Menjajal Royal Enfield Himalayan di Habitat Offroad
Sebelumnya OTO.com pernah mencicipi Royal Enfield Himalayan di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2018. Ketika itu, tempatnya sangat terbatas karena cuma di area test ride. Lalu medan yang dilewati berupa block paving atau bisa disebut onroad.
Pabrikan asal India itu, kali ini memberikan kesempatan kedua untuk menjajal Royal Enfield Himalayan. Lokasi yang dilibas kini full offroad dalam acara bertajuk Himalayan Demo Day. Rintangan dari mulai tanah, lumpur, sampai kubangan air lengkap tersaji. Kegiatan yang bertempat di Motocross Circuit di wilayah Perigi, Pondok Aren, Tangerang Selatan ini berlangsung Minggu (9/9).
Seperti pertama kali mencoba Himalayan, kami tetap terintimidasi dengan perawakannya yang jangkung. Ukuran ban depan 21 inci dan belakang 17 inci serta suspensi jenjang jadi penyebabnya. Ditambah lagi bobot motor ini mencapai 191 Kg, tidak bisa dikatakan ringan.
Meski begitu, ketika duduk di joknya kepercayaan diri kami muncul. Suspensi belakangnya langsung amblas, sehingga kaki pemilik tinggi badan 168 cm ini masih bisa menapak ke tanah walau tidak sempurna. Posisi duduknya juga sangat nyaman, dipadu stang tinggi nan lebar serta pijakan kaki agak ke depan. Meski sebenarnya di lintasan offroad, kami hampir tidak duduk di joknya sama sekali untuk memanipulasi distribusi bobot agar kendaraan mudah dikendalikan.
Kunci kontak diputar ke posisi on, tombol starter ditekan. Tidak terasa getaran yang berlebihan layaknya menunggang motor Royal Enfield lain. Alasannya, penggunaan rangka baru half-duplex split cradle. Kemudian kopling saya tekan, masuk gigi satu dan selongsong gas dibuka, motor langsung melaju.
Tarikannya tidak terlalu menjambak namun tetap bertenaga. Performa jantung mekanis 411 cc SOHC milik Himalayan cukup baik. Di atas kertas sanggup menghasilkan torsi puncak 32 Nm pada 4.250 rpm dan tenaga maksimal 24,8 PS pada 6.500 rpm. Padananya sistem transmisi 5-percepatan. Diajak melewati tanjakan curam dalam kecepatan menengah, masih asyik.
Kelebihan lain dari motor ini ada di handling yang ringan. Sungguh Himalayan mudah dikendalikan baik ke kiri dan kanan. Ditambah lagi cengkeraman ban semi offroad dari Pirelli Scorpion MT60 juga istimewa. Ketika dipakai berkelok-kelok melewati tanah gembur, rasanya masih percaya diri. Bahkan saat melibas jalan lumpur sekalipun.
Hanya satu rintangan yang membuat kami kewalahan, kubangan air. Di sana saya agak oleng dan terjatuh ke kanan. Saat inilah terasa sekali bobot Himalayan berat. Cukup sulit untuk membuatnya kembali bangkit dari kubangan, butuh bantuan dua orang untuk memandu agar kami bisa berkendara lagi.
Wejangan Jusri Pulubuhu
Pendiri Jakarta Defensice Drive Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan terjatuhnya penguji di kubangan karena posisi kaki terlalu terbuka. Dia mengatakan kaki harus tertutup agak mengempit tangki motor. Jusri merupakan instruktur yang mengarahkan saya dan teman-teman wartawan lain saat Himalayan Demo Day berlangsung.
Informasi penting lain yangkami dapat dari pria berkepala pelontos itu, posisi berkendara ketika bertemu lintasan licin. Dia berpesan untuk tidak terlalu berdiri dan tidak duduk, bisa dikatakan agak jongkok selama menunggang motor. "Kalau duduk pusat bobot kendaraan dan pengendara ada di pantat. Padahal pantat itu berada di ketinggian 90 atau 100 cm. Sedangkan kalau jongkok, pusat berat ada di foot step dan motor lebih mudah dikendalikan," paparnya.
Di samping itu, pandangan tetap ke depan. Ini sangat penting untuk menjaga kestabilan. Menurut Jusri bila pandangan terlalu ke bawah, memperhatikan tanah, maka kestabilan saat berkendara jadi terganggu dan kemungkinan jatuh semakin tinggi.
Layak Untuk Pemula?
Menurut kami, untuk pengendara pemula agaknya harus pikir-pikir dulu. Bobot Himalayan yang berat dan tubuh motor jangkung jadi alasan. Motor ini agaknya lebih cocok bagi petualang yang ingin naik kelas. Dari kapasitas mesin kecil (150 cc) namun belum siap menunggang motor gede. Maka Himalayan bisa jadi alternatif untuk batu loncatan.
Apalagi dari sisi harga, masih terjangkau. Royal Enfield membanderol Himalayan Rp 95,4 juta (OTR Jakarta) padahal kapasitas mesinnya 411 cc. Bandingkan dengan kuda besi adventure lain seperti BMW G310GS yang dijual Rp 137,5 juta (OTR Jakarta). Padahal kapasitas jantung mekanis BMW lebih kecil, cuma 313 cc.
Dari sisi spesifikasi, Himalayan memang sangat sederhana. Suspensi depan masih teleskopik, panel instrumen belum full digital dan lampu depan masih bohlam. Fitur LED hanya ada di lampu belakang. Kemudian motor ini belum dibekali sistem keselamatan anti-lock braking system (ABS). Kelebihannya ada di tampilan retro khas Royal Enfield. Ini merupakan ciri khas yang tidak dimiliki motor adventure brand lain. (Lod/Van)
Baca Juga:
-
Jelajahi Royal Enfield Himalayan
Model Motor Royal Enfield
Promo Royal Enfield Himalayan, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Populer
Video Motor Royal Enfield Himalayan Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
411
|
313
|
499.6
|
373
|
411
|
Tenaga Maksimal
24.3
|
34
|
46.9
|
43
|
24.3
|
Jenis Mesin
Single Cylinder, 4-Stroke, Liquid Cooled, SOHC Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valve, Water Cooled, DOHC Engine
|
Inline 2 Cylinders, 4-Stroke, Liquid Cooled, 4 Valves DOHC
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Liquid-Cooled
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Air Cooled, SOHC Engine
|
Torsi Maksimal
32 Nm
|
28 Nm
|
46 Nm
|
37 Nm
|
32 Nm
|
Ground Clearance
220 mm
|
-
|
-
|
200 mm
|
200 mm
|
Ban depan
90/90 R21
|
110/80 R19
|
110/80 R19
|
-
|
100/90 R19
|
Ukuran velg depan
R21
|
R19
|
R19
|
-
|
R19
|
Mode Berkendara
-
|
Touring, Sport
|
Sport, Tour, Road
|
Road, Race, Touring
|
Off Road, Street
|
|
Tren Adventure Touring
- Terbaru
- Populer
Artikel Motor Royal Enfield Himalayan dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review