Memahami Mekanisme Turbo Pada Motor, Puritan Tak Usah Baca!
Jika Anda penggemar mesin Naturally Aspirated (NA), pasti tak tertarik tulisan ini. Karena kali ini kami bicara tentang turbo, baik dalam artian luas maupun spesifik di motor. Benda yang membuat pengang telinga para puritan.
Tapi yang tak puas dengan dorongan mekanikal standar, beragam cara bisa dilakukan. Paling umum dan instan, dengan menanamkan turbocharger atau supercharger pada mesin. Keduanya memiliki konsep sama, yakni forced induction alias induksi paksa. Penjelasan mudah sistem kerjanya begini. Turbin berputar memasukkan udara lebih banyak ke ruang bakar. Semakin banyak yang masuk, kian banyak pula bensin yang terbakar. Otomatis tiap kali letupan, daya yang dihasilkan lebih besar. Walaupun kurang lebih sama, antara turbocharger dan supercharger memiliki prinsip kerja berbeda. Begini memahaminya.
Turbocharger
Kompresi yang tercipta dari turbocharger, mengandalkan dorongan sisa gas buang untuk memutar turbinnya. Jadi sebelum keluar dari ujung knalpot, udara dibelokkan ke perangkat ini dulu. Nah, karena sistem operasinya belakangan, tentu jeda waktu tercipta. Hasilnya? Turbo lag. Di putaran rendah, mesin dengan turbocharger lumrah sekali mengalami hal itu. Mengapa? Karena buangan angin dari ruang bakar belum memiliki cukup tenaga untuk memutar turbin. Biasanya baru bisa terasa di putaran tinggi. Semakin besar turbocharger, semakin besar pula gas yang diperlukan.
Setelah semua cukup, baru entakan terasa. Karakter tenaganya muncul tiba-tiba. Dari statis, langsung melonjak drastis. Dengan itu, konsumsi bahan bakar bisa lebih efisien, karena pembakaran berlebih hanya dilakukan pada putaran tertentu. Dengan produksi tenaga yang serupa dengan kapasitas mesin lebih besar.
Superchager
Berbeda halnya pada supercharger. Sistem induksi dihasilkan langsung dari putaran mesin. Penghubungnya biasa menggunakan belt, maupun gear yang langsung memutar turbin. Berarti, saat gas diputar dan mesin bekerja, supercharger juga ikut beroperasi. Semuanya bekerja dalam waktu yang bersamaan. Alhasil, tenaga yang dihasilkan lebih gradual atau linear. Tidak tercipta jeda waktu seperti pada turbocharger. Entakan sudah bisa dirasakan sejak putaran bawah sekalipun. Singkat kata, tenaga muncul di rentang rpm yang merata.
Nah, yang jadi permasalahan, konsumsi bahan bakar jelas lebih boros. Karena berapapun besaran gas diputar, teknologi ini turut bekerja. Suplai angin dan bahan bakar secara terus menerus berlebih.
Bagaimana Turbo di Motor?
Turbo tak hanya bisa diaplikasikan pada mesin mobil. Roda dua pun punya hak untuk menanamkannya. Konsepnya sama saja, tapi tak semua motor sanggup menelannya. Yang jadi masalah, kapasitas mesin motor relatif kecil ketimbang mobil. Sementara yang dibutuhkan dorongan angin besar atau putaran mesin besar. Makanya rata-rata hanya tersemat di motor gede.
Contohnya, Yamaha XJ650T (1982), Honda CX500/650 Turbo (1982), Kawasaki Z1R-TC (1978), Suzuki XN85 (1983). Semua motor ini pakai teknologi turbocharger. Namun di masa sekarang, satu-satunya motor produksi massal yang pakai teknologi induksi paksa adalah Kawasaki Ninja H2R. Tapi bukan turbocharger yang terpasang, melainkan supercharger. Mungkin mereka tak ingin pengendaranya mengalami lag saat meraih tenaga puncak. Serta merasakan entakan secara tiba-tiba, yang berbahaya jika terjadi di motor. Berkat teknologi ini, H2R berhasil menyandang status motor produksi massal terkencang yang pernah ada. (Hel/Odi)
Sumber: Howstuffworks, Cycleworld, berbagai sumber
Baca Juga: Mengenal Fungsi ECU Pada Motor
-
Jelajahi Kawasaki Ninja H2R
Model Motor Kawasaki
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Tren Super Sport
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Kawasaki Ninja H2R dari Zigwheels
- Motovaganza
Bandingkan
You can add 3 variants maximum*- Merek
- Model
- Varian