First Drive Wuling Alvez EX: Habitat Cocok di Perkotaan, Enak Buat Harian
Wuling Alvez meluncur saat IIMS 2023, Februari lalu. Langsung mencuri perhatian, khususnya untuk pemerhati SUV kompak. Meski tidak begitu heboh prosesi peluncurannya, dampak kehadirannya terasa bagi dunia otomotif Indonesia.
KEY TAKEAWAYS
Review Wuling Alvez EX
Wuling Alvez sudah cocok untuk dipakai di perkotaan, perlu sedikit pembiasaan untuk dipakai perjalanan jauh luar kotaBagaimana tidak? Dengan banderol tertinggi tidak sampai Rp300 juta, Wuling menawarkan model SUV yang sekelas dengan Honda HR-V, Hyundai Creta, Mazda CX-3 dan Kia Seltos. Harga di bawah rata-rata pemain lain di kelasnya sudah menjadi salah satu ciri khas produk Wuling selama eksis di sini. Tapi Alvez tidak sekadar harga murah, melainkan turut menawarkan daftar panjang fitur dan teknologi unggulan.
OTO Media Group sudah mencicipi First Drive Wuling Alvez secara singkat di sela berlangsungnya IIMS 2023. Lalu pekan lalu, selama dua hari saya berkesempatan coba Alvez menempuh perjalanan antar kota. Atas undangan Wuling Motors, kami mengikuti media test drive Alvez dari Solo menuju Wonogiri, lalu finis di Yogyakarta. Menjadi momentum untuk lebih bisa merasakan impresi menyeluruh dari adik Almaz ini.
Selama perjalanan sepanjang sekitar 250 kilometer menyusur pesisir selatan Jawa, saya bersama rekan media lainnya berbagi unit Alvez EX, varian tertinggi. Banderolnya saat ini Rp295 juta (OTR Jakarta), menjadi varian tertinggi compact SUV dengan harga termurah dari yang lain di kelasnya. Tentunya varian ini dibekali fitur paling lengkap, serta drivetrain dengan transmisi CVT. Begini impresi saya selengkapnya.
Desain
Secara pribadi saya langsung tertarik dengan Alvez bahkan saat baru melihat tampilannya. Menurut saya desain eksterior Alvez tidak dramatis, tanpa tarikan garis agresif di body, dan membuatnya terkesan dewasa, tidak berteriak seakan haus perhatian semua orang. Proporsi desainnya serba pas.
Permainan garis sederhana bisa ditemui pada fascia depannya, yang menjadi elemen desain favorit saya. Grille dihiasi ornamen chrome, tapi tidak sampai mendominasi, hanya sejajar garis lampu utama. Wuling juga cerdas mengadopsi LED DRL yang terintegrasi fungsinya dengan sein, sehingga tidak terlalu banyak lampu menghuni wajahnya. Oh ya, lampu utamanya sudah LED projector.
Tarikan garis keseluruhan eksterior pada Alvez sedikit memberikan kesan ala premium, karena dari sudut tertentu bentuknya mirip Lexus atau BMW. Tapi sayang desain peleknya kurang menarik. Bukan karena palangnya agak tertutup seperti velg ‘aero’ mobil listrik, tapi visualnya kurang terasa dinamis untuk mengimbangi tampilan body.
Lalu masuk ke interiornya, saya juga terkesan dengan tata ruang yang diterapkan Alvez. Nuansa minimalis dan fungsional sangat terasa. Layout dashboard dengan kombinasi material hard plastic dan soft touch panel berhasil mengeliminasi kesan murah. Kudos untuk Wuling karena tidak membawa layar sentuh raksasa seperti Almaz ke Alvez. Sehingga kontrol AC masih bisa mudah dijangkau via tombol fisik.
Layar sentuh 10,25 inci menjadi pusat infotainment di Alvez, dengan interface serupa milik Air ev. Begitu juga dengan panel instrumen digital di balik setirnya. Tapi sayang Wuling tidak sediakan integrasi smartphone Apple CarPlay dan Android Auto pada Alvez. Meski setidaknya kita tetap bisa hubungkan smartphone via Bluetooth.
Yang juga impresif adalah desain setirnya. Selain bentuknya yang punya aksen flat-bottom ala mobil sport, peletakan tombol juga patut diapresiasi. Seluruh tombol di setir, baik untuk akses infotainment, MID, maupun cruise control mudah dihafal.
Performa dan Kenyamanan
Melihat tampilannya yang menarik, lalu apakah kemampuannya dikendarai sama menariknya? Hal tersebut coba dibuktikan oleh Wuling melalui menu perjalanan media test drive ini. Dari kota Solo, kami diajak menempuh jalan pegunungan menuju Kawasan Pantai Slili, Gunung Kidul. Jalanan bergelombang dan rusak kerap kami jumpai juga.
Dapur pacu 1.5 liter berteknologi P-TEC pada Alvez mengadopsi platform seperti milik Confero dan Formo. Menghasilkan output tenaga 105 hp dan torsi 143 Nm, dan pertama kalinya dikawinkan transmisi CVT. Bukan yang paling bertenaga di kelasnya, sepertinya Alvez dikembangkan cenderung untuk berkendara santai.
Seperti khas CVT, lajunya di awal terasa linear dan halus. Tidak ada komplain selama saya berkendara di jalan dalam kota Solo, yang saat itu padat dan lumayan macet karena cukup sering temui traffic light di persimpangan. Dalam kondisi ini juga terasa kalau kabin Alvez punya tingkat peredaman atau kedap yang impresif. Terasa lebih baik dari ekspektasi, apalagi kalau ingat harganya.
Dalam mengarungi lalu lintas perkotaan, saya dan rekan semobil sepakat bahwa sistem ADAS (advance driver assistant system) di mobil ini kurang memuaskan. Karena untuk operasionalnya, AEB (Automatic Emergency Brake) dan FCW (Forward Collision Warning) terasa terlalu sensitif, dan tidak ada pilihan tingkat sensitivitasnya . Bahkan saat sempat lajur kami di depan dipotong oleh motor, pada jarak yang tidak terlalu dekat, sistem bereaksi dengan beri peringatan dan mengerem otomatis. Cukup mengagetkan, dan sempat khawatir kalau pengendara di belakang terlambat bereaksi.
Akhirnya kami matikan AEB selama perjalanan, hanya sisakan LDW (Lane Departure Warning). Sementara Adaptive Cruise Control nyaris tidak terpakai untuk rute yang kami lalui sepanjang perjalanan, karena akan kurang sesuai.
Performa Alvez terasa pas untuk cruising di jalanan dalam kota. Karena dengan delivery outputnya yang halus, bukan hanya nyaman untuk penumpang, juga akan bantu konsumsi bahan bakarnya menjadi irit. Putaran setirnya juga punya akurasi yang baik, sehingga mudah memprediksi pergantian arah mobil.
Tapi lain cerita begitu perjalanan meninggalkan pusat kota. Saat melalui medan berbukit antar kota, saya merasa harus memaksa Alvez untuk bisa berlari. Paling terasa saat ingin menyalip kendaraan di depan. Akselerasi terasa loyo meski pedal gas sudah diinjak dalam. Putaran mesin naik cepat, tapi tidak diikuti oleh kecepatan roda. Benar saja, karena mengacu pada brosur, tenaga puncak baru diraih pada 5.800 RPM sementara torsi mulai di 4.000 RPM. Alhasil kami harus ambil jarak dulu setiap ingin menyalip.
Melewati jalanan bergelombang, Alvez juga terasa kurang nyaman, khususnya untuk penumpang. Redaman suspensinya keras, tidak jarang rekan saya mengeluhkan hal ini. Struktur suspensi torsion beam di belakang terasa sangat kaku, lebih menjadi kompromi kenyamanan penumpang jok belakang. Sayang sekali Wuling tidak adopsi suspensi independent di belakang seperti Almaz.
Di sisi lain, karakter suspensi ini justru menjadi kompensasi untuk handling bagi pengemudi. Setirnya, meski akurat seperti saya sebut di atas, tapi putarannya sangat ringan. Jadinya saat melewati jalan berkelok, suspensi yang keras membuat body roll minim. Didukung dengan dimensi kompak, handlingnya masih terasa cukup dinamis. Tapi dengan catatan kondisi permukaan jalannya mulus.
Kembali ke performa mesin. Karakternya yang terasa sangat halus memang mengurangi kemampuannya untuk bermanuver cepat. Tapi ternyata walau sering dipaksa kerja keras, melalui jalanan pegunungan dan pantai, konsumsi bahan bakarnya cukup irit. MID di akhir perjalanan menunjukkan konsumsi rata-rata 11-12 km/liter. Sepertinya pengembangan karakter mesin dan transmisinya lebih prioritaskan efisiensi daripada performa.
Kesimpulan
Jalanan perkotaan menjadi habitat yang ideal untuk Wuling Alvez sebagai penantang baru di segmen compact SUV. Karakternya lebih mendukung untuk berkendara santai di lalu lintas kota, dengan halusnya performa mesin dan transmisi. Nilai efisiensi konsumsi BBM juga berbicara dalam hal ini.
Untuk menjadi kendaraan andalan menempuh perjalanan jauh antar kota, sepertinya perlu penyesuaian dulu. Baik itu untuk gaya mengemudi atau bahkan dari Wuling sendiri seandainya ada rencana untuk pengembangan lebih lanjut di versi pembaruan.
Desainnya yang menarik bisa membuat pemiliknya cukup pede dalam mobilitasnya di aktivitas harian. Apalagi ada nuansa mewah dan dewasa yang diperlihatkan dari desain luar dan dalam. Kemudian rangkaian fitur keselamatan yang cukup akomodatif juga patut dipertimbangkan dari sebuah mobil yang cocok untuk karakter urban.
Harga yang paling terjangkau di kelasnya, yaitu Rp209 juta sampai Rp295 juta, akan menjadi faktor menarik bagi konsumen. Khususnya mereka yang ingin upgrade atau naik kelas dari yang sebelumnya pengguna mobil kelas entry level.
(WHY/TOM)
Baca juga: First Drive Citroen C3: Small SUV Baru Bercita Rasa Croissant
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Wuling Alvez
Model Mobil Wuling
Promo Wuling Alvez, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Mobil Unggulan Wuling
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Wuling Alvez Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
Panjang
4350 mm
|
4030 mm
|
4030 mm
|
4318 mm
|
Lebar
1750 mm
|
1710 mm
|
1710 mm
|
1831 mm
|
Tinggi
1610 mm
|
1635 mm
|
1635 mm
|
1662 mm
|
Tempat Duduk
5
|
5
|
5
|
5
|
Jenis Transmisi
Manual
|
Manual
|
Manual
|
CVT
|
Jenis penggerak
FWD
|
-
|
-
|
-
|
Mesin
1.5L Petrol Engine, 4 Cylinder 16 Valve
|
1.2L Petrol Engine, 3 Cylinder 12 Valve DOHC
|
1.2L Petrol Engine, In-line 3 Cylinder 12 Valve DOHC
|
1.5L Petrol Engine, 4 Cylinder 16 Valve
|
Anti Lock Braking System
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Radio AM/FM
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ground Clearance
-
|
200 mm
|
200 mm
|
-
|
|
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Wuling Alvez dari Carvaganza
Artikel Mobil Wuling Alvez dari Zigwheels
- Motovaganza