Test Ride Qooder: Dirancang Bak Sebuah SUV (Part-3)
Melihat sosok Qooder dari foto pasti terkesan biasa. Namun jika melihat langsung, ia tampak benar-benar bongsor. Kekar dan maskulin. Hingga kami pun merasa, ia dirancang bak sebuah SUV.
Sisi SUV terkuat bisa Anda simak dari samping. Overfender di roda belakang, menyiratkan sebuah ketangguhan. Bagian ini terus menyambung ke buritan. Bahkan hampir semua permukaan belakang jadi tertutup plastik hitam, yang juga berfungsi sebagai spakbor. Dihiasi pula dengan stoplamp kotak besar berpencahayaan LED.
Ground clearance tinggi, memadai untuk bertualang. Selama kami pakai tak pernah menyangkut atau mentok. Walau jarak sumbu roda panjang. Ruang antar ban dan fender juga luas. Baik di depan maupun belakang. Tentu hal ini diciptakan untuk mengakomodir dinamika gerak roda. Yang unik, tiap ban tetap ditempel spakbor tambahan. Guna menahan cipratan air secara maksimal.
Baca Juga: Test Ride Qooder: Kinerja Empat Roda di Dalam Kota, Praktis? (Part-1)
Kalau dilihat dari depan, kami rasa tak sespesial samping. Fasad tampak seperti skuter Maxi pada umumnya. Memakai mata split, dengan beberapa imbuhan meruncing. Yang cukup disayangkan, pencahayaan headlight masih halogen, meski sudah proyektor. Lampu HID pada unit uji kami bukan bawaan standar.
Sektor detil lain yang membuat kami tertarik, sein dibuat terpisah. Lampu belok LED ini ditempatkan agak ujung. Dan memakai rumah plastik, yang ternyata elastis dan kuat. Artinya, para insinyur Swiss - yang menyuruh pekerja pabrik Qooder di Taiwan - sudah memikirkan, ia disiapkan untuk bisa bertarung dengan alam.
Bekalan Fitur Di Bawah Ekspektasi
Separuh bodi ke bawah (red: kaki-kaki), Qooder lebih dari cukup. Menyenangkan. Sensasi itu tak bisa didapat pada roda dua. Bahkan mungkin three-wheeler sekalipun. Namun separuh ke atas, tidak begitu. Apa yang ia miliki tergolong sangat konvensional.
Ekspektasi dari sosoknya yang besar, banderol, hingga status sebagai petualang, bertolak belakang. Fiturnya tergolong minim. Coba tengok kokpit. Hampir tak ada yang bisa dimainkan. Layar digital di tengah hanya menampilkan informasi seputar jumlah bahan bakar, trip meter, suhu sekitar dan waktu. Standar. Kalau soal kluster speedometer dan takometer yang masih memakai jarum mekanik, kami tak ribut. Justru lebih terlihat keren dengan ini.
Lantas bagaimana dengan riding mode, atau cruise control? Sayangnya tidak tersedia. Padahal jika ada, rasanya sempurna bisa berkelana santai di atas kestabilan empat roda. Soal kontrol traksi, juga absen. Tapi yang satu ini kami rasa bisa ditolerir, mengingat tenaganya jinak. Plus ada bantuan grip empat roda.
Mengenai penahan laju, sebetulnya tak spesial juga. Betul, piringan cakram 240 mm ada empat. Namun kaliper yang mengapit hanya satu piston. Walaupun cukup untuk menghentikan figur besarnya, tapi kurang optimal. Belum lagi, tak satupun punya sensor ABS.
Bicara kelengkapan fundamental lain, Qooder cukup memadai. Ada dua laci di dashboard, yang salah satunya memiliki USB charger. Tanpa harus punya konektor, dengan mudah bisa mengisi daya gawai. Adapun power outlet di bagasi, namun butuh adaptor lagi untuk yang satu ini.
Nah, soal ruang di balik jok menarik. Proses buka tutupnya praktis. Cukup putarkan anak kunci ke kanan, otomatis jok belakang menganga. Berkat adanya penyangga hidrolis, jadi tak perlu repot membukanya manual. Dan posisi bukaan terbalik dari motor biasa. Hal ini sederhana, namun membuat pengendara lebih praktis jika ingin mengambil barang saat di jalan. Meski mesin dalam keadaan mati atau menyala, tetap bisa dioperasikan.
Tapi jangan sangka volumenya superbesar. Ceruk itu hanya cukup untuk satu helm full face (tergantung model) dan hampir tak tersisa ruang lagi. Jika mau bertualang jauh, ada baiknya memasang bracket tambahan. Seperti unit yang kami uji. Dan jangan lupa kaitkan box-nya.
Kesimpulan
Kalau orientasi Anda mengarah pada aspek-aspek kecanggihan elektronik atau tenaga mesin buas, mungkin bukan motor yang tepat. Poin utama Qooder tidak di sana. Yang mereka jual adalah mekanikal sederhana – utamanya bagian kaki-kaki – yang ternyata berdampak pada pengendalian optimal. Jika diklaim lebih aman dari roda dua, kami sangat setuju. Konsistensi laju Qooder di berbagai manuver membuat begitu percaya diri.
Risiko terjatuh dari Qooder hampir nihil. Bahkan di sudut-sudut ekstrem sekalipun. Kemampuan jelajah luas juga jadi nilai jual tersendiri. Jarak main suspensi panjang serta ground clearance tinggi memungkinkan untuk dibawa kemana saja. Lama-lama, segala kekurangan mudah terlupakan. Qooder, motor ber-DNA SUV ini opsi menggiurkan meski banderolnya Rp 357 juta OTR. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Test Ride Qooder: Kendali Optimal di Berbagai Medan (Part-2)
-
Jelajahi Qooder Qooder
Model Motor Qooder
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Video Motor Qooder Qooder Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
399
|
249.7
|
109.5
|
124.8
|
399
|
Tenaga Maksimal
32.5
|
20.78
|
8.8
|
11.1
|
-
|
Jenis Mesin
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valves, Liquid Cooled Engine
|
4-Stroke, DOHC
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Air-Cooled, SOHC
|
4-Step, SOHC, eSP, Liquid Cooling Engine
|
4-Stroke, 4-Valve
|
Torsi Maksimal
38.5 Nm
|
20.83 Nm
|
9.2 Nm
|
10.8 Nm
|
-
|
Diameter x langkah
84 mm x 72 mm
|
69 mm x 66.8 mm
|
47 mm x 63.1 mm
|
52.4 mm x 57.9 mm
|
-
|
Mode Berkendara
Street, Road
|
Street,Road
|
-
|
Street
|
Street
|
Kecepatan maksimum
-
|
125 kmph
|
-
|
105 kmph
|
143 kmph
|
|
Tren Scooter
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Qooder Qooder dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review