Test Ride Yamaha Vixion R: Empat Kekurangannya!

Kami melakukan pengujian Yamaha Vixion R, seminggu lamanya. Motor naked sport 150 cc ini, kami ajak keliling Jakarta dan Bogor sejauh 300 kilometer. Sepanjang perjalanan, kami merasakan kelebihan serta kekurangannya.

Kelebihannya, sudah kami bahas di artikel sebelumnya. Untuk bahasan kali ini, kami fokus mengulas kekurangan Vixion R yang kami temukan. 

1. Jok Tinggi

Ketika menunggang pertama kali, joknya cukup tinggi (795 mm). Bagi pemilik postur badan 168 cm, tentu kaki tak bisa menapak sempurna ke aspal. Bagian yang menempel hanya tapak depan dan jari kaki, tumit pasti terangkat. Jinjit.

Bagi pengendara motor berpengalaman, hal ini tak jadi soal. Khusus pemula, bisa mengurangi tingkat rasa percaya diri saat berkendara.

2. Harga Mahal

Vixion R memang motor dengan performa paling hebat di kelasnya . Kapasitas mesinnya juga paling besar, mencapai 155,1 cc SOHC. Jantung mekanis itu sanggup memuntahkan torsi puncak 14,7 Nm pada 8.500 rpm dan tenaga maksimal 19,3 PS pada 10.000 rpm.

Bukan cuma itu, fiturnya juga paling lengkap. Mesin dilengkapi variable valve actuation (VVA) untuk membantu performa mesin di putaran atas. Transmisinya dibekali assist & slipper clutch yang sanggup memudahkan perpindahan gigi. Tidak ketinggalan panel instrumennya ada shift light dan mode sapaan (hi buddy).

Dengan segudang kelebihan itu, Vixion R dilabel harga Rp 29,25 juta (OTR Jakarta). Paling mahal dibanding kompetitor: Suzuki GSX-S150 Rp 24,75 juta (OTR Jakarta) dan Honda CB150R Streetfire mulai dari Rp 26,375 juta (OTR Jakarta).

3. Bantingan Suspensi Keras

Bila dipakai berkendara sendirian, bantingan suspensinya tidak terasa lembut terutama bagian belakang. Apalagi saat melewati undakan jalan atau kontur yang bergelombang. Mungkin pengaturan seperti ini dibuat untuk menunjang karakter berkendara sportif yang diusung Vixion R. Untungnya ketika dipakai berboncengan, suspensi yang keras itu jadi lumayan nyaman.