Road Test Lexus UX 300e: Mobil Listrik yang Normal-Normal Saja
Electric Vehicle (EV) alias mobil listrik masih barang baru -- jika tidak ingin dikatakan asing -- di Tanah Air. Secara tampilan memang sama dengan mobil-mobil kebanyakan tapi sistem dan kebutuhannya jauh berbeda. Hal ini membuat kita punya banyak pekerjaan rumah sebelum mobil berteknologi ini banyak beredar di jalanan.
Okelah, sebelum membahas soal Lexus UX 300e yang kami coba, ada sedikit pengakuan. Saya selama ini selalu sulit untuk bisa suka dengan desain modern Lexus, khususnya untuk model SUV atau crossover. Lexus, menurut saya, seperti berusaha terlalu keras dan menembus batas dalam membuat bahasa desainnya, dengan lekuk dan garis yang rumit. Sudut dan racikannya terlalu njelimet. Tapi cerita langsung berubah ketika saya lihat langsung Lexus UX yang dibawa ke Indonesia International Auto Show 2018 lalu.
Saya langsung terpikat desain UX, sebagai model SUV/crossover termungil dari line up Lexus. Tampilan dan desain luarnya terasa proper, seperti apa yang telah diwujudkan pada model IS dan LS, bahkan LC 500. UX punya proporsi desain yang tepat dan cantik untuk sebuah Lexus, setidaknya menurut selera saya.
Sejak resmi beredar di pasar Indonesia mulai tahun 2019, saya selalu penasaran ingin bisa mencoba mobil ini. Namun sampai lewat tahun 2020 berakhir, kesempatan itu tidak kunjung datang lantaran mewabahnya pandemi Covid-19. Sampai akhirnya, setelah peluncuran perdana di Asia Tenggara untuk UX versi listrik, yaitu UX 300e, di Indonesia, saya baru berkesempatan untuk mencoba mobil ini.
Jujur saja, sejak mengenal UX, saya lebih tertarik untuk menikmati penampilan dan desainnya dari luar, karena memang sebagus itu bagi saya. Apalagi kalau melihat strip LED panjang yang menjadi lampu belakangnya. Dan soal spesifikasi dan fiturnya, saya tidak terlalu peduli sebenarnya. Penilaian adalah soal selera. Tapi ini adalah mobil berdesain terbaik yang pernah dilansir oleh Lexus, bahkan oleh Toyota secara keseluruhan dalam sepuluh tahun terakhir mungkin.
Baca juga: Mobil Listrik Lexus UX 300e Dijual Rp 1,2 Miliar di Indonesia, Simak Keunggulannya
Tampang Sama
Oke, cukup soal mengagumi keindahan desain UX, di sini kita akan bicara soal bagaimana mobil listrik Lexus UX 300e dikendarai, terutama sebagai mobil bertenaga listrik penuh. Hadirnya UX 300e menjadi mobil full electric pertama dari keluarga besar Toyota untuk pasar Indonesia. Toyota dan Lexus memang sudah secara bertahap memperkenalkan teknologi elektrifikasi di Indonesia melalui varian hybrid pada berbagai model dan segmen. Tapi UX 300e menjadi awal era mobil full electric Toyota dan Lexus di Indonesia dimulai.
Lexus mengambil langkah berbeda dalam merancang mobil listriknya ini. Bukannya mengikuti cara pabrikan lain dengan mengambil gaya desain khusus yang umum diterapkan pada mobil listrik, UX 300e justru nyaris tidak ada perubahan dibandingkan versi mesin konvensionalnya. Lihat saja pada fascia depan, grille masih punya kisi-kisi terbuka untuk menyalurkan udara segar ke sistem pendinginan. Keseluruhan eksterior tidak ada perubahan mencolok, kecuali desain velg aerospoke dan emblem “Electric” di pintu baris kedua.
Saat masuk ke dalam kabin, hal yang sama bisa dijumpai. Penampilan dan suasana interior UX 300e juga sangat identik dengan varian bensinnya. Mungkin paling hanya pilihan warna kulit pelapis jok saja yang berbeda. Kerapian tata ruang interior yang eksotis tetap ada, bahkan lebih memukau daripada yang biasa disajikan Mercedes-Benz, BMW atau Audi. Lexus mengangkat unsur kebudayaan tradisional Jepang dalam sentuhan desain lapisan jok di depan, yang diklaim terinspirasi dari motif jahitan pakaian beladiri Aikido.
