Seberapa Menarik Royal Enfield Himalayan Jadi Alat Komutasi Harian?
Tak semua orang tergugah memilih skutik entry level sebagai kendaraan harian. Khususnya para kantong tebal - apalagi peduli betul dengan tampilan maskulin - boleh jadi enggan memboyong motor mungil. Jenis adventure segmen tengah mungkin lebih relevan, seperti Royal Enfield Himalayan yang sempat kami uji beberapa waktu lalu. Seberapa menarik ia jadi alat komutasi harian?
Suhu Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar
Rasanya semua sepakat, motor di atas 250 cc pantas dikatakan motor besar. Dan hal terkait kenyamanan, kepraktisan, hingga konsumsi bahan bakar kerap jadi halangan moge untuk digunakan sehari-hari. Apalagi mengingat sosoknya jangkung dan serba kekar. Tapi ternyata, hambatan tadi dapat dibantah Himalayan.
Biasanya motor berkubikasi besar memiliki hawa panas tak terkendali dari area ruang bakar. Menyiksa kaki hingga paha, terutama saat mengarungi ruas padat tengah kota. Himalayan, masih dalam tahap moderat. Malah cenderung tak terasa.
Tidak. Kami bukan mengisahkan perjalanan lintas provinsi. Kalau itu sudah pasti nyaman tanpa gangguan hawa panas. Melainkan benar-benar mengarungi macet Jakarta, bahkan beberapa waktu kami sempatkan mengenakan celana pendek.
Baca Juga: Royal Enfield Himalayan 2020 Resmi Mendarat di Tanah Air, Dapat ABS dan Tema Baru
Pastinya tak seratus persen hilang. Ada tiupan-tiupan angin hangat ke bagian dalam betis. Tapi tidak seberapa. Rasanya masih bisa ditolerir. Semisal berhenti di lampu merah pun, tak ada embusan intimidatif dari blok mesin. Meski tak pakai radiator, sistem pendingin oli nyatanya cukup optimal meredam temperatur.
Lantas, seperti apa konsumsi bahan bakarnya? Jujur kami tak menguji murni di dalam Jakarta. Tapi paling tidak, dapat menggambarkan Anda yang kerap berkomutasi dari pinggiran Ibu Kota.
Total jarak pengujian sekitar 170 km, melalui jalur Jakarta – Bogor – Jakarta ditambah berkeliling lagi. Gaya berkendara begitu dinamis. Malah tarikan selongsong gas cenderung “tidak sekolah”. Sama sekali tak memikirkan efisiensi, natural saja.
Untuk berjalan sejauh itu hanya menghabiskan 7 liter. Artinya tiap seliter bensin bisa membawa hingga 24,2 km. Dan dalam keadaan penuh (15-liter) mestinya sanggup melaju hingga 364 km lebih. Sebagai catatan, pengetesan kami lakukan dengan metode full to full, sebab belum ada penghitung konsumsi bensin di MID.
Irit? Boleh dibilang begitu. Kami yakin malah bisa lebih lagi kalau putaran gas konstan. Mengingat kapasitas mesinnya 411 cc (SOHC). Lantas tenaganya sendiri sebesar 24,3 Hp/ 6.500 rpm serta torsi 32 Nm/4.500 rpm, sementara rasio kompresi dibuat rendah. Sebab itu bensin oktan 90 masih bisa ia telan.
Besar kemungkinan, tipe mesin long stroke membuatnya tak perlu berteriak kencang guna mendapat tenaga dorong maksimal. Effortless. Kapanpun Anda mau, torsi tersedia sejak putaran rendah. Namun memang, figur daya kuda dikorbankan. Figur segitu sebetulnya jauh dari kata hebat, bisa dikalahkan kelas adventure 250 cc Jepang.
Sebagai informasi, Himalayan baru memiliki sedikit ubahan teknis. Kini emisi gas buang memenuhi regulasi Euro 4, alias lebih ramah lingkungan. Di India, ada sedikit penurunan output dalam hitungan desimal. Namun pihak RE Indonesia, mengklaim catatan tenaga sama persis dengan yang lama.
Pengendalian di Perkotaan
Soal gangguan suhu mesin dan konsumsi bahan bakar rasanya tuntas. Tapi bagaimana dengan rasa pengendalian di dalam kota? Apakah menyulitkan? Lantaran melihat wujud besar serba kekar saja pasti membuat ekspektasi macam-macam.
Dari penilaian kami, ia mudah diatur. Dibawa melintas area kota bukan hal sulit. Meliuk di antara antrean mobil pun masih bisa, asal tahu diri saja ini bukan skuter kecil. Pun saat memarkir, serta harus keluar dengan posisi mundur bisa diselesaikan dengan baik.
