First Ride Vespa GTV Sei Giorni II: Sejauh Mana Relevansi Tema Balap Dalam Konteks Performa?
Edisi kedua seri Vespa GTV Sei Giorni Selasa kemarin mendarat di Tanah Air. Bahkan dengan harga lebih murah Rp 35 juta dari versi pertama, tepatnya dijual Rp 155 juta OTR Jakarta. Padahal ada kenaikan performa signifikan ketimbang yang lama. Bukan sekadar revisi wajah minor. Dan dua hari setelahnya kami langsung kebagian mencicipi si Vespa spesial satu ini.
Sayang agendanya memang mini test ride. Jaraknya tidak jauh, dari kawasan Gunawarman hingga komplek olahraga gagasan Bung Karno di Senayan. Tapi paling tidak, beberapa variabel bisa kami ceritakan. Soal sejauh mana titel dan tema balap ia pertanggung jawabkan dalam konteks performa?
Bagi yang belum paham, Sei Giorni secara harfiah artinya enam hari jika diterjemahkan dari bahasa Italia. Dan hal itu merupakan cerita soal kiprah Vespa memenangkan sembilan gelar juara balap ketahanan selama enam hari. Tepatnya di Varese, Italia, 69 tahun silam. Saat bentuknya masih serba membulat seperti serangga, serta memakai lampu utama di sepatbor depan. Atau spesies yang kerap kita juluki Douglas.
Sebab itulah GTV dipilih sebagai basis penerjemahan kisah legenda. Sebab memang saudara dekat GTS itu menjadi successor Douglas di era Vespa modern. Asal tahu saja, sebetulnya GTV sudah discontinue di Tanah Air. Terakhir versi standarnya pakai mesin 250 cc. Dan sejak 2018 (First Edition) sampai sekarang, edisi khusus jadi opsi tunggal jika mendambakan bodi model begini.
Baca juga: Dijamin Ngiler, Inilah 5 Vespa Edisi Terbatas yang Layak Jadi Koleksi
Tidak tertera ubahan besar dari segi wujud. Baik dikomparasi dengan edisi satu, maupun GTV standar masa lalu. Kami kira panel-panel bodi masih mentah diaplikasi dari yang lama. Guratnya persis. Namun perihal aksesori diubah supaya relevan dengan gaya Vespa masa kini.
Misal, lampu belakang. Bentuk mikanya identik generasi GTS 300 maupun 150 keluaran anyar. Lebih berlekuk dan segar dilihat. Walau samar-samar terlihat sama. Fasad juga ketambahan hidung mancung, alias dasi beralur menyudut. Menjalar vertikal dari ujung atas tebeng depan sampai bawah. Plus, lubang klakson dengan tiga baris “V” ala seri sporty Vespa.
Perintilan baru berikutnya ialah lampu senja, dengan imbuhan DRL. Sementara bongkah headlight tak diubah. Malah tetap mengandalkan halogen alias cahaya kuning. Tapi buat segmentasi motor begini, siapa juga yang mau mempeributkan antara dioda dan bohlam? Mereka tak bakal peduli.
Sisanya, mirip-mirip. Grafis angka enam menjadi ciri khas yang dipertahankan dari generasi satu. Menempel di shield, juga di tepong kanan. Tenang, tak berlebihan. Proporsinya masih enak dilihat. Masih terbilang minimalis meski mengusung tema balap. Sementara bodi, hanya disediakan satu opsi warna: Grey Titanio. Cat abu-abu gelap dengan finishing matte.
Dan demi memperkuat karakter, sadel tunggal dijadikan bawaan standar. Tepian jok ini berbungkus bahan kulit. Namun di tengahnya memiliki alur garis-garis, juga dilapis bahan seperti beludru. Sangat-sangat mencerminkan jok balap.
Bagian pentingnya, amunisi lawas ditanggalkan. Diganti jenis HPE (High Performance Engine) satu basis seperti di balik bak besi GTS 300 Super Tech. Artinya memiliki persepsi ubahan serupa pula. Dari mulai klep, piston, tekanan injektor, serta ECU Magneti Marelli ada di dalam rangkaian.
