World EV Day 2020: Ketika LiveWire Memporak-porandakan Akal Sehat
Sepemahaman saya, jika mengendarai Harley-Davidson selama dua hari, maka telinga akan terngiang dengan suara mesin v-twin yang meraung. Tapi ternyata saya belum banyak tahu, bahwa performa motor sekecil ini yang kesetanan, bisa sangat mempesona. Sepanjang jalan, saya hanya bisa mengumpat dengan seluruh diksi kata-kata kotor yang pernah tak sengaja saya keluarkan, seiring dengan kecepatan yang tak pernah mereda. Saya benar-benar belum pernah melaju ke kecepatan 100 kpj dalam tempo sesingkat itu bukan cuma di atas motor Harley-Davidson, namun dalam mobil sekali pun. Inilah pertemuan pertama saya dengan LiveWire, motor Harley yang paling tidak Harley.
Proyek paling ambisius Harley-Davidson sepanjang masa, selesai sekitar tahun lalu saat Live-Wire versi produksi dirilis. Bagaimana tidak, brand ini sampai mengubah jargon perusahaannya menjadi "More Roads to Harley-Davidson," dengan LiveWire sebagai permata mahkotanya. Kenapa tidak? Toh selama ini Harley selalu sukses menyajikan motor-motor di luar batas ekspetasi. Dan mereka jadi salah satu brand ternama yang berani terjun ke pasar motor elektrik. Misi mereka diumbar bukan untuk membuat motor tercepat atau punya handling terbaik lewat model ini, melainkan untuk memberi sedikit kisi-kisi bahwa beginilah Harley-Davidson di masa depan.
Di India, motor elektrik dengan performa terbaik yang pernah kami coba adalah Ather 450X. Pendahulunya, 450 punya performa yang cukup sebagai motor listrik. Sementara, mode Warp 450X, menyajikan sensasi yang -kalau boleh saya bilang- kocak. Toh, Ather 450X tetap saja skuter, kecepattan tertingginya diset hanya 80 kpj. Ketika bisa mencapai 80 kpj dalam waktu 10 detik, sangat bisa dimengerti.
Seperlima perjalanan tes saya bersama LiveWire, rasanya seperti kencing di celana. Oh Tuhan, saya benar-benar melihat bagaimana jalanan di sekitar berubah jadi garis-garis buram. Untuk membayangkannya, silahkan tonton film Star Wars. Kapal luar angkasa Millenium Falcon yang bergerak dengan kecepatan cahaya, punya visualisasinya. Bukit Malaga di India jadi saksinya, bagi petualangan empat jurnalis otomotif dan satu petinggi Harley melintas dengan cepat tanpa meninggalkan bekas, kecuali suara gemericit roda dan lengkingan motor listrik.
Suaranya benar-benar menyihir. Ya, ada suara pada motor tanpa silinder ini. Jangan percaya dula apa kata para haters. Insinyur Harley sudah mengatur akustik mesin elektriknya agar mencipta gemuruh angin di unitnya. Mereka tak mau tampil murahan dengan memberi speaker yang memberi suara mesin palsu. Ini adalah irama baru, yang harus Anda pahami jika mengendarai motor ini.
Motor ini bagai sebuah pencerahan, ya, pencerahan. Motor elektrisnya, ada di bawah baterai yang dilapis cairan pendingin yang sangat besar (ya, pendingin cairan, meskipun ada banyak sirip). Frame twin spar tampak kokoh merangkul semua pencipta daya ini. Tak ada tuas kopling, tak ada girboks. Beberapa menit pertama, otak saya terus-terusan memerintahkan tangan dan kaki kiri untuk mengoperasikan kopling dan gigi. Padahal, tak ada dua tuas itu, tapi selama perjalanan, kaki kiri saya tak pernah berhenti memainkan tuas gigi imajiner yang dibayangkan otak, karena kebiasaan.
