First Drive Mitsubishi i-Miev: Sesuai Estimasi
Undangan MMKSI ikut konvoi kendaraan listrik, kami sambut dengan senang hati. Konvoi yang dimaksud, rangkaian acara IEMS 2019 yang dihelat BPPT, tepatnya Sabtu 7 September 2019. Beruntung, saya mendapat kesempatan mengendarai mobil listrik ringkas Mitsubishi i-Miev. Meski i-Miev tidak bakal dijual, paling tidak bisa mencicipi langsung sensasi berbeda menyetir mobil listrik di jalan raya.
Jujur, ini mobil listrik pertama yang saya setir di jalanan. Sebelumnya, hanya di lintasan kecil atau area parkir. Jadi, pengalaman tersendiri. Apalagi dengan kondisi yang dihadapi. Kondisi seperti apa? Jadi begini. Rute perjalanan dari kantor BPPT Thamrin, Jakpus menuju BPPT Serpong, Tangsel. Estimasi jarak 40 km, menurut peta navigasi. Sesaat sebelum konvoi, i-Miev tengah diparkir sambil diisi baterainya. Belum sempat terisi penuh, rombongan sudah harus jalan. Saat diintip, indikator baterai hanya terisi setengah. Indikatornya mirip penunjuk bensin biasa.
Diklaim pabrikan, i-Miev bisa melaju sampai 160 km kalau baterai terisi penuh. Logikanya, kalau baterai setengah, ya setidaknya 80 km. Kurang sedikit dari itu masih wajar. Kami perkirakan 60 km lah. Tapi dari estimasi jarak tempuh yang terlihat pada panel meter, 42 km. Mepet! Tapi sewajarnya masih cukup. Benarkah?
Mari ulas fitur lain terlebih dahulu. Meski mungil, i-Miev punya kabin buat 4 orang dengan ruang kaki yang baik. Bagasi juga lumayan. Duduk di kursi i-Miev bisa dirasakan nyaman. Sebagai pengemudi, visibilitasnya sangat baik, minim blind spot. Tak ada beda signifikan dengan mobil bermesin konvensional. Cuma saat menyalakan, tak terdengar suara mesin saja. Tiba-tiba sudah menyala.
Soal desain, memang biasa saja. Terlihat modelnya sudah berumur. Wajar, karena i-Miev sudah ada dari 2009. Sepuluh tahun, sudah saatnya mobil ganti wajah, atau ganti generasi sekalian. Mungkin alasan ini juga yang bikin MMKSI enggan menjual i-Miev, selain faktor dan alasan yang pernah disebutkan. Kembali ke mobil, dimensi yang diusung 3.475 x 1.475 x 1.610 mm (PxLxT), jarak sumbu roda 2.550 mm dan 150 mm untuk ground clearance. Bobot kotornya, 1.450 kg.
Baterai lithium ion 16 kWh 330 volt, ditempatkan di bawah. Dibalut dengan bahan antiair dan diposisikan di dalam rangka, untuk safety lebih baik. Pengecasan dengan listrik rumahan, berkisar 6 - 10 jam sampai penuh. Tergantung dari kekuatan ampere. Sedang fast charging, cuma 30 menit sampai 80 persen.
Tuas transmisi, mirip mobil konvensional. Selain P, R, N, D, ada juga B dan C. Posisi tuas B menawarkan tenaga regenerative braking (mengisi baterai dari pengereman) lebih tinggi, cocok untuk jalan turunan. Sedang C disarankan untuk jalan kurang ramah biar lebih nyaman, regenerative braking lebih kecil ketimbang B. Nah, posisi D paling normal dan cocok buat cruising di perkotaan.
Performanya, enak. Dalam kondisi mobil diisi empat orang, tak terasa kekurangan tenaga. Namanya konvoi, jalan beriringan dengan kecepatan cenderung rendah. Terasa kodratnya sebagai mobil kecil perkotaan. Tapi kalau dibutuhkan, tinggal injak pedal lebih dalam, i-Miev langsung melesat. Ya benar, meski kecil, i-Miev diklaim bisa berlari sampai 130 km/jam. Saat dicoba di jalan bebas hambatan, 100 km/jam bisa didapat dengan mudah. Harus saya hentikan aksi kebut-kebutan, karena pertimbangan baterai.
Kembali ke daya jelajah. Berbekal estimasi 42 km, kami berusaha menempuh 40 km. Kondisi AC menyala normal, stop and go di perkotaan dan sedikit tes kecepatan di jalan tol, kami masih yakin i-Miev bisa sampai tujuan. Sedikit khawatir, karena saat masuk tol, baterai tinggal tiga bar. Digeber sampai 100 km/jam, turun lagi satu bar. Estimasi jarak masih 15 km, saat indikator baterai tinggal satu bar. Tak lama keluar tol, indikator sudah berkedip-kedip, tanda untuk segera mengisi baterai. Keyakinan masih kami pegang teguh.
Tepat 2 km sebelum finish, kemacetan menyambut. Seraya muncul ikon berlambang kura-kura. Artinya, baterai semakin dekat menuju 0 dan tenaga harus lebih dihemat. AC otomatis mati, meski blowernya tetap menyala. Celakanya lagi, estimasi jarak tempuh tak muncul kala kondisi begini. Berbekal kepasrahan, setengah keyakinan, i-Miev yang saya kemudikan berhasil finish di BPPT Serpong. Total jarak tempuh, 40,8 km. Sepertinya masih bisa berjalan, mungkin sampai 2 km lagi, sesuai estimasi awal.
Jadi, simpulan yang bisa diambil dari pengalaman saya bersama i-Miev, perlu manajemen yang baik saat berkendara dengan mobil listrik. Butuh pembiasaan yang sedikit berbeda dari mengisi BBM. Selain itu, perasaan tak tenang muncul akibat minimnya stasiun pengisian umum. Memang bisa memanfaatkan, sebut saja kafe atau tempat lain yang bisa dipinjam listriknya. Tapi dengan pengisian standar bakal lama menunggu. Idealnya memang ada SPKLU (fast charging) di lokasi seperti SPBU. Jadi bisa merencanakan perjalanan lebih baik.
Terlepas dari itu, berkendara dengan mobil listrik tak banyak berbeda dari mobil bermesin konvensional. Mau tak mau, suka tidak suka, harus mulai bersiap menyambut elektrifikasi di Indonesia. Kami pun bersemangat untuk bisa menjajal mobil listrik lain di beragam kondisi yang ditawarkan oleh Indonesia. (Tom/Odi)
Baca Juga: First Drive New Suzuki Carry Pick Up: Besarnya Torsi Carry di Tanah Borneo
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Mitsubishi
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Mitsubishi Outlander PHEV Terbaru di Oto
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Mitsubishi Outlander PHEV dari Carvaganza
Artikel Mobil Mitsubishi Outlander PHEV dari Zigwheels
- Motovaganza