Baca juga: Vespa GTS Super Tech 300 (Part-1): Rupa Tak Semenggugah Isi
Persisnya, volume silinder bersih jadi 278 cc SOHC empat katup. Namun ada sedikit diferensiasi perolehan output. Di GTS 300, total menghasilkan 23,4 Hp di 8.250 rpm dan torsi 26 Nm pada 5.250 rpm. Sementara Sei Giorni, pabrik mengatakan daya maksimal 22,7 Hp di 8.500 rpm serta torsi 25,5 Nm pada 5.500 rpm. Selisih dalam hitungan desimal, serta memiliki pencapaian output pada putaran lebih tinggi. Entah bagian mana yang berbeda, jujur kami belum mendapat informasinya.
Tapi saat dicoba langsung, sangat-sangat memukau. Adanya selisih daya sama sekali tak terasa. Justru, mesinnya seperti lebih beringas. Seketika setelah selongsong diputar habis, tenaga sepenuhnya keluar. Tajam. Bahkan saat di putaran atas. Tidak terasa flat sama sekali. Mengapa bisa begitu?
Nyatanya, ada variabel penting di sini. Sei Giorni hadir tanpa ASR (Anti Slip Regulation), atau dalam bahasa umumnya kontrol traksi. Ekstraksi tenaga secara langsung diterjemahkan ke roda belakang tanpa diganggu komputer. Begitu saja memutar ban belakang. Beda dengan GTS Super Tech yang bisa dinyala matikan sistem penjaga traksinya.
Lantas, kenapa bisa lebih terasa beringas? Menurut hipotesa kami, semua itu juga berkat penanggalan perangkat elektronik. Satu, Sei Giorni tak mendapat komponen kontrol traksi. Lebih penting, dashboardnya konvensional. Memakai model analog dan digital yang minimalis. Plus, stang dibiarkan telanjang tanpa dibungkus cover apapun.
Tentu bakal berdampak terhadap bobot bukan? Mengingat Super Tech punya layar instrumen full digital canggih. Yang biasanya memengaruhi total berat. Belum lagi stang dibungkus panel, serta adanya beberapa komponen canggih lain. Sei Giorni bersolek sebagaimana harusnya GTV, simpel.
Impresi menikung kurang lebih sama dengan GTS Super Tech. Suspensi cukup memuaskan waktu dibawa manuver tajam. Empuk, tapi tak terlalu empuk. Sehingga tidak limbung. Toh konfigurasi kaki-kaki sama-sama pakai helical spring di depan dan dua shock breaker belakang dengan empat setelan. Hanya saja, posisi titik berat di belakang memang agak lama merespons kala hendak menuntaskan tikungan.
Kalau soal deselerasi, kami kira juga beda tipis. Komponen rem merupakan kombinasi dua cakram 220 mm depan belakang, menempel di roda 12 inci. Tentunya dengan sensor ABS dua kanal yang paten. Tak bisa dinyala-matikan. Toh cakup pandangnya ini motor aspal, jadi memang begitu seharusnya.
Agak disayangkan, sesi kencan tak begitu lama. Hanya hitungan jam. Sesungguhnya kami masih penasaran seperti apa jika dibawa lama. Hal-hal seperti panas mesin dan putaran kipas radiator berisik seperti di Super Tech belum bisa diketahui. Lagi pula jalurnya kebanyakan kosong. Belum macet-macetan.
Tapi dalam gambaran besar, motor ini rasanya punya tema balap yang dipertanggungjawabkan dari segi performa. Buat ukuran skuter, kami cukup terpuaskan. Selain itu, bentuknya begitu unik dan eksklusif. Mengingat tak ada lagi GTV lain di Indonesia. Sayang tak ada informasi seberapa sedikit populasinya dan jatah jualan PT Piaggio Indonesia. Yang pasti unit yang kami uji ini, memiliki plat identitas unit nomor 2000an dari seluruh dunia. (Hlm/Tom)
Baca juga: Test Ride Royal Alloy GP200S: Selisik Perbekalan Sang Pendatang tanpa Seremoni (Part-1)
-
Jelajahi Vespa GTV
Model Motor Vespa
Promo Vespa GTV, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Populer
Video Motor Vespa GTV Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
Kapasitas
278
|
278.3
|
-
|
465
|
Jenis Mesin
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valves, SOHC Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valve, Liquid Cooled Engine
|
-
|
Inline Twin Cylinder, 4-Stroke, 8-Valve, Liquid-cooled Engine
|
Mode Berkendara
Street
|
Street, Road
|
Street
|
-
|
|
Tren Scooter
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Vespa GTV dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review