Test Ride Royal Alloy GP200S: Selisik Perbekalan Sang Pendatang tanpa Seremoni (Part-1)
Royal Alloy sejatinya bakal lakoni debut di IIMS 2020. Kepastian itu sudah diinformasikan pihak brand melalui laman situs resmi. Bahkan beberapa bulan sebelum helatan. Sayang, pandemi COVID-19 membatalkan kelangsungan pameran otomotif itu. Otomatis menggagalkan perkenalan Royal Alloy secara masif ke khalayak Tanah Air.
Padahal ini penting, mengingat status Royal Alloy sebagai pendatang sekaligus pemain anyar. Bayangkan, debut globalnya saja baru dijalani pada gelaran EICMA 2019. Jelas masih seumur jagung dan tak sebanding dengan histori yang dituliskan Vespa maupun Lambretta. Meski tak ada seremoni khusus, situasi ini tak lantas membuat Utomocorp (importir) menunda aksi sang merek. Dan, melalui Royal Alloy GP200S inilah perjalanan mereka dimulai.
Beruntung OTO.com kebagian jatah menjajalnya. Namun ada hal yang cukup menggelitik. Tentu Anda sepakat bahwa fasad GP200S ini identik dengan skuter buatan Lambretta. Tentu saja tidak dituliskan secara gamblang. Terlebih Royal Alloy sendiri hanya menuliskan, penggarapan produk terinspirasi dari skuter yang hadir pada era-60an. Meski kami kira, referensi itu berasal dari sosok Lambretta TV atau SX series.
Nuansanya begitu terasa. Utamanya kala mengarahkan pandangan ke bentukan dasi, cover klakson, model sepatbor hingga struktur kaki-kaki (suspensi) depan. Tak cuma itu, model bodi samping atau jamak disebut tepongnya pun punya tarikan pola serupa bukan?
Walau nyatanya jika ditilik lagi, justru Scomadi-lah yang berperan penting atas lahirnya Royal Alloy. Ada cerita apa antarkedua brand tak umum ini? Tunggu ulasan kami selanjutnya. Sebelumnya, mari fokuskan dulu menyelisik perbekalan Royal Alloy GP200S.
GP200S menyajikan bentukan skuter yang tak kalah klasik. Utamanya menyasar ke bentukan dasi dan tebeng yang sekaligus menjadi media untuk mengumbar merek. Ditandai dengan penempelan emblem brand dan model. Lalu, sepatbor 'bego' yang tak mengikuti pergerakan roda, ketika kemudi bergerak ke kanan atau kiri.
Modernitas tetap dituangkan pabrikan lewat sematan lampu jenis LED. Sementara di dalam rumah lampu terdapat list putih bertuliskan Royal Alloy. Lantas berkesan mewah lantaran dibungkus cover heksagon beraksen krom. Sama pula dengan pengaplikasian sein mungil di kedua tebeng, jua dengan lampu hemat daya.
Beranjak ke area kemudi, terdapat panel meter digital. Minimalis, namun cukup bersahabat dipandang. Berisi informasi seperti spidometer, takometer, indikator bensin, suhu mesin hingga odometer. Disertai pula beberapa lampu indikator di bagian bawah layar. Beralih ke area setang, juga terdapat tombol-tombol umum semisal electric starter, sein, klakson dan tombol untuk menyalakan lampu jauh.
Sayang, bagian setang tak terbungkus sepenuhnya. Alhasil, memaksa kabel-kabel di bawah setang tereksploitasi. Berbeda dengan unit jualan Vespa atau Lambretta yang terlihat lebih clean. Belum tuntas di situ, sistem kunci Royal Alloy GP200S rupanya masih sangat konvensional. Bahkan tanpa pengaman magnet sekalipun. Tak ubahnya kepunyaan skutik Jepangan seperti Honda Beat atau Yamaha Mio, 10 tahun ke belakang. Padahal harga jualnya mencapai Rp 95 juta!
Tak berlama-lama, pandangan kami tertuju kepada kompartemen di balik tebeng. Ah, jadi teringat dengan salah satu lini lawas Vespa Excel. Terbagi menjadi dua ruangan yang dipisahkan oleh rangka. Memang tak cukup besar, tapi cukup untuk menaruh satu set jas hujan atau tas berukuran kecil. Sementara di sisi lain sudah dilengkapi pula dengan USB port untuk mengisi ulang daya gawai.
Ada pula tombol berwarna merah yang berfungsi untuk mengganti beberapa tampilan informasi saja. Tak cukup fungsional karena untuk mengubahnya, pengendara mesti membuka dulu boks dengan kunci. Lalu merogoh tombol yang menjorok ke dalam. Alangkah bijaknya jika fitur tadi berganti fitur engine cut ON/OFF. Setidaknya untuk mereduksi kekhawatiran pemilik dari pencurian.
Satu lagi, konsol tadi juga menjadi satu-satunya ruang yang bisa dimanfaatkan untuk menyimpan barang bawaan. Anda tak akan menemukan lagi bagasi di bawah jok. Pasalnya, area ini sudah disesaki oleh tangki bahan bakar bermuatan 11 liter. Untuk mengisi bensin diperlukan lagi kunci kontak. Tapi akses pengguna dimudahkan karena pembukaan joknya mudah. Cukup angkat bagian belakang jok depan yang sudah dilengkapi perekat karet.
Apakah cuma ini modal Royal Alloy GP200S? Jawabannya tentu tidak. Apalagi saat mengetahui kepemilikan jantung mekanik. Skuter Inggris buatan Thailand dibekali mesin DOHC yang tak ditemui pada kompetitor. Berkubikasi 181 cc dengan padu padan sistem pengabutan bahan bakar injeksi ala Magnetti Marelli. Di atas kertas GP200S sanggup mengail daya 19,5 Hp/9.500 Nm dan torsi maksimal 16 Nm/7.000 rpm.
Namun perlu diingat, GP200S memiliki bobot yang berat. Penggunaan rangka baja dan sebagian besar panel bodi berbahan sejenis, lalu volume bensin dan mesin besar, memberi sumbangsih besar terhadap berat 148 kg. Kenyataannya, produk ini miliki rancang bangun kompak. Dengan dimensi: 1.870 x 620 x 1.150 mm (P x L x T), ia tak lebih besar daripada pesaing utamanya, Lambretta V200 Special. Pun mengenai ketinggian jok yang berkaitan erat dengan impresi berkendara. GP200S hanya 770 mm, sedangkan sang lawan 800 mm. Harus dibuktikan! (Ano/Odi)
Baca Juga: Test Ride Royal Alloy GP200S: Mahalnya Harga Dibayar oleh Performa (Part-2)
Model Motor Royal Alloy
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Royal Alloy GP200S Terbaru di Oto
Tren Scooter
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Royal Alloy GP200S dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review