Hyundai Tucson XG CRDi: Mesin Tangguh Penegas Jati Diri
Di tengah perkembangan teknologi diesel, penggemarnya kian bertambah banyak. Image berisik, bergetar, lamban dan mengeluarkan asap hitam seperti cumi-cumi sudah hilang tak berbekas. Mesin diesel tak seperti dulu lagi, bahkan sudah lebih maju ketimbang mesin bensin sekalipun. Terutama dari sisi performa dan efisiensi bahan bakar. Perbandingan output antara mesin bensin dan diesel berkapasitas sama, sekarang sudah mampu diungguli diesel. Khususnya torsi yang dihasilkan. Kenikmatan entakan torsi besar, sulit disaingi mesin bensin naturally aspirated.
Setelah merilis Hyundai Tucson bensin di GIIAS 2016 dan telah kami uji, Hyundai Motor Indonesia segera meluncurkan versi mesin diesel Maret lalu. Ini pertama kalinya Hyundai Tucson diesel mengaspal di Indonesia. Menurut pihak Hyundai, dikarenakan permintaan mesin diesel di lineup Tucson cukup tinggi. Pemicunya, kepuasan performa mesin diesel di Santa Fe dan H-1. Meskipun secara garis besar, hampir tak berbeda dengan Tucson bensin, tentu ada rasa penasaran yang bersumber dari jantung mekanis di balik kap mesinnya.
Eksterior Tucson XG CRDi tetap menggunakan bahasa desain Fludic Sclupture 2.0 dan Storm Edge mirip Santa Fe. Bahkan jika Anda kurang jeli, mudah tertukar antara Tucson atau Santa Fe. Tucson generasi keempat, mendapatkan beragam perubahan berskala mayor dibandingkan dengan pendahulunya. Seperti grille chrome yang dihiasi Bezel Silver. Kemudian headlamp menggunakan Projector Xenon 4.300K disertai dengan LED positioning lamp ditambah dengan DRL (Daytime Running Light).
Wheel arch lapang menopang ground clearance tinggi, berisikan velg modis desain baru masa kini berukuran 17-inci dengan ban 225/60. Cutline dinamis dari lampu depan ke lampu belakang memberi kesan aerodinamis, diselingi fender besar yang membentuk otot. Emblem CRDi tersemat di bagian belakang sebagai identitas utama di bagian luar.
Interior lebih terlihat berbeda dari tipe bensin karena didominasi warna beige. Model warna two tone di dasbor memang tidak se-sporty Tucson bensin yang serba hitam gelap. Namun warna yang terang, membuat kabin terlihat lebih elegan dan cerah. Desain tata letak sudah ergonomis dan kemewahan terpancar dari balutan kulit di jok yang tidak disertai pengaturan elektrik.
Nah, kelengkapan fitur jadi sisi minus Tucson. Tombol AC masih model putar tanpa climate control. Sementara kantung udara hanya ada dua untuk pengemudi dan penumpang depan, serta belum ada sistem kontrol stabilitas maupun kontrol traksi. Fitur keamanan aktif hanya mengandalkan sistem ABS dan EBD. Menyalakan mesin pun masih harus memasukkan anak kunci, tidak seperti kebanyakan SUV di segmen ini yang sudah menggunakan tombol start/stop engine.
Ada minus tentu ada plus. Akomodasi penumpang maupun barang cukup ideal melalui proporsi jok 60/40. Jika dilipat semuanya, maka tercipta ruang kargo sebesar 878 liter. Dan untuk keamanan barang bawaan Anda, terdapat luggage screen sehingga bagasi terbelah menjadi dua bagian. Beruntung ada Power Tail Gate yang memudahkan proses buka-tutup pintu bagasi.
Sebagai sarana hiburan dan informasi, bertengger layar monitor multimedia berukuran 8-inci di tengah dasbor. Terdapat fitur Eagle’s Eye View yang menampilkan visual 360 derajat sisi mobil yang tidak terlihat mata. Ditambah lagi 4 titik sensor parkir di belakang, yang membuat proses parkir semakin aman. Adanya panoramic roof yang membentang tiga perempat atap dan dapat dibuka separuhnya, menambah nuansa mewah dan kabin jadi terasa lebih luas.
Tak perlu lama mencari posisi duduk yang pas pada kursi medium-SUV andalan Hyundai ini. Kursinya terasa lebar dan nyaman. Namun posisi duduk terasa sangat tenggelam. Letak shoulder line yang tinggi, membuat posisi jendela juga tinggi. Saat kunci kontak diputar, getaran pun terasa minim untuk sebuah mesin diesel. Sekilas masih sedikit terdengar suara khas gemeretak ke dalam kabin, tapi sudah sangat halus seperti diesel modern pada umumnya.
Mesin turbodiesel R-Line 2,0-liter masih bawaan Tucson generasi kedua dan Kia Sportage generasi ketiga. Dengan pasokan bahan bakar Common Rail Direct Injection (CRDi) yang dikembangkan sendiri oleh Hyundai Kia Automotive Group, dengan kapasitas hanya 1.995 cc sudah sanggup menghasilkan 178 PS dan torsi 400 Nm. Torsi puncaknya mampu dicapai mulai dari putaran 1.750 hingga 2.750 rpm.
Penerapan E-VGT yang tak lain adalah Variable Geometry Turbocharged (VGT) turut membantu daya besar dihasilkan. Bedanya dengan VGT lain, adanya pengaturan secara elektrik. Engine Control Module (ECM) memegang peran besar. Selain mengatur injektor di ruang bakar, ECM mengontrol E-VGT berdasar masukan dari berbagai sensor, lalu mengatur tekanan turbo melalui aktuator.
Hebatnya, torsi sudah hadir mulai putaran 1.750 rpm, cukup rendah tapi masih terasa gejala kekosongan akibat turbo lag bila di bawah putaran itu. Seiring meningkatnya putaran mesin, sontak luapan torsi membuat tubuh kaku terbenam di jok kulit mewahnya. Besaran tenaga 178 PS sudah cukup berlimpah, ditambah tonjokan torsi yang meluap-luap. Torsi besar memang memberikan kenikmatan tersendiri. Sedikit jentikan di pedal gas saja, semakin mempercepat jarum speedometer berputar searah jarum jam. Tak terasa kecepatan 150 km/jam tergapai dengan mudahnya. Kondisi jalan tol yang cukup ramai mengagalkan usaha melebihi kecepatan itu.
Seluruh daya disalurkan oleh transmisi otomatis 6-percepatan ke roda depan. Transmisi ini sendiri memiliki fitur shiftronic atau perpindahan manual dan ada tiga pilihan mode berkendara : Eco, Normal dan Sport. Di mode Sport, putaran mesin bermain lebih tinggi. Bergerak cepat menuju 4.000 rpm dengan perpindahan gigi mulus di tiap 6 tingkatan percepatan. Torsi terasa beringas dan dengan santai hanya bermain di kisaran 2.000 rpm untuk menggapai kecepatan 140 km/jam.
Di mode Eco, perpindahan gigi lebih cepat untuk menjaga putaran mesin rendah. Nah, soal konsumsi bahan bakar, bagian ini dijamin tidak mengecewakan Anda. Konsumsi solar PertaDEX dalam kota, Tucson Diesel mampu meraih angka 11,4 km/liter dengan mayoritas jalanan macet dan konsumsi BBM tol di kisaran 17 km/liter. Setara dengan compact hatchback bensin 1,5-liter bukan?
Suspensi tetap mengandalkan konstruksi Independent McPherson Strut di depan dan Multi link di belakang. Bantingan terbilang empuk, namun saat melibas tikungan dengan kecepatan tinggi, moncong mobil cenderung membuang dan limbung. Tergolong pas, tidak terlalu empuk dan tidak terlalu keras. Keempukannya tidak membuat mengayun melainkan tetap teredam mantap layaknya mobil Eropa. Tidak juga terlampau keras karena tidak sampai dalam taraf kasar dan kaku. Respons setir cukup cekatan dan presisi. Power steering elektrik turut membawa rasa minim feedback yang sulit dihilangkan.
Harus diakui, Hyundai Tucson Diesel ini merupakan alternatif yang lebih menarik dibanding varian bensinnya. Walaupun modelnya identik, karakter mesin dieselnya tidaklah main-main dan sangat potensial. Dengan harga Rp. 458 juta, memang lebih mahal Rp 41 juta dari Tucson XG bensin. Tapi untuk apa berharap lebih dari sisi kemewahan atau kelengkapan fitur, jika sudah terpuaskan oleh kehebatan mesinnya.
Foto: Edi Weente & Herry Mulyamin
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Hyundai
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Hyundai Tucson Terbaru di Oto
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Hyundai Tucson dari Carvaganza
Artikel Mobil Hyundai Tucson dari Zigwheels
- Motovaganza