Road Test Wuling Almaz: Wuling Termahal, Pantas Dimiliki? (Part-2)
Wuling Almaz, SUV buatan Cina, bermesin turbo yang dirakit di Indonesia. Mobil ini menggoda lewat sejumlah fitur modern dan kelengkapan mewah. Menariknya, semua itu bisa ditebus dengan harga yang relatif murah dibanding kompetitor di kelasnya.
Kami sudah membahas eksterior, interior dan fitur di bagian pertama. Di artikel ini, kami mengulas tentang performa, efisiensi bahan bakar, pengendaraan dan pengendalian.
Performa dan Efisiensi
Ditenagai mesin 4-silinder, 1,5 liter turbocharged. Predikat turbo memang terdengar seksi belakangan ini. Apalagi perangkat turbocharger miliknya bukan buatan Cina, melainkan hasil karya Honeywell, perusahaan konglomerasi terkemuka dari Amerika Serikat. Padahal, maksud turbo pada Almaz, bukan semata untuk memberikan performa yang superior. Lihat saja kapasitas mesinnya yang hanya 1,5 liter atau setara dengan MPV (Multi Purpose Vehicle) sekelas Toyota Avanza.
Wuling ingin Almaz memiliki efisiensi bahan bakar seirit mobil bermesin 1,5 liter. Turbo dihadirkan untuk meningkatkan performa, kala dibutuhkan saat melaju di putaran mesin tinggi. Faktanya, hasil pengujian kami, Almaz hanya sanggup mencatatkan konsumsi bahan bakar terbaik 14,2 kpl di tol dan 10,2 kpl di dalam kota. Memang tak bisa dibilang boros, tapi tak bisa juga disebut irit. Testimoni banyak pengguna Almaz, juga mengungkap angka yang tak jauh berbeda.
Kenyataan lain, performa di atas kertas pun tak seperti yang diharapkan. Sebagai gambaran, Almaz bermesin 1,5 liter turbo menghasilkan tenaga sebesar 140 PS dengan torsi puncak 250 Nm. Outputnya ini masih kalah jauh dibanding Honda CR-V bermesin 1,5 liter turbo yang bertenaga 190 PS dengan torsi puncak 240 Nm. Harapan Wuling membuat Almaz memiliki performa setara mesin berkapasitas 2,0 liter pun meleset. Sebagai perbandingan, Honda CR-V bermesin 2,0 liter non turbo menghasilkan tenaga 155 PS dengan torsi puncak 189 Nm.
Namun tak bisa dipungkiri, torsi puncak 250 Nm yang dihasilkan Almaz menjanjikan akselerasi yang memadai. Terjawab sudah, karakter mesinnya tipikal mobil untuk perkotaan, yang lebih banyak menghabiskan waktu hadapi situasi stop and go di kemacetan.
Tapi di sisi lain, Wuling justru memadukan mesin bertorsi gemuk itu dengan transmisi otomatis jenis CVT (Continuous Variable Transmission) yang terkenal kurang begitu responsif. Maka dalam mode berkendara Sport sekalipun, melaju dari posisi diam mobil tak berlaku agresif saat pedal gas dipijak dalam. Torsi yang gemuk seakan jadi mubazir, karena mesin dipatok di rpm tinggi dan transmisi CVT yang bekerja mengatur rasio gigi secara lembut. Padahal torsi puncak mobil ini keluar di rpm rendah, sekitar 1.600 rpm - 3.600 rpm.
Beruntung transmisi bikinan Bosch menyediakan mode perpindahan transmisi manual. Tak main-main, simulasi perpindahan giginya sampai 8-percepatan. Di mode ini, karakter transmisi CVT berubah total. Mesin tak lagi dipatok di rpm tinggi. Tapi jarum rpm bergerak naik-turun secara gradual, mengikuti perpindahan posisi gigi yang dipilih secara manual lewat tuas transmisi. Gara-gara ini, mode berkendara Sport miliknya jadi tak menarik sama sekali. Sayang, belum tersedia paddle-shift untuk perpindahan gigi dari balik lingkar kemudi.
Pengendaraan dan Pengendalian
Sebagai Sport Utility Vehicle (SUV) yang berdiri di atas rangka monokok, Almaz menawarkan rasa berkendara cukup menyenangkan. Tingkat kekakuan rangka menunjang pengendaraan di beragam tingkat kecepatan. Betul, bobot kemudi terlalu ringan dan respons roda ke kemudi pun hambar. Tapi pergerakan kemudinya cukup akurat, membuat mobil tak sulit dikendalikan.
Bagaimana pengendaraannya? Banyak yang beranggapan Almaz terlihat kurang proporsional atau ukuran ban 215/60 R17 dirasa terlalu kecil. Apalagi ia memiliki lubang fender yang cukup besar, sehingga menyisakan celah yang cukup besar. Belum lagi offset (ET) ban yang positif atau bibir terluar pelek berada di dalam fender. Ditambah lagi ada over fender yang semakin membuat posturnya kurang gagah.
Perlu diperhatikan, Almaz memiliki ground clearance yang cukup tinggi, 230 mm atau salah satu yang tertinggi di kelasnya. Semua setelan di atas sudah diperhitungkan oleh insinyur Wuling dalam merancang Almaz. Sebab ukuran pelek dan ban yang lebih besar, membuat kendaraan menjadi lebih tinggi. Ini dapat mempengaruhi stabilitas berkendara. Sebab tingkat body roll mobil ini, cukup terasa saat menikung di kecepatan tinggi, meski masih dapat diminimalkan dengan baik.
Selain itu, semakin besar ukuran pelek, profil ban tentunya jadi semakin tipis. Hasilnya pasti mengurangi kenyamanan dalam berkendara di permukaan jalan yang tak mulus. Terlebih lagi, meski bukan SUV offroader, tapi Almaz disiapkan agar tetap dapat melintasi medan non aspal ringan. Itu pula sebabnya Almaz memiliki suspensi belakang independen multi link. Jadi masing-masing roda belakang dapat bergerak vertikal secara independen. Ruang fender yang besar dibutuhkan untuk roda berartikulasi di medan ekstrem agar tak mentok bibir fender. Ini sekaligus menjelaskan mengapa offset ban dibuat positif.
Simpulan
Singkatnya, Wuling Almaz versi 5-seater yang kami uji memiliki kelebihan dalam hal kelengkapan fitur, tampilan modern dan harga yang menarik. Performa dan efisiensi bahan bakar memang bukan keunggulannya, tapi rasa berkendara mobil ini patut diacungi jempol karena menyajikan stabilitas dan kenyamanan secara bersamaan. (RS/Odi)
Baca Juga: Road Test Wuling Almaz: Produk Termahal Pabrikan, Pantaskah Dimiliki? (Part-1)
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Wuling
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Wuling Almaz Terbaru di Oto
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Wuling Almaz dari Carvaganza
Artikel Mobil Wuling Almaz dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature