Daihatsu Sigra R Deluxe: Melebihi Ekspektasi
Kolaborasi Toyota dan Daihatsu yang melahirkan duet Avanza-Xenia pada tahun 2003, melahirkan segmen baru Low MPV. Dengan harga jual sekitar Rp 100 juta, saat itu keduanya dianggap sebagai mobil murah. Fenomena pun tercipta dengan meledaknya penjualan mereka dan hingga sekarang pun masih duduk nyaman di singgasananya. Bukan hanya murah yang membuatnya begitu difavoritkan oleh konsumen di tanah air, tetapi terlihat kecerdikan Toyota dan Daihatsu meracik sebuah kendaraan yang paling sesuai dengan kebutuhan konsumen sini.
Apa yang dibutuhkan dari sebuah mobil sesuai dengan kondisi jalan dan kebutuhan konsumen Indonesia ada pada Avanza-Xenia. Mesin irit, ground clearance tinggi dan muat 7 orang penumpang merupakan kriteria utama agar dapat diterima pasar. Nilai plus lainnya yang menjadi salah satu faktor penentu adalah image merek, layanan purna jual dan resale value. Setelah aral melintang selama hampir 14 tahun, keduanya pun membuktikan memiliki durabilitas maupun reliabilitas yang kuat. Tak peduli fitur ataupun safety yang “spartan”, calon konsumen akan tetap mencarinya asalkan mudah dalam perawatan dan ketersediaan onderdil berlimpah.
Seiring berjalannya waktu, setelah mengalami facelift dan regenerasi, harga line-up Avanza-Xenia semakin terkerek tinggi. Kini keduanya sudah tidak dapat dikatakan masuk kategori mobil murah melihat harganya yang sudah tembus Rp 200 juta. Oleh karena itu, butuh produk pengganti untuk mengisi slot kosong di rentang Rp 150 juta ke bawah. Momen ini pun bertepatan setelah skema Low Cost Green Car (LCGC) diberlakukan pemerintah sejak tahun 2013 lalu. Setelah menggelontorkan LCGC Agya-Ayla, akhirnya duet raksasa Jepang ini menciptakan fenomena baru lewat Calya dan Sigra.
Diluncurkan pertama kali di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 bulan Agustus lalu, Calya dan Sigra langsung menghebohkan industri otomotif Indonesia. Memiliki formulasi yang sama dengan Avanza dan Xenia namun dengan gimmick jauh lebih menarik, tak ayal menjadi ladang penjualan baru bagi Toyota dan Daihatsu. Kami pun berkesempatan mengujinya secara lebih komprehensif, dua unit Daihatsu Sigra tipe R Deluxe dengan transmisi manual dan otomatis.
Desain
Tidak ada yang salah dari desain eksterior Daihatsu Sigra. Tubuhnya tampak proporsional sebagai sebuah MPV compact. Tidak terlihat seperti sebuah hatchback yang dimelarkan dan dipaksakan menjadi MPV 7-seater. Bahkan saya setuju dengan banyak opini yang mengatakan tampilan Sigra lebih menarik dibandingkan saudara sekandungnya Toyota Calya. Padahal perbedaan hanya terdapat dari sisi wajah depan saja, terutama model gril dan rumah fog lamp.
Tidak seperti Calya yang menerapkan model foglamp serupa dengan Agya. Ditambah identitas logo huruf S yang berarti Sigra, tampak lebih atraktif ketimbang logo burung Garuda milik Calya. Inilah yang membuat penampilan Sigra sedikit lebih elegan dibanding Calya. Mobil tes kami adalah tipe R Deluxe yang merupakan varian tertinggi di line-up Sigra. Perbedaannya dapat terlihat dari tambahan aksesori krom di lis jendela samping dan body moulding. Sehingga tidak terlampau polos satu warna bodi semuanya. Sementara Interior tampak lebih sporty dibandingkan Calya, karena didominasi warna hitam di jok. Dasbor mengadopsi warna 2-tone, dengan perpaduan hitam dan silver di bagian tengah.
Dasbor tampak sederhana dan mengutamakan ruang lega di area kaki. Dikarenakan posisi tuas transmisi yang diletakkan center stack seperti Daihatsu Gran Max dan Luxio, sementara tuas parking brake tetap di konsol tengah. Untuk transmisi matik terasa nyaman dan pas, namun tuas transmisi manual posisinya terlalu tinggi yang mudah membuat tangan pegal ketika sering berpindah gigi.
