Mitsubishi New Mirage: Penyegaran Yang Sudah Semestinya
Setelah resmi diluncurkan pada tanggal 23 Juli lalu dan di perhelatan akbar GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016, saya dan beberapa jurnalis media cetak maupun online mendapat undangan istimewa dari PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) untuk menguji langsung New Mirage dengan rute Surabaya-Malang-Surabaya (26-28/9). Berbicara mengenai Mirage berarti berbicara dalam skala global. Inilah versi produksi dari Global Small Concept yang diperlihatkan di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011 lalu. Dan inilah senjata andalan Mitsubishi dalam skema eco-car dunia meski harus menerima gempuran mobil-mobil Low Cost Green Car (LCGC) di tanah air.
Tak lain karena pasar di segmen kendaraan semacam ini terus tumbuh. Salah satunya karena faktor kebutuhan akan mobil kota yang kompak dan irit bahan bakar. Kemudian kebutuhan akan mobil rendah emisi dan janji pemerintah untuk memberi insentif pajak. Semua itu terealisasi oleh hegemoni LCGC sejak tahun 2013. Faktor tersebut mempengaruhi pasar yang dihuni oleh Mirage. Nama-nama lain seperti Suzuki Splash, Honda Brio, Nissan March dan Daihatsu Sirion pun tak luput dari pukulan LCGC yang jauh lebih murah, dan mereka pun sudah lebih dulu menghuni segmen yang ramai ini.
Melalui Mirage, Mitsubishi memamerkan “green technology” terbaru mereka. Perhatian dituju pada bobot yang ringan, daya gulir ban rendah, mengurangi friksi berlebih di mesin, memperbaiki pengereman, dan tentunya bodi aerodinamis untuk meningkatkan efisiensi. Fitur menjadi salah satu andalan yang paling bisa dirasakan. Mirage menjadi yang pertama di kelasnya yang menerapkan transmisi CVT, start/stop engine button dan auto air conditioning. Bodinya yang kompak memberikan radius putar sangat kecil hanya 4,4 meter, bobot pun menjadi yang teringan dengan 860 kg.
Populasi Mirage sejak pertama kali diluncurkan hingga bulan Juni 2016 sebesar 22.721 unit dengan pangsa pasar 17,4% di kelas city car A tahun 2015. Mirage harus memiliki competitive advantage tinggi jika tidak ingin kalah bersaing dengan lainnya. New Mirage mendapat amanat untuk meningkatkan pangsa pasar dengan target 18-19%. Pergeseran target konsumen pun dilakukan untuk menyasar konsumen generasi lebih muda. Beban yang teramat berat apalagi jika tidak mampu menawarkan sesuatu yang baru. Berikut kami sajikan hasil kencan selama tiga hari di daerah Jawa Timur bersama New Mirage GLX, GLS dan Exceed.
Desain dan Fitur
Rekayasa desain eksterior memberikan sensasi yang berbeda. Rancangan penuh perhitungan tetap memberikan estetika walaupun tampak menarik dari beberapa sudut tertentu saja. New Mirage memang mengalami penyegaran tampilan semata. Eksterior menganut desain Mirage GT yang sudah diluncurkan sejak awal tahun ini untuk pasar Amerika. Hampir terlihat baru, namun banyak yang tidak berubah. Desain eksterior didandani agar tampil lebih mewah, sementara faktor utama masih mengedepankan konsumsi bahan bakar.
Desain gril baru diimbuhi aksen krom, begitu pula airdam dan rumah fog lamp menyatu yang juga dihiasi krom. Rumah fog lamp baru menyatu dengan air dam besar yang diimbuhi garnish krom berbentuk X untuk varian Exceed. Headlamp tidak seperti Mirage GT yang dilengkapi projector plus LED daytime running light. Sedangkan kap mesin desain baru tampak semakin berotot bergaya hood scoop. Di belakang hanya mengalami ubahan pada bemper dengan tampilan reflektor baru yang memanjang. Sementara itu desain taillight dan rear spoiler tampak tidak berubah.
Secara garis besar desain New Mirage bertranformasi menjadi tampak semakin dewasa. Permainan krom menambah kesan mewah dan menghilangkan unsur sporti. Kesan tersedia semakin diperkuat dari pilihan warna baru Wine Red dan menghilangkan warna Cool Silver, Lemonade Yellow, dan Pop Green yang terlihat cerah. Desain pelek baru pun tampak mewah mengikuti tren desain pelek masa kini dengan dua warna krom dan hitam.
