Test Ride All New Honda PCX: Jawaban atas Ekspektasi (Part 2)
Tahun 2017, kami pernah berbincang dengan beberapa pengguna Honda PCX. Kala itu PT Astra Honda Motor tengah menggodok rencana untuk memproduksi skutik besar ini di Indonesia. Pertanyaan kami pada para pengguna kala itu cukup mudah, apa harapan mereka terhadap PCX terbaru?
Jawaban mereka singkat, hanya ingin harganya lebih murah.
Wajar jika ekspektasinya hanya soal nominal. Saat itu PCX tengah digempur habis-habisan oleh Yamaha. NMax, produk skutik maksi yang kompetitif dengannya, ditawarkan dengan harga hanya setengahnya. Bahkan dari beberapa sisi, skutik bermesin 155 cc VVA itu memiliki ragam keunggulan.
Alhasil, harapan masyarakat pun sejatinya tak muluk. Namun, bukan Honda namanya jika menyajikan menyajikan produk yang biasa saja. PCX terbaru rilis sebagai produk yang sangat signifikan. Sangat menarik untuk dipinang, dan sangat tangguh untuk bertarung dengan NMax, yang tentu masih lebih murah, lebih murah Rp 150 ribu.
Kami usai menguji secara komprehensif Honda All New PCX. Skutik premium berukuran cukup besar yang harganya hanya lebih mahal Rp 150 ribu dari NMax. Tepatnya RP 30,8 juta (OTR Jakarta). Banyak hal yang kami temukan ketika pengujian, beberapa hal positif dan menjanjikan, hingga temuan negatif yang juga perlu diperhatikan.
Melebihi Ekpektasi
Seperti kami sudah sebut, ekspektasi masyarakat, termasuk kami hanyalah harga PCX yang lebih murah dibanding sebelumnya. Terakhir kami ingat, banderol lebih dari Rp 40 juta pernah melekat di tubuh skutik ini. Wajar jika populasinya tak sebanding dengan NMax yang harga termurah sempat hanya Rp 23 jutaan.
Kini harga PCX sangat kompetitif. Orang yang berniat beli Vario 150 dan menghitung-hitung cicilan di diler Honda, pasti mudah tergoda untuk meminang skutik ini. Apalagi jika melihat proporsi yang lebih besar, desainnya yang lebih mewah.
Terlebih jika sang pembeli merupakan peminat spesifik yang mengincar hanya skutik maksi. Ketika memilih antara Honda PCX dan Yamaha NMax, pasti sangat gundah melihat perbedaan fitur sangat signifikan.
Kami pernah membahas secara general perbedaan fitur kedua motor itu. Namun setelah mengendarainya, kami akui, diferensiasinya memang sangat besar. Dari pertama mencoba menaiki saja, kami sudah memegang remot, bukan kunci. Kamipun tak perlu kesulitan memasukkan kunci, cukup menekan dan memutar kenop yang praktis.
Remot ini pun multifungsi. Bukan saja sebagai peranti membuka kunci motor. Mengaktifkan alarm, hingga mencari posisi motor, bisa dilakukan via fitur ini. Ya, ada alarm yang mengandalkan getaran pada motor untuk mendeteksi terjadinya tindakan yang tidak diinginkan. Sensitifitas sensor getar juga bisa diatur dalam tiga tahap, sayang kami tak menguji variabel ini karena pihak PT Astra Honda Motor (AHM) yang meminjamkan unit, tidak melengkapinya dengan EM Connector.
Peranti ini merupakan semacam jumper untuk mengaktifkan fitur-fitur pengaturan di motor. jika Anda membeli PCX, EM connector akan Anda dapatkan beserta dua buah remote dan anak kunci darurat. Ya, anak kunci darurat sejatinya tersedia. Bentuknya tentu tidak seperti anak kunci konvensional, melainkan seperti pembuka kunci magnetik. Kunci ini bisa dimanfaatkan untuk mengakses bagasi agar dapat mengganti aki jika daya listrik motor habis dan remot tak bisa digunakan.
Kembali ke keunggulan remot PCX, membandingkan remot PCX dengan kunci konvensional NMax tentu jadi hal yang lucu. Harga kedua motor ini tak seberapa, tapi hadirnya fitur ini jadi meningkatkan value for money PCX di depan NMax.
Itu hanya satu dari beberapa fitur unggul PCX. Di dasbor, fitur lain sudah menunggu. Layar digital mungkin sama saja dengan NMax, namun punya PCX lebih intuitif. Dari bentuk dan layoutnya, sudah terlihat lebih menarik. Yang lebih kekinian, soket untuk mengisi daya perangkat elektronik. Memang butuh adaptor, dan Anda pun hanya bisa menggunakannya ketika smartphone disimpan dalam laci. Jadi, jika menggunakan smartphone holder untuk mengakses GPS, sulit untuk digunakan berbarengan dengan mengecas daya. Oh ya, laci tersebut juga bisa digunakan untuk menyimpan botol minuman kecil.
Terkait ruang penyimpanan, kami lagi-lagi melihat hal yang melebihi ekspektasi. Tak heran jika helm bisa disimpan di bagasi, namun ruang kargo PCX bisa digunakan menyimpan helm dengan lebih rapi dibanding NMax. Helm bisa diletakkan pada posisi tegak tanpa perlu khawatir lecet. Itu pun dengan sisa ruang yang lebih lega untuk peranti lain. Misalnya jaket, jas hujan atau lain-lain.
Lebih unik lagi, jok penutup bagasi bisa diakses dengan lebih maksimal. Joknya memiliki mekanisme khusus yang memungkinkan terbuka dalam dua tahap, lalu berdiri dengan lebih aman sehingga akses keluar-masuk barang lebih leluasa.
