Begini Rasanya Balap Endurance dengan Yamaha R15 VVA
Membetot tuas gas Yamaha R15 hingga mentok jelas sensasi yang tak bisa dilakukan di jalan raya. Aksi ini leluasa kami jangkau di sirkuit. Adrenalin otomatis terpompa tatkala menunggangi lini sport terkecil Yamaha itu. Tak cuma itu, kami melakoninya dalam ajang balap endurance yang menguras stamina.
"Live in The Racing Spirit" dijadikan tagline dalam mengusung Yamaha R15 VVA. Tengoklah desain bodi agresifnya itu. Generasi mesin anyar, 155 cc berteknologi Variable Valve Actuation menjadi hal utama yang ditawarkan. Terlebih sematan tadi diklaim membuat R15 lebih bertenaga dibanding model pendahulu.
Atas alasan itulah motor ini akhirnya diterjunkan ke arena Yamaha Endurance Festival 2019 (15/9). Berbeda dari sebelumnya, semua motor mesti menggunakan R15 terbaru (bukan R15 lama bermesin 150 cc). Berarti inilah kesempatan pertamanya melakoni balap ketahanan, berdurasi 2 jam. Sekaligus pula kesempatan bagi kami, merasakan kemampuan seutuhnya dari motor 36 jutaan ini. Apalagi pada event kedua itu, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) mendaulat 9 media andil di dalamnya. Tak sabar rasanya untuk langsung menunggangi produk yang sempat dijajal oleh pembalap MotoGP Yamaha, Maverick Vinales.
Bedanya, sekarang si motor benar-benar disiapkan buat balapan. Beberapa penyesuaian turut dilakukan, berdampak pada penggantian part bawaannya. Sebut saja foot step, suspensi belakang dan knalpot. Ketiga item tadi berganti dengan produk after market spek racing. Perlengkapan lain seperti fairing, lampu, spion hingga standar wajib ditanggalkan. Walhasil, bajunya berganti dengan bahan fiber sepenuhnya. Setelah melihat dan mencoba duduk di atasnya, kami makin tergoda untuk menunggangi lini sport entry level Yamaha ini di lintasan.
Posisi foot step yang tinggi ke belakang, membuat riding position berubah. Secara aerodinamika, posisi kaki seperti ini sangat baik. Di trek lurus, misalnya, badan mesti membungkuk habis demi mengurangi hambatan angin. Sudah jelas foot step baru itu juga tak mentok ke aspal. Pengendara bisa maksimal melahap tikungan.
Namun sebelum balapan, body setting wajib dilakukan. Diskusi soal ini tak kalah penting, lantaran setiap tim media berisi tiga pembalap. Terlebih masing-masing punya tinggi badan berbeda. Artinya, posisi foot step, suspensi maupun stang kudu di batas toleransi ketiganya. Termasuk penyetelan steering damper Ohlins yang berlokasi di atas segitiga motor. Perangkat ini berfungsi memberikan kestabilan saat motor menghadapi dua sektor tadi (trek lurus dan tikungan).
Ubahan untuk mendongkrak tenaga, otomatis cuma keluar dari knalpot Sakura. Toh, ECU juga masih standar. Selebihnya pun tidak ada yang berubah, mulai dari tuas kopling dan rem, gear set maupun disc brake. Begitu pula dengan mesin. Secara performa Yamaha sangat percaya diri dengan kekuatannya. Tapi yang perlu diingat, si jantung mekanis berkoar selama 120 menit. Namun, menyoal durabilitas, nyata adanya. Selama sekitar 40 lap, tak ada kendala pada sektor performanya itu.
Kerap kali R15 VVA dibetot habis hingga tembus 150-155 km/jam di trek lurus Sentul. Si kuda besi selalu dipaksa main di RPM tinggi. Informasi tadi tertera jelas di panel meter digitalnya. Ketika memacunya di kecepatan tinggi, informasi speedometer maupun RPM terbaca jelas. Bahkan, ada panduan untuk memindahkan gigi dengan light shifting. Bagian paling kami sukai adalah sensasi yang diberikannya ketika down shift. Apalagi saat memasuki R3-R4 yang membutuhkan perpindahan gigi drastis dari gigi 6 ke 3. Atau R6-R7 (S kecil) dari gigi 5 ke 3 dan 2.