Kursi baris kedua dan ketiga tampak normal layaknya mobil 7-seater lainnya. Tersedia head rest dan seat belt dengan legroom dan headroom memadai. Namun kursi pengemudi dan penumpang depan tidak terlalu ergonomis akibat penerapan headrest yang menyatu dengan jok. Posisi sandaran kepala menjadi terlalu rendah bagi pengemudi berpostur tinggi. Tapi busa jok tergolong cukup tebal dan relatif nyaman. Kedua jok depan seolah tersambung oleh tambahan jok ditengah. Bisa saja dimanfaatkan untuk tempat duduk anak kecil, asalkan tidak mengganggu kegiatan mengemudi. Sandaran punggungnya pun bisa ditekuk untuk beralih fungsi menjadi arm rest.
Fitur dan Kenyamanan
Diluar dugaan, kolaborasi Toyota-Daihatsu kali ini terlihat sangat serius dalam melengkapi fitur di LCGC 7-seater. Bahkan fitur Sigra tipe tertinggi sudah setara dengan fitur Low MPV yang berada satu kelas di atasnya. Sebut saja fitur keselamatan dual airbags, Antilock Braking System (ABS) dan side impact beam sebagai pelindung tabrakan dari samping.
Sudah dilengkapi immobilizer dengan integrated remote key dan terdapat sensor parkir. Bahkan tipe R Deluxe ditambahkan lagi sensor parkir sudut depan yang semakin memudahkan kala parkir di tempat sempit. Ruang penyimpanan berlimpah terutama jumlah cup holder.
Head unit 2DIN memiliki fitur lengkap yang sudah pas untuk kebutuhan standard. Selain itu memiliki Multi Information Display (MID) dengan fungsi konsumsi BBM rata-rata, range meter, trip meter, indikator bensin dan jam. Adanya Eco Indicator sangat membantu pengemudi untuk menjaga putaran mesin di titik efisiensi paling optimal.
Posisi duduk menjadi salah satu kelemahan di interior Sigra. Terlalu tinggi dengan letak stir rendah tanpa pengaturan ketinggian (tilt steering). Posisi ini tidaklah mengasyikkan namun cukup nyaman untuk duduk berlama-lama dengan visibilitas luas.
Headroom dan legroom di baris kedua berlimpah dengan fleksibilitas tinggi karena dapat dimajumundurkan untuk menambah ruang kaki baris ketiga. Akses ke belakang pun dipermudah sistem pelipatan 1-touch tumble. Duduk di baris ketiga sudah pasti sempit untuk penumpang berpostur tinggi. Fitur rear air circulator yang menggantikan peran double blower akan terasa efektif jika AC disetel dengan putaran angin kencang. Sehingga udara dingin lebih banyak dihisapkan dan dihembuskan kembali ke belakang.
Performa
Performa mesin bagi mobil LCGC bukanlah faktor utama melainkan lebih mementingkan efisiensi bahan bakar. Karakter mesin seperti itulah yang ditawarkan oleh mesin baru 3NR-VE 4-silinder berkapasitas 1,2-liter. Mesin keluarga NR yang dirakit di Karawang bersamaan dengan 1NR-VE milik Avanza-Xenia dan 2NR-FE yang bersemayam di bonnet Sienta, Veloz, Vios dan Yaris terbaru.
Dengan 4 buah silinder memberi kehalusan jauh lebih baik dari mesin 3-silinder 1KR-VE milik Agya dan Ayla. Telah mengadopsi teknologi Dual VVT-i tidak serta merta menghasilkan performa yang lebih galak dibanding mesin 3-silinder. Tenaga sebesar 88 PS (87 hp) dan torsi 108 Nm justru tersalur lembut dan cenderung lemah untuk menggerakkan roda depan. Ditambah lagi penerapan drive-by-wire dengan jeda cukup besar saat mulai menginjak pedal, akan sedikit membuat ‘keteteran’ saat berakselerasi awal mengimbangi pergerakan lalu lintas.
Transmisi otomatis konvensional 4-kecepatan berasio gigi halus membuat tenaga di putaran rendah terasa kosong dan banyak powerloss. Perlu usaha hingga 3.000 rpm terlebih dahulu hingga tenaga terasa lebih kuat. Terasa cukup untuk pemakaian perkotaan. Tapi bakal kesulitan jika menemui jalanan menanjak panjang. Transmisi manual sedikit lebih baik walaupun perpindahan giginya sama seperti Gran Max atau Luxio. Setidaknya akan lebih mudah mengatur putaran mesin yang diinginkan.
Performa mesin yang lemah akan membuat pedal gas diinjak lebih dalam untuk mengail tenaga dan torsi. Jika sering kali diperlakukan seperti itu tentu saja konsumsi bahan bakar akan menjadi boros. Tapi bila memperlakukan Sigra secara normal dan sewajarnya, konsumsi bahan bakar dihasilkan sepadan dengan spesifikasi dan performa mesin. Dari hasil pengetesan melalui MID, didapat 13,3 km/liter (otomatis) dan 13,7 km/liter (manual) untuk rute dalam kota yang padat.
Pengendalian
Lagi-lagi diluar dugaan, bantingan Sigra ternyata tidaklah ‘murahan’ sesuai segmen yang ditempatinya. Tadinya kami memprediksi impresi berkendara Sigra ataupun Calya akan sama dengan Ayla dan Agya. Ternyata salah, bahkan dapat dikatakan lebih baik daripada Xenia dan Avanza. Konstruksi monokok (body on frame) menjadi faktor penting penunjang kenyamanan seperti sedan. Tidak seperti dua saudaranya yang masih menganut ladder frame. Apa yang disuguhkan terasa berkualitas dari sisi pengendalian maupun kenyamanan. Tak kalah bersaing dengan kelas Low MPV monokok semacam Suzuki Ertiga dan Honda Mobilio.
Ya, bantingan tergolong empuk hingga diributkan soal suspensi yang amblas jika diisi 7 orang penumpang. Padahal itu merupakan hal wajar dan hampir semua MPV mengalami itu tak terkecuali Toyota Alphard yang lebih mahal berkali-kali lipat. Lagipula tidak terjadi masalah yang fatal ketika dalam kondisi amblas tersebut. Justru menjadi kelebihan dari Sigra yang membuktikan kelembutan suspensinya untuk menghasilkan kenyamanan bagi seluruh penumpang. Tidak keras dan memantul-mantul seperti saudara tuanya (Xenia). Namun empuknya suspensi harus rela menerima body roll cukup besar.
Sasis monokok memberi karakter suspensi yang berbeda dibanding sasis ladder frame milik Avanza-Xenia. Format MacPherson strut di depan dan torsion axle beam merupakan settingan standar sedan entry level khas Toyota. Kestabilan di kecepatan tinggi pun lebih baik dibanding Avanza-Xenia. Plus lebih gesit dan respon kemudi lebih cepat meski minim feedback berkat penerapan Electric Power Steering (EPS).
Ukuran ban 175/65 yang membalut pelek 14-inci memang untuk mengejar rolling resistance rendah demi efisiensi. Pastinya pengendalian di tikungan akan semakin baik jika memakai ban lebih lebar setidaknya ukuran 185. Sementara ground clearance 180 mm merupakan nilai jual lain LCGC ini di tengah infrastruktur jalan di tanah air yang buruk.
Kesimpulan
Dua kata yang paling tepat menggambarkan Daihatsu Sigra adalah, melebihi ekspektasi. Awalnya kami skeptis, apa yang disuguhkan oleh Daihatsu hanyalah memelarkan Daihatsu Ayla dan dibenamkan mesin baru. Pada kenyataannya salah, semua fitur, impresi berkendara dan akomodasi yang ditawarkan membuat mobil ini memiliki value yang tinggi.
Meski tak dapat dipungkiri, kualitas material sepatutnya tidak banyak diharapkan dari sebuah mobil LCGC seharga Rp 138,8 juta dan Rp 149,6 juta. Durabilitasnya pun belum teruji layaknya Avanza dan Xenia. Bukan juga mobil yang menyenangkan untuk dikendarai. Performa mesinnya pun tidaklah membanggakan. Namun apa yang dimiliki oleh Sigra memenuhi daftar kebutuhan konsumen Indonesia akan sebuah mobil.
Foto: Edi Weente
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Daihatsu Sigra
Model Mobil Daihatsu
Promo Daihatsu Sigra, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Populer
Video Mobil Daihatsu Sigra Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
Mesin
998
|
1197
|
1206
|
Panjang
4110 mm
|
4110 mm
|
4493 mm
|
Lebar
1655 mm
|
1655 mm
|
1691 mm
|
Tinggi
1600 mm
|
1600 mm
|
1715 mm
|
Tempat Duduk
7
|
7
|
2
|
Jenis Transmisi
Manual
|
Manual
|
Manual
|
Mesin
1.0L Petrol Engine, In-line 3 Cylinder 12 Valve DOHC
|
1.2L Petrol Engine, In-line 4 Cylinder 16 Valve DOHC
|
1.2L Petrol Engine, In-line 4 Cylinder 16 Valve DOHC
|
|
Tren MPV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Daihatsu Sigra dari Carvaganza
Artikel Mobil Daihatsu Sigra dari Zigwheels
- Motovaganza
- Artikel Feature