Dari seluruhnya yang disajikan pada eksterior dan interior, menurut saya Lexus sepertinya tidak ingin membuat para pengguna UX 300e asing hanya karena memiliki teknologi powertrain berbeda. Kalau memang sudah bagus, buat apa juga diubah kan? Meski tidak menunjukkan gamblang perbedaannya, paling tidak nuansa premium khas Lexus bisa tetap dirasakan. Lalu apakah begitu juga saat dikemudikan?
EV yang ‘Normal’
Harus saya tegaskan dulu, kalau sebelumnya saya belum pernah mengemudikan Lexus UX versi mesin bensin. Jadi saya tidak bisa bandingkan langsung perbedaannya saaat dikemudikan. Namun berbekal pengalaman pernah mencoba mobil listrik dari pabrikan lain, salah satunya Hyundai Ioniq Electric, sepertinya kesan saat merasakan perbedaannya akan kurang lebih sama saja.
Tentu saja saat tombol starter dipencet atau sistem powertrain dinyalakan, UX 300e hanya akan mengeluarkan bunyi pengingat dan lampu indikator khusus untuk memberitahu bahwa kendaraan ini siap untuk dijalankan. Pengoperasian transmisi juga terasa konvensional, karena Lexus mempertahankan tuas joystick seperti yang dimiliki oleh model hyrbidnya selama ini.
Jadi masih ada indikator Drive (D), N (Neutral), Reverse (R), dan B (Brake) untuk engien braking. Kemudian ada satu tombol P (Parking) elektronik yang tinggal pencet. Sama saja.
Seperti banyak review dan berita menyebutkan, salah satu karakter khas mobil listrik adalah torsinya yang melimpah dan bisa dieksploitasi sejak awal melaju. Tapi beda saat UX 300e ini dilajukan. Torsinya justru sopan dan halus, tidak eksplosif atau terkesan terlalu padat Ketika pedal akselerator diiinjak. Laju awalnya dari diam justru terkesan linear, layaknya masih menggunakan mesin pembakaran. Paling hanya minus getaran dari arah ruang mesin saja.
Baca juga: Lantaran Visi Lexus Electrified, Perusahaan Akhirnya Menjual Mobil Listrik UX 300e ke Indonesia
Begitu yang saya rasakan saat melajukan UX versi listrik ini di jalan raya Jakarta, tidak ada efek mengagetkan setiap saat pedal akselerator diinjak lebih dalam. Mungkin hanya saat injakan ke pedal dibejek sampai rata lantai, luapan torsinya sangat terasa. Tapi tetap, terasa ada jeda sepersekian detik dari sejak input ke pedal diberikan sampai mobil berakselerasi kencang. Tapi ini masih di mode berkendara Comfort.
Karena full electric, jelas lajunya sangat hening apalagi dengan kualitas kekedapan kabin Lexus yang memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Memang tidak begitu kencang, tapi motor listrik dengan output 201 hp dan torsi 300 Nm dari mobil ini mengeluarkan suara mendengung dari luar. Hal ini demi memenuhi peraturan untuk kendaraan listrik agar bisa terdengar oleh pengguna jalan lain, khususnya pejalan kaki, dengan alasan keselamatan.
Satu hal yang paling saya noticed saat mengemudikan UX 300e adalah posisi duduknya yang cenderung rendah untuk sebuah crossover. Nyaris sama seperti kalau duduk di dalam sebuah sedan atau hatchback. Jadi walaupun basis UX yang adalah platform TNGA GA-C seperti Toyota C-HR, sama-sama berwujud crossover, feeling berkendaranya justru terasa lebih kompak dan dinamis dengan posisi duduknya ini. Seketika membuat saya lupa kalau UX adalah sebuah crossover atau SUV mungil.