Jangan kira kami bertubuh tinggi dan enak saja bicara mudah mengontrol motor. Postur kami standar. Tak lebih dari 170 cm dan memiliki berat badan sekitar 80 kg. Masih belum puas? Rekan kami yang bertubuh kecil sempat mencoba berkeliling. Dan ia pun mengakui hal sama. Bukan seperti motor besar yang ukurannya intimidatif.
Di saat-saat tertentu memang pasti menyulitkan. Semisal, saat harus mundur di permukaan landai. Mau tak mau Anda harus turun menuntun motor. Atau berusaha memutar arah. Wajar, bobotnya mencapai 191 kg. Berat kalau ditahan kekuatan tubuh. Paling tidak, dari sudut pandang motor besar ia tak begitu menyulitkan.
Melihat angka, dimensi total motor sebetulnya lumayan ekstra. Panjang 2.190 mm, lebar 840 mm, serta tinggi 1.360 mm. Namun jarak jok ke tanah terbilang standar, 800 mm. Sebab itulah postur seukuran kami bisa menapak hampir sempurna, meski agak jinjit.
Kalau mengenai posisi berkendara, ada yang sedikit mengganjal. Posisi stang rasanya terlalu ke depan, mungkin relevan dengan mereka dengan tinggi badan 180 cm ke atas. Andai saja dipasang raiser, serta berposisi agak masuk, duduk lama-lama di atas Himalayan bisa jadi lebih nyaman. Sebab sisanya dalam keadaan nyaman (Jok dan kaki).
Baca Juga: Tiga Model Royal Enfield Kena Recall, Ini Penyebabnya
Roda bawaan Himalayan tipenya memang dual purpose. Tapaknya tampak kasar, tapi sebetulnya lebih besar proporsi aspal. Sebab itu ban Pirelli MT 90/90 21 inci di depan dan 120/90 17 inci belakang dapat memberi traksi cukup. Tidak licin berlebihan di aspal.
Berikutnya kinerja deselerasi. Untuk versi baru, jauh lebih optimal dari generasi kemarin. Salah satu pembaruannya terletak di kedua cakram, yakni sensor ABS dua kanal. Sempat kami coba hard braking beberapa kali dan gejala roda mengunci pun hilang. Laju terhenti cukup lembut. Feedback kerja ABS ke tuas dan pedal rem juga moderat, tidak begitu kasar.
Dalam perspektif penggunaan dalam kota maupun luar kota - selama di atas aspal - tambahan sensor ini sangat berfungsi. Kita tahu, tuntutan mengurangi laju mendadak kerap terjadi. Dan alangkah baiknya dijaga fitur safety standar semacam itu.
Namun, tak tersedia saklar pemati fungsi ABS. Padahal Himalayan versi India memilikinya. Satu-satunya jalan untuk menonaktifkan: Pergi ke bengkel resmi dan minta dimatikan dari ECU. Bukan maksud merasa jago, tapi tugasnya bukan hanya melintas aspal. Paling tidak butuh mematikan fungsi ABS roda belakang saat di atas tanah. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Royal Enfield Kenalkan Himalayan 2020 di Gerai Flagship Baru
-
Jelajahi Royal Enfield Himalayan
Model Motor Royal Enfield
Jangan lewatkan
Promo Royal Enfield Himalayan, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Populer
Video Motor Royal Enfield Himalayan Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
411
|
313
|
499.6
|
373
|
411
|
Tenaga Maksimal
24.3
|
34
|
46.9
|
43
|
24.3
|
Jenis Mesin
Single Cylinder, 4-Stroke, Liquid Cooled, SOHC Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valve, Water Cooled, DOHC Engine
|
Inline 2 Cylinders, 4-Stroke, Liquid Cooled, 4 Valves DOHC
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Liquid-Cooled
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Air Cooled, SOHC Engine
|
Torsi Maksimal
32 Nm
|
28 Nm
|
46 Nm
|
37 Nm
|
32 Nm
|
Ground Clearance
220 mm
|
-
|
-
|
200 mm
|
200 mm
|
Ban depan
90/90 R21
|
110/80 R19
|
110/80 R19
|
-
|
100/90 R19
|
Ukuran velg depan
R21
|
R19
|
R19
|
-
|
R19
|
Mode Berkendara
-
|
Touring, Sport
|
Sport, Tour, Road
|
Road, Race, Touring
|
Off Road, Street
|
|
Tren Adventure Touring
- Terbaru
- Populer
Artikel Motor Royal Enfield Himalayan dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review