Desain Mirage sangat memperhitungkan efisiensi bahan bakar. Ventilasi di bumper depan didesain sedemikian rupa agar aliran udara lebih halus. Air dam depan maupun belakang diperbaiki untuk mengurangi resistensi drag. Bumper belakang pun turut memberi andil terhadap aliran udara yang lebih baik, sementara posisi spoiler berandil besar mengurangi hambatan udara.
Bayangkan, coefficient of drag (Cd) dihasilkan hanya 0,27, bahkan lebih baik dari Mitsubishi Evolution X yang hanya 0,34. Bodi Mirage yang kompak bagai pedang tajam yang menyayat angin membantu mengurangi gesekan, sehingga lebih stabil dan kinerja mesin semakin efisien. Keamanan penumpang tetap terjaga berkat RISE (Reinforced Impact Safety Evolution) untuk menyerap tumbukan.
Saat duduk di dalam Mirage menawarkan kabin modern dan rapi. Seperti umumnya mobil di kelas ini, plastik keras mendominasi hampir seantero kabin, namun terasa berkualitas tidak seperti mobil LCGC. Desain dasbor tidak ada perubahan dari model sebelumnya. Kecuali desain alur kursi baru dengan warna two-tone hitam dan putih di tipe Exceed dan mendapat tambahan headrest di kursi belakang serta pelipatan 60:40. Untuk memberikan efek mewah, center stack berlapis material glossy warna piano black, begitu pula di area lingkar kemudi yang mendapat tambahan balutan kulit. Desain meter cluster pun mengalami perubahan dari sebelumnya berpendar warna jingga, kini berwarna putih.
Posisi kemudi terasa lega, cukup ergonomis dan tergolong rendah tapi kursi tidak bisa diatur ketinggiannya. Mencari posisi terbaik hanya tergantung pada tilt steering, maju-mundur kursi dan sandaran punggung. Diluar dugaan, kabin belakang menawarkan ruang luas dengan headroom dan legroom yang mudah mengkomodasi dua hingga tiga orang dewasa. Saya yang berpostur lebih dari 180 cm saja merasa cukup lega saat duduk di belakang, kecuali orang yang duduk di depan berpostur sama dengan saya tentunya.
Sebagai varian tertinggi jelas Mirage Exceed menawarkan fitur paling lengkap. Sebut saja full auto air conditioner, tombol audio di kemudi, tombol start/stop engine, keyless operating system (KOS), immobilizer, sensor parkir dan sistem keamanan dual airbag beserta rem ABS+EBD. Sedangkan beda antara tipe GLS dan GLX ada pada penggunaan transmisi, pelek dan sensor parkir saja. Tipe GLS sama seperti Exceed dengan transmisi CVT dan memakai pelek 15-inci. Sedangkan GLX hanya tersedia transmisi manual 5-kecepatan, tapi menggunakan pelek 14-inci dan tanpa sensor parkir. Kedua tipe juga belum mengadopsi pengereman ABS+EBD yang merupakan fitur penting saat ini. Beruntung dual airbag tetap ada.
Performa dan Pengendalian
Mesin tetap menggendong tipe 3A92 3-silinder 1.2-liter dengan teknologi MIVEC yang piawai mengolah bahan bakar seefisien mungkin dalam kondisi stop & go di tengah kemacetan. Tenaga 76 hp dan torsi 100 Nm yang dihasilkan memang terdengar kurang menggugah dan tak berbeda dengan city car lain. Tapi kenyataannya berbeda. Mesin ini mampu memompa adrenalin Anda para penyuka kecepatan. Torsi besar menanti di putaran mesin rendah, sementara tenaga deras terasa di putaran atas. Sesuai karakter mesin 3-silinder, Anda pasti terkejut dengan nada garang yang keluar dari pipa knalpotnya.
Apalagi dipadukan dengan transmisi manual 5-kecepatan. Lebih dapat mengeksplorasi setiap jengkal tenaga dan torsi dibandingkan transmisi CVT INVECS III. Kenikmatan didapat saat diberi kebebasan mengatur setiap gear yang diinginkan. Suara khas 3-silinder menambah kesan tersebut yang membuat perpindahan gigi selalu ingin dilakukan di putaran mesin tinggi. Persis seperti mobil sport dengan knalpot balap. Penghantaran torsi lebih linear dan akselerasi tiap tingkatan juga berlangsung cepat. Pengoperasiannya juga memudahkan berkat kopling ringan, namun shifting kurang mantap dan presisi.
Transmisi CVT memberi karakter penghantaran tenaga berbeda dibanding transmisi manual. Demi mengejar efisiensi tinggi, putaran mesin selalu terjaga rendah di sekitar 2.000 rpm. Sedikit terjadi gejala lag sebelum torsi 100 Nm menyembur keluar. Tak lain demi memberi kehalusan akselerasi dan perpindahan gigi yang tidak terasa. Tenaga mesin tertahan saat transmisi berada di posisi D dengan maksud efisiensi. Agar respon mesin lebih terasa, pindahkan transmisi ke posisi B menahan mesin di putaran atas. Yang jelas CVT sangat ideal untuk penggunaan harian dalam kota, karena kenyamanan, kehalusan dan membantu efisiensi bahan bakar.
Keiritannya sudah banyak dibuktikan langsung oleh para pengguna Mirage dan jurnalis nasional dalam acara Mirage Eco Fun Drive yang kerap berlangsung di beberapa kota besar Indonesia. Hasilnya pun tak jauh dari capaian 24,02 km/liter berdasarkan pengujian Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Di rute Surabaya menuju Malang yang saya lewati, dengan berkendara normal mengikuti iring-iringan konvoy, saya mendapat konsumsi bahan bakar rata-rata 16,4 km/liter berdasarkan perhitungan Multi Information Display (MID). Angka yang tergolong cukup baik mengingat rute yang dilewati tergolong komplit, mulai dari macet di dalam kota Surabaya, ngebut di tol, jalur luar kota, hingga menanjak menuju kota Batu.
Mirage terkenal akan suspensinya yang lembut dan berdampak body roll cukup besar saat bermanuver. Model terbaru pun masih seperti itu namun diklaim telah mengalami revisi dengan dibuat sedikit lebih keras. Reaksinya adalah suspensi tetaplah empuk tapi terjadi gejala memantul-mantul ketika melibas jalanan bergelombang. Steering tipikal mobil kecil lainnya, ringan dan pastinya ‘polos’. Tak dapat berharap lebih dari electronic power steering selain sangat lincah di kepadatan lalu lintas dan mudah saat parkir.
Reaksi kemudi cepat dan sigap saat berzig-zag melewati cone, karakteristik khas Mitsubishi. Kelemahan yang tergolong aneh adalah pengereman yang butuh ekstra tenaga menginjak pedal rem. Terasa tidak pakem terutama mengingat ini sebuah mobil kecil yang berbobot ringan.
Kesimpulan
Secara garis besar, Mirage adalah city car yang pantas untuk pasar sedang berkembang seperti Indonesia. Di dalam persaingan yang semakin ketat ini, tidak cukup hanya mengandalkan irit bahan bakar belaka, tapi bagaimana memenuhi kebutuhan konsumennya. Namun kehadiran LCGC sedikit banyak menggerus segmen city car dengan kapasitas 1.200 cc keatas. Apalagi ditambah kehadiran LCGC 7-seater baru yang diberi banderol lebih murah tapi memiliki fitur lengkap dan akomodasi 7-penumpang.
Bila melirik label harga untuk Mirage GLX sebesar Rp 171,7 juta, GLS Rp 183,5 juta, dan Exceed Rp 196 juta (OTR Jabodetabek), kurang memberikan value for money tinggi jika dibandingkan LCGC dengan fitur sama. Terutama untuk tipe GLX dan GLS yang belum dilengkapi rem ABS. Tapi jangan pernah menyamakan kualitas buatan Mirage dengan LCGC karena sangat berbeda dan tidak selevel. Dari segi material dan finishing saja sudah terasa, dan kualitas berkendara Mirage pun jauh lebih baik.
Hatchback rakitan Thailand ini tidak menawarkan banyak perubahan dibanding model sebelumnya. Tetaplah city car yang menyenangkan untuk dikendarai membelah kepadatan ibu kota dengan karakter Mitsubishi yang kuat. Tipe tertinggi Exceed tampaknya harus berupaya keras menghadapi perlawanan Honda Brio RS CVT yang menawarkan fitur tak kalah lengkapnya namun dengan harga lebih murah.
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Mitsubishi
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Mitsubishi Mirage Terbaru di Oto
Tren Hatchback
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Mitsubishi Mirage dari Carvaganza
Artikel Mobil Mitsubishi Mirage dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice