Toyota Jadi Produsen Kendaraan Terburuk Dalam Percepatan Transisi ke EV
Toyota Motor Corp menjadi produsen otomotif yang tercatat paling gencar menolak regulasi global dalam percepatan peralihan kendaraan berbahan bakar konvensional atau internal combustion engine (ICE) ke kendaraan listrik di 2020-2021. Hal ini diungkapkan InfluenceMaps dalam laporannya berjudul 2021 Climate Policy Footprint.
Pabrikan Jepang itu bahkan mendapat posisi ketiga di bawah ExxonMobil dan Chevron, dua raksasa migas yang sektor bisnisnya terkena dampak signifikan. Posisinya ini bahkan menjadi produsen otomotif di peringkat teratas selain merek otomotif lain seperti BMW di peringkat 18, Daimler di peringkat 24 dan Hyundai di peringkat 25.
"Transisi yang selaras dengan Perjanjian Paris ke masa depan energi bersih akan tetap sangat menantang sampai negara-negara mengambil tindakan yang berarti untuk mengatasi lobi obstruktif kepentingan pribadi dari sektor rantai nilai bahan bakar fosil. Buku pedoman perusahaan untuk menahan kebijakan iklim telah jauh dari penyangkalan sains, tetapi sama merusaknya. Dunia mulai sadar akan dampak yang dialami perusahaan melalui pengaruh kebijakan mereka. Dalam banyak kasus, pengaruh kebijakan ini secara besar-besaran menutupi dampak iklim langsung dari operasi dan produk mereka. Sudah saatnya