Tak cuma itu. Keindahan kendaraan listrik, adalah mereka sangat serba guna dibandingkan model bermesin cetus api. Sensasi yang sama bisa kami rasakan saat ngegas hingga 150 kpj, lalu sekejap menikung dan melaju dengan nyaman di kecepatan 40 kpj. Sungguh luar biasa. Tak ada rasa menghentak atau canggung begitu diajak pelan. Pun motor ini sangat tenang saat harus berhenti di lampu merah. Sama saja membawa skuter, atau Honda Africa Twin dengan girboks DCT. Kalau pada Harley biasa, suara dan getaran mesin, maka saat idle, motor listrik ini menyajikan nuansa detak-detak konstan. Tujuannya, agar Anda tak lupa, bahwa motor ini masih menyala.
Anda bisa mengontrol bagaimana tingkah laku LiveWire di berbagai lintasan via layar sentuh LCD-nya. Lumayan interaktif dan intuitif. Seluruh perangkat cerdas pemandu pengendaraan ada di situ. Dan karena durasi tes yang terbatas, masuk akal jika saya membiarkan semua pengaturan apa adanya.
Yang cukup sering saya mainkan adalah pengaturan regenerasi energinya. Mengatur intervensi cukup mudah dengan menggeser tuas kanan dan kiri. Pada settingan tertinggi, proses regeneratif akan sangat aktif menyedot energi sehingga kami hampir tak perlu mengerem untuk memperlambat laju. Dengan intervensi regeneratif terendah, motor masih bisa sliding sedikit namun masih ada redaman dari sistem yang membuat kita harus siaga mengerem. Tapi tentu bukan berarti mengecewakan sama sekali. Toh ada rem khas Brembo, merek yang piawai menjaga deselerasi roda dua.
Motornya terasa cukup berat, apalagi saat mau masuk ke tikungan. Anda bisa bilang karakternya mirip Harley, namun cukup berbeda. Motor tradisional Harley punya sudut rake yang panjang dan wheelbase melar. Unit satu ini sangat tajam dan pendek. Dengan bobot kotor 251 kg, tentu ia bukanlah kuda besi yang jinak. Mayoritas bobotnya berasal dari baterai lithium ion. Dengan teknologi perkembangan baterai yang makin canggih tiap hari, rasanya tak mengejutkan jika LiveWire generasi berikutnya akan lebih ringan.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tentang Harley-Davidson LiveWire
Hampir kebanyakan aspeknya membuat kita kehilangan karakter khas motor, namun beberapa komponen utamanya masih mengingatkan bahwa jiwa sang kuda besi masih di sana. Fork upside down yang bisa diatur penuh, suspensi monoshock di belakang, semuanya racikan Showa. Ban dikembangkan khusus untuknya, tipenya Michelin Scorchers. Sayang tak cukup banyak kesempatan menguji variabel ini. Jalanan yang basah pascahujan sebelum kami jalan, membuat kami harus cukup hati-hati. Jadi, tak banyak yang bisa dijelaskan dari sektor ini.
Pada akhirnya, harga mahal dan jarak tempuh yang terbatas, bisa meminimalisir jumlah maniak naked bike performa tinggi untuk mengganti motornya ke LiveWire. Dengan estimasi harga lebih dari Rp 1 miliar dengan aneka pajak, wajar jika hanya sedikit orang yang bakal jadi target konsumennya. Harley India juga saat ini hanya bertujuan untuk mempertontonkannya lewat tur keliling negeri. Namun, bisa dipastikan mereka yang punya kesempatan menyaksikan dan menjajalnya di jalanan, akan sangat terkesan.
Saya salah satunya yang sangat kagum. Bukan pada LiveWire, namun pada divisi elektrifikasi Harley-Davidson. Jika LiveWire hanya produk perkenalan, tak terbayang jika nantinya pabrikan Milwaukee menyajikan model-model seimpresif ini, namun dalam proporsi harga yang masuk akal.
Terakhir, akankah segera meluncur di India? Apa rencana CEO Harley yang baru, Jochen Zeitz untuk masa depan LiveWire atau produk tenaga listrik lainnya, hanya waktu yang bisa menjawab
Reviewer : Jehan Adil Darukhanawala (Zigwheels India)
Alih Bahasa: Ivan Hermawan
Baca Juga: Road Test Triumph Tiger 900 di Maroko
-
Jelajahi Harley Davidson LiveWire
Model Motor Harley Davidson
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Tren Sport
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Harley Davidson LiveWire dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
Bandingkan
You can add 3 variants maximum*- Merek
- Model
- Varian