Apalagi dengan fakta bahwa konfigurasi mobil listrik yang meletakkan rangkaian baterai di bagian dasar chassis, membuat mayoritas bobot terpusat di bawah. Alhasil, mobil lebih terasa menempel ke aspal ditarik gravitasi dan pergerakkan dari setiap manuver menjadi lebih mantap. Belum lagi saat mengetahui bahwa setirnya dengan sigap merespons setiap input, namun sangat halus saat diputar. Agak kontradiktif, tapi sepertinya Lexus prioritaskan ke arah kenyamanan daripada karakter sporty sepenuhnya dalam merekayasa sistem kemudinya.
Tentunya untuk komuter di jalanan dalam kota, UX 300e sangat nyaman dengan kekedapannya, motor listrik yang halus, serta lantunan lagu atau radio favorit dari sistem audio Mark Levinson. Lexus juga mengatur karakter audionya kea rah SQ (sound quality) daripada SPL (sound pressure loud), jadi tidak terasa dentuman bass keras sekencang apapun volume suara dipasang. Cocok untuk menikmati music klasik, swing jazz, atau mungkin Lo-Fi.
Kebetulan selama periode pengetesan saya bersama UX 300e, cuaca di Jakarta lebih sering hujan, bahkan deras dengan intensitas tinggi. Jadinya saya tidak terlalu fokus untuk mencari tahu sekencang apa motor listriknya kalau digeber maksimal. Tapi sempat juga sesekali mengajaknya cuising di jalan tol dan rasakan mode Sport. Tetap saja, meski keran output motor sudah dimaksimalkan, UX memang merespons lebih sigap dan galak, namun tetap halus dan tidak spiky.
Yang jelas, berkendara bersama UX 300e saya dibuat sesaat lupa akan dua hal; pertama mobil ini adalah crossover, dan kedua di balik bonnetnya tidak ada lagi mesin pembakaran. Karena pengendalian dan sensasinya sangat dinamis untuk sebuah crossover. Begitu juga dengan karakter motor listriknya yang halus dan linear layaknya bukan mobil listrik. So, tak ada bedanya dengan mobil lainnya.
Baca juga: Simak 10 Hal Menarik dari SUV Listrik Lexus UX 300e
Hal-Hal Minor
Untuk pasar Indonesia, Lexus Indonesia membanderol harga UX 300e di angka Rp 1,245 miliar (OTR Jakarta) saat diluncurkan akhir November 2020 lalu. Tapi ada beberapa hal minor yang agak mengusik saya selama menikmati waktu bersama mobil ini.
Pertama, sebagai mobil listrik UX 300e dilengkapi juga oleh fitur regenerative braking yang bisa dipilih dalam 3 level. Tapi pada level tertinggi, efek dari fitur ini saat pedal gas dilepas tidak sekuat mobil listrik lainnya yang pernah saya coba, contohnya Hyundai Ioniq dan Nissan Kicks e-Power. Mungkin ini cara Lexus untuk membuat karakter pengendaraannya sealami mungkin. Tapi di sisi lain, kita tidak bisa kemudikannya dengan metode one pedal operation.
Kedua, sistem infotainment Lexus memang ‘berbeda’ dibandingkan mobil pabrikan sekelas di segmen premium. Kepraktisannya sudah didukung oleh wireless charging dock untuk smartphone kesayangan kita. Tapi, sayangnya untuk terhubung ke Apple CarPlay atau Andoid Auto, masih harus melalui kabel data USB, alias belum bisa wireless.
Ketiga, di antara tampilan kokpit yang modern dan mewah, kenapa justru indikator baterai mobil tidak sekalian dibuat dengan tampilan digital? Pada UX 300e, indikator kapasitas baterai justru analog, seperti mobil dari dekade lalu, padahal speedometer dan MID sudah full digital yang interaktif.
Walaupun demikian, paket fitur dan teknologi yang disediakan oleh Lexus pada UX 300e sudah cukup lengkap. Dari sisi keselamatan, sudah tersedia 8 buah airbag. Lalu ada Lexus Safety System+ yang diisi oleh Pre-Collision System (PCS), Dynamic Radar Cruise Control (DRCC), Lane Departure Alert (LDA), dan Adaptive High beam System (AHS).