Ekspektasi Terhadap Performa
Kami sempat berekspektasi pengembangan performa PCX terbaru akan seperti CBR250RR yang berevolusi dari CBR250R. Tenaga CBR itu meningkat jauh, lengkap dengan mode pengaturnya. Tapi begitu melihat paket harga yang ditawarkan justru sangat murah, ekspektasi kami pun diturunkan. Kami yakin, mesin PCX tak akan lebih baik dari NMax. Faktanya demikian.
Tenaganya mengalir tidak seresponsif NMax. Tak ada sisi galak dari mesin 149,1 cc-nya. Jika NMax kami klasifikasikan sporty, maka PCX relatif lembut. Maklum, PCX alpa akan teknologi katup variabel. Alhasil satu settingan camshaft, digunakan untuk mendapatkan kondisi motor yang tetap irit, dengan tenaga tidak kekurangan. Tapi jika Anda ngotot ingin PCX yang lebih responsif, ada versi hybrid dengan banderol lebih mahal Rp 10 juta.
Sempat kami berandai bahwa tidak impresifnya performa PCX lantaran ia mengedepankan efisiensi. Apalagi ia sudah didukung fitur penyala-mati mesin otomatis (idling stop system). Faktanya, efisiensi PCX tak terlalu signifikan dibanding NMax. Hasil ini tentu masih mirip-mirip dengan sang rival. Diferensiasinya di bawah 10%. Nilai yang masih bisa ditoleransi, namun justru di bawah ekspektasi. Maklum, kami pikir dengan adanya pemati-nyala mesin otomatis, ia bisa mendekati 40 kpl.
- Rute: Bekasi-Slipi-Bekasi-Ancol-Bekasi (2 hari pengujian)
- Jarak pengujian: 125 km (tripmeter MID)
- Bahan bakar: Pertamax
- Bobot orang dan barang: 113 kg
- Kecepatan rata-rata: 24 kpj (apps speedometer – Android)
- MID : 37,1 kpl
- Full to full: 35,4 kpl
- Praktis Dikendarai
Kami sudah sempat menyinggung secara singkat bagaimana mudahnya mengendarai PCX. Kali ini kami coba mengulas lebih dalam. Sebelum Anda menilai, perlu diketahui, penguji sehari-hari biasa mengendarai motor sejenis ini.
Di luar ekspektasi, Ia sangat mudah dikendarai. Kalau Anda baru bisa mengendarai Honda Beat, berpindah ke PCX kami jamin bukanlah soal. Dengan tinggi 175 cm, bobot 100 kg yang artinya tubuh penguji cukup gempal, ternyata mudah saja menjinakkan kendali motor ini. Kalaupun Anda lebih pendek, kami yakin tak akan terlalu jinjit. Jok dan dek PCX juga tak terlalu lebar sehingga kaki mudah menjejak tanah ketika motor dalam posisi diam.
Mengendalikan PCX juga cukup mengasyikkan. Ia terasa lincah untuk meliuk di kecepatan rendah untuk menembus kemacetan. Suspensi juga positif. Meski tak dihiasi tabung, kinerjanya sudah cukup baik. Apalagi jika ditelisik, konfigurasi per sudah sangat baik dengan triple rate. Dibawa ke kecepatan sedang juga motor tetap stabil dalam posisi sehingga pengendaraan terasa aman.
Walau asyik dikendarai di perkotaan, kami jadi ragu untuk mengajaknya melintas luar kota. Apalagi jika berada di jalur yang diwarnai tikungan untuk kecepatan sedang. Motor sedikit sulit untuk diajak berkompromi. Ia lebih aman untuk melibas tikungan di kecepatan rendah. Profil ban yang cukup tipis 100/80 (depan) dan 120/70 (belakang) pada velg 14 inci tidak akomodatif untuk manuver seperti itu. Tentu ini bukan soal berat, di luar sana sudah banyak ragam merek ban dengan profil lebih lebar. Overall, ia terasa seperti motor perkotaan, yang mudah diandalkan untuk berpindah tempat dengan cepat.
Simpulan
Meski sekelas, dan seperti dua musuh abadi, PCX nampak lebih siap berkompetisi dengan NMax. Jika Honda bisa mempertahankan persepsi ini dan meningkatkan kekurangannya, tak mengherankan kalau kelak popularitas PCX bisa menyaingi skutik maksi andalan Yamaha. Terlebih jika positifnya fitur yang kami ulas, ternyata juga membuat para calon pembeli turut mempertimbangkan variabel tersebut. Pasalnya pengamatan kami di lapangan, khalayak yang menimbang faktor ini masih sangat minim. Semoga saja AHM bisa mengedepankan hal tersebut agar value PCX bisa tersampaikan dengan apik. (Van/Odi)
Baca Juga: Test Ride Honda PCX 2018: Kenapa Harus Membelinya? (Part-1)
-
Jelajahi Honda PCX160
Model Motor Honda
Jangan lewatkan
Promo Honda PCX160, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Motor Unggulan Honda
- Terbaru
- Populer
Video Motor Honda PCX160 Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
156.9
|
160
|
147.3
|
149
|
149.8
|
Tenaga Maksimal
15.8
|
15.8
|
18.23
|
13.8
|
13.27
|
Jenis Mesin
Single Cylinder, 4 Valves, 4-Stroke, Liquid Cooled Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Liquid Cooled, SOHC Engine
|
4-Stroke, Liquid Cooled, DOHC
|
4 Stroke, 4 Valve, SOHC, FI
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valve, Air Cooled SOHC Engine
|
Torsi Maksimal
14.7 Nm
|
14.7 Nm
|
13.8 Nm
|
11.7 Nm
|
10.2 Nm
|
|
Tren Scooter
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Honda PCX160 dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature