisa meredam tenaga tanpa perlu tergelincir.
Suzuki tetap tampil sederhana pada konfigurasi suspensinya, masih mengadopsi model KYB adjustable dari gen pendahulu. Spring rate memang direvisi untuk memungkinkan pengendaran yang lebih supel. Dalam kondisi standar, ia cukup gemulai menaklukkan jalanan yang jelek. Bantingannya masih bisa ditolerir tanpa terasa mendem sama sekali.
Sama seperti generasi sebelumnya juga, Hayabusa terbaru masih punya tumit yang sangat kuat berkat rem yang mantap. Di kakinya ada Brembo Stylema dengan rotor 330 mm, walau demikian remnya masih tak sebagus motor lain dengan peranti sama. Fase awal pengereman memang terasa solid, remnya menggigit dengan ganas. Namun fase berikutnya kami rasa bisa lebih baik, karena tuas rem terasa kopong walau deselerasi tetap terjadi. Proses pengereman juga tak secepat yang kami harapkan.
Varian
Ada dua skema warna yang bisa dipilih; Glass Sparkle Black-Candy Burnt Gold dan Metallic Matte Sword Silver-Candy Daring Red. Khusus untuk pasar India, Suzuki membawa sejumlah motor berkelir Brilliant White-Mettalic Matte Stellar Blue yang langsung habis dibeli konsumen fanatis. Nampaknya warna ini tak akan dijual lagi dalam waktu dekat.
Simpulan
Generasi ketiga Suzuki Hayabusa sekarang memilih jalan berbeda dibanding leluhurnya, jalur yang lebih sporty dan tak terlalu hyper-touring. Tujuan mulianya sudah berganti dari membuat Anda jadi yang tercepat di lintasan lurus ke melaju kencang ke mana saja. Dia mau menerkam setiap tikungan, ia mau Anda membesutnya dengan cepat, ia mau Anda makin waspada. Tampilannya sukses menutup bobotnya yang menyeramkan dan juga menyenangkan dipakai harian.
Kesulitannya memang tak bisa memberikan kenyamanan sofa mewah ketika melaju menembus kecepatan 250 kpj. Mereka yang sangat menyukai Hayabusa sebelumnya pasti akan marah pada saya, tapi hanya mengejar kecepatan puncak semata, bagi saya terlalu berlebihan, terlebih di tahun 2021.
Apa yang dilakukan Suzuki pada Hayabusa terbaru saya rasa sukses mempertahankan trah legendarisnya dan membuatnya bisa dicintai penggemar yang lebih muda.
Dan melihat bagaimana motor ini laris dibeli adalah jaminan bahwa popularitas Hayabusa tidak akan pernah luruh.
Reviewer: Jehan Adil Darukhanawala (Bikedekho)
Alih bahasa: Ivan Hermawan
Baca juga: Road Test Royal Enfield Meteor 350: Potensi di Balik Tampilan Sederhana
-
Jelajahi Suzuki GSX R150
Model Motor Suzuki
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Populer
Video Motor Suzuki GSX R150 Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
147.3
|
149.16
|
149.8
|
155
|
147.3
|
Tenaga Maksimal
18.9
|
16.8
|
16.36
|
19
|
18.9
|
Torsi Maksimal
14 Nm
|
14.4 Nm
|
14.5 Nm
|
14.7 Nm
|
14 Nm
|
Jenis Mesin
4-Stroke, Liquid Cooled, DOHC
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4 Valve, DOHC, Liquid Cooled Engine
|
4-Stroke, SOHC
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valve, Liquid-Cooled, VVA, SOHC Engine
|
4-Stroke, Liquid Cooled, DOHC
|
Jumlah silinder
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Tren Sport
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Suzuki GSX R150 dari Zigwheels
- Motovaganza
- Artikel Feature