Adanya assist & slipper clutch pada R15 membuat transisi itu berlangsung smooth. Gejala entakan saat engine brake nyaris tak terasa, padahal putaran mesin masih tinggi. Sempat terbayang jika R15 ini tanpa fitur tadi. Pasti risiko ban belakang slide atau terkunci bakal ada di pikiran kami. Selain itu, pembalap juga lebih leluasa mengarahkan motor di tikungan. Ditunjang tubuh yang cuma berbobot 137 kg dan pengaplikasian rangka delta box. Handlingnya makin stabil.
Terkait stabilitas, penggunaan fork depan USD (up-side down) menjadi pendukung. Ditambah lagi, pada balap endurance itu, kami berkesempatan menguji ban IRC RMC830. Belum diketahui secara pasti seperti apa ramuannya. Tapi impresi perdana kami, ban ini punya kestabilan yang baik dengan tipe radial yang diusung. Pastilah ban impor itu bakal diburu pelaku balap. Apalagi dengan harga jual yang kabarnya berkisar 2 jutaan saja.
Balapan dengan Start Le Mans Style
Ajang Yamaha Endurance Festival menawarkan sebuah balapan baru di Indonesia. Bisa dilihat dari cara pembalap melakukan start ala ‘Le Mans Style’ ini. Sebelum balapan dimulai, pembalap pertama berdiri dari seberang lintasan. Saat instruksi ‘Go’ mereka harus berlari menuju motor yang ada di sisi pit wall. Di sini perlu ada strategi khusus. Meski mesin dalam keadaan mati, tapi transmisi sudah ada di gigi 1. Jadi, ketika engine on motor langsung dapat dilaju.
Pihak Yamaha pun menerapkan aturan lain. Khusus kelas Sport 155 cc, setiap tim terdiri dari rider blue dan yellow. Masing-masing pembalap wajib melakukan pit stop maksimal 10 lap. Berbeda dengan kelas Sport 250 cc. Mereka dibebaskan untuk urusan masuk pit. Namun durasinya sama-sama 1 menit 30 detik. Penghitungan dimulai saat pit in hingga pit out. Jika lebih dari itu, maka tim bisa diganjar penalti. Perihal pengaturan pit stop tadi, tim mesti cerdik supaya bisa melahap lebih banyak lap. Itu karena pemenang balapan ini juga dihitung dari siapa pencetak lap terbanyak.
Di balapan akhir pekan kemarin, salah satu tim media berhasil finish di urutan 10. Sementara tim kami menyelesaikan balapan pada peringkat 13 dari 24 starter. Sebuah hasil yang cukup baik karena bisa bersaing dengan pembalap-pembalap komunitas. Terlebih kebanyakan dari mereka merupakan pembalap regular di Yamaha Sunday Race.
Namun pelajaran utama dari keikutsertaan itu, bagaimana berkordinasi dengan rekan setim dan mekanik. Seperti penjatahan lap dan menentukan pergantian pembalap. Kemudian strategi pit stop. Bagian ini mesti benar-benar dihitung, jika tidak tepat maka berdampak pada kehilangan waktu. Logikanya dengan sekali pit stop, Anda sudah tertinggal sekitar setengah lap. Butuh kerja keras bagi pembalap pengganti mengejarnya.
Terakhir persiapan fisik. Stamina yang prima dibutuhkan dalam menghadapi balapan ketahanan seperti ini. Berbeda dengan balapan biasa yang biasanya hanya menyelesaikan 8-10 lap. (Ano/Van)
Baca Juga: OTO Jajal Formula 4 di Sepang
Model Motor Yamaha
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Motor Unggulan Yamaha
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Yamaha YZF R15 Terbaru di Oto
Tren Sport
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Yamaha YZF R15 dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review