Konsumsi Energi Listrik
Mayoritas masa pengetesan saya untuk UX 300e dilakukan di jalanan dalam kota Jakarta. Jadi tidak sering dibawa kencang, namun frekuensi berkendaranya cukup tinggi selama beberapa hari. Dengan mengutamakan mengemudi dalam mode Comfort, saya mendapat hasil konsumsi energi 7,4 km/kWh. Yang kalau dikonversi setara dengan mesin bensin adalah 65,8 km/liter.
Klaim Lexus, saat baterainya yang berkapasitas 54,3 kWh terisi penuh, UX 300e bisa dipakai berkendara untuk jarak sedikit lebih dari 300 kilometer. Kira-kira Jakarta ke Purwokerto. Untuk sesama crossover full electric, memang jarak tempuhnya sedikit lebih pendek kalau dibandingkan dengan Kona Electric. Tapi tentu kemewahan yang ada pada UX 300e tidak bisa dibandingkan apple-to-apple.
Untuk pengisian ulang atau charging baterai, Lexus menyediakan dua port di sisi kanan dan kiri mobil. Bagian kanan untuk charging dengan listrik AC, untuk charging normal seperti di rumah, kantor, atau fasilitas umum lainnya. Contohnya saat di rumah, saya bisa memilih kecepatan charging dengan arus 8A atau 16A. Tentu butuh waktu yang cenderung lama untuk pengisian via AC, setidaknya semalaman untuk bisa mencapai penuh.
Sementara di sebelah kiri, ada saluran untuk port DC dengan tipe CHAdeMO untuk memanfaatkan metoda fast charging. Untuk bagian ini, listrik maksimal yang bisa diserap sampai 31A. Misalnya baterai tersisa sekitar 50%, untuk mengisinya sampai penuh lagi, 100%, butuh waktu tidak sampai 2 jam.
Setiap pembelian unit UX 300e akan sudah dilengkapi perangkat travel charger untuk dibawa-bawa dalam mobil. Lalu di rumah, Lexus akan memasangkan wallbox charger dengan besaran arus listrik yang seklaigus disesuaikan saat pemasangan. Kalau tinggal di kota besar, kita sudah bisa manfaatkan sejumlah fasilitas charging station yang disediakan baik oleh BUMN maupun inisiatif pihak swasta yang mengelola tempat-tempat tertentu, seperti mall atau perkantoran.
Baca juga: First Drive Hyundai Palisade, Pilihan Baru Bagi Penikmat Premium SUV
Kesimpulan
Beberapa hari mengendarai mobil ini sangat menyenangkan. Sebagai pionir model full electric dari seluruh line model Toyota dan Lexus di Indonesia, UX 300e menjadi mobil yang tetap ingin memberikan sensasi premium khas yang selama ini diandalkan. Tidak sulit untuk beradaptasi dengan UX 300e, karena memang penampilan luar, layout interior, dan bahkan karkater berkendaranya sangat familiar dan tidak membuat kaget atau asing.
Karakter berkendaranya sangat dinamis dan nyaman, terasa seperti sebuah hatchback atau sedan meski wujudnya agak jangkung sebagai crossover. Kualitas rancang bangun premiumnya tetap kental bisa dinikmati, disertai kelengkapan fiturnya dari sisi keselamatan.
Kalau akhirnya Anda memutuskan untuk mengganti UX bermesin bensin di garasi dengan UX 300e, biasakan saja untuk tidak mampir ke SPBU untuk mengisi bensin lagi. Di kelasnya juga, saat ini tidak ada rival langsung untuk UX 300e di Indonesia. Apalagi Mercedes-Benz EQA yang baru-baru ini debut global, belum ada kabar apakah akan diboyong ke Tanah Air atau tidak. (Why/Raju, Foto: Edi Weente)
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Lexus UX
Model Mobil Lexus
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Lexus UX Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Tenaga
181
|
163
|
150
|
340
|
103
|
Torsi
188 Nm
|
250 Nm
|
250 Nm
|
500 Nm
|
136 Nm
|
Automatic Climate Control
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
-
|
Keyless Entry
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Brake Assist
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Vehicle Stability Control System
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Airbag Samping Depan
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Kamera Belakang
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Cruise control
-
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
-
|
Automatic Head Lamps
-
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
|
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Lexus UX dari Carvaganza
Artikel Mobil Lexus UX dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature