Road Test: Ferrari Roma, Jinak dan Dinamis Dengan Aero Lebih bagus dari Portofino
Selama satu dasawarsa terakhir ini, Ferrari berusaha merengkuh pasar GT (Grand Touring) yang terus tumbuh berkembang. Pada tahun 2008 lalu, pabrikan Maranello memasarkan California dengan body style - convertible, namun agak melenceng dari sasaran. Lantas pada 2014, Ferrari merilis California T dengan tenaga lebih besar menjadi 560 hp dari 460 hp.
Untuk memperkuat posisinya, Kuda Jingkrak mendesain ulang coupe-convertible entry level itu pada tahun 2017 lewat kelahiran Portofino. GT car tersebut dibekali mesin V8 600 hp, namun tak ada yang tahu bahwa Ferrari juga sudah mempersiapkan coupe GT bermesin V8, 620 hp yang disebut Roma. Kendaraan ini dirilis pada akhir 2019.
Ferrari berharap lewat Roma mereka bisa menarik customer base yang lebih besar lagi, untuk membendung coupe GT dari pabrikan lain seperti Bentley, Porsche, Mercedes atau pun BMW. Dulu Ferrari pernah punya coupe mesin depan V12, tapi belum pernah punya coupe mesin depan V8, bukan coupe-convertible.
Dari segi styling, kehadiran Roma mengingatkan kita pada body style Ferrari yang ramping dan keren di tahun 1960-an. Stylingnya ikonik hasil tangan dingin Flavio Manzoni. Terlihat sangat modern, kebaruan dan elegan. Tanpa bantuan aerodinamika yang mencolok, mampu menghasilkan downforce lebIh tinggi sampai 95 kg dibandingkan Portofino pada kecepatan 250 km/jam.
Pabrikan sengaja tidak mengadopsi elemen aerodinamika di bagian eksterior karena sebagian besar unsur aerodinamika itu dihasilkan dari bagian kolong mobil. Tim aerodinamika Ferrari telah mendesain kolong mobil dengan bentuk rata dengan vortex generator dan rear diffuser canggih untuk mendapatkan level aerodinamika yang tinggi. Satu-satunya komponen penunjang aero di bagian eksterior adalah spoiler belakang aktif tiga bilah yang akan membuka dari posisi tertutup sampai posisi medium ketika mobil mencapai kecepatan 100 km/jam.
Agar spoiler bisa mencapai posisi maksimal, tidak ada setingan kecepatan dengan demikian spoiler benar-benar bisa bekerja pada performa puncak. Melainkan bekerja dipicu oleh tekanan pada saat menikung dan mengerem. Ketika sampai pada g-force yang tepat, spoiler akan bekerja menghasilkan downforce agar grip bekerja secara maksimal. Tapi pada kecepatan di atas 300 km/jam, spoiler akan tetap berada pada posisi medium untuk memberikan keseimbangan downforce bagian depan dengan belakang.
Jadi jangan berharap melihat Roma menjelajah kota dengan posisi spoiler terbuka. Spoiler tersebut juga tidak bisa diaktifkan secara manual, sehingga Roma tetap terlihat bersahaja di jalan raya, namun tetap menarik perhatian. Yang lebih penting lagi adalah karena spoiler itu bagian integral dari paket performa kendaraan, engineer tidak mengotak-atiknya.
Mesin yang hebat
Kunci utama dari performa Roma adalah mesin V8 3.9 liter. Saking bagusnya, mesin tersebut pernah mendapatkan penghargaan sebaga mesin terbaik. Pabrikan berhasil menaikkan tenaga yang dihasilkan sebesar 20 hp menjadi 620 hp. Mesin tersebut sama dengan yang dipakai oleh Portofino M (Modificata). Seperti sebelumnya, mesin V8 turbocharge ini mengadopsi manajemen Variable Boost Ferrari untuk memberikan kurva torsi yang identik dengan mesin naturally aspirated sehingga Ferrarista merasa yakin dengan turbo tersebut.
Tenaga yang dihasilkan bisa mendorong mobil memiliki kemampuan sprint 0 – 100 km/jm daalam waktu 3,4 detik dan 9,3 detik untuk 0 – 200 km/jam. Sedangkan top speed di atas 320 km/jam. Hal tersebut berkat mesin V8 yang dikombinasikan dengan transmisi DCT 8-speed, yang juga dipakai oleh SF90 Stradale. Bahkan bobot transmisinya lebih enteng 6 kg dibandingkan transmis 7 percepatan. Dengan ekstra gear ratio, akselerasi pada gear ratio yang lebih rendah (1 – 7) menjadi lebih baik lagi, sedangkan untuk cruising lebih cocok pada gigi 8.
Meskipun perpindahan giginya lebih cepat 23 persen, yang mengejutkan adalah Roma sangat enak dibawa cruising pada 1000 rpm. Torsi puncak 760 Nm didapatkan pada gigi 7 dan 8. Untuk memenuhi standar emisi yang berlaku, terpasang filter baru di belakang catalytic converter. Komponen ini bisa meredam suara dari knalpot, namun suara yang dikeluarkan tetap terdengar gahar. Pasalnya, Roma adalah Ferrari dan Ia jauh lebih anti-sosial dibandingkan dengan model-model Ferrari lainnya.
Tak seperti Portofino, Roma memiliki fitur pengaturan Race seperti model-model ekstrim Maranello lainnya. Mode pengendaraan Race cukup nyaman, mungkin mirip dengan mode Sport pada F8 atau 812, sedangkan mode Comfort diseting benar-benar untuk pengendaraan dalam kota.
Karena bodinya yang lebih kecil, membuat kendaraan GT ini lebih gesit saat menikung. Ketika masuk tikungan dengan tajam, as roda depan akan mengatur secara otomatis agar tidak terjadi understeer. Meskipun pengemudiannya tidak seresponsif F8, grip mobil pada saat di tengah tikungan sangat kuat dan aman.
Pengeremannya membutuhkan aklimatisasi karena menggunakan teknologi brake-by-wire. Pada awalnya terasa terlalu sensitif, namun kapabilitas daya hentinya patut diapresiasi. Dengan brake-by-wire keselamatan mobil menjadi lebih terlindungi lagi.
Secara keseluruhan, Ferrari Roma tergolong jinak dan dinamis. Kekuatan mobil ini terletak pada karakternya yang sangat kuat sehingga orang yang mengemudikannya mendapat sensasi yang luar biasa. Pengemudi akan merasa sangat percaya diri baik pada saat memacu di trek lurus atau pada saat menikung. Untuk kategori Ferrari, Roma juga tergolong kendaraan nyaman.
Ferrari Roma
Layout kendaraan: Grand touring, front-mid engine, coupe-convertible, 2+2, RWD
Mesin: V8 twin-turbocharge 3.9L/620 hp @ 5750 – 7000 rpm/760 Nm @ 5750 rpm
Transmisi: DCT F1 8-speed
0 – 100 km/jam: 3,4 detik
Top speed: di atas 320 km/jam
ANDRE LAM | ALIH BAHASA: EKA ZULKARNAIN
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Volkswagen
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Volkswagen Polo Terbaru di Oto
Tren Hatchback
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Volkswagen Polo dari Carvaganza
Artikel Mobil Volkswagen Polo dari Zigwheels
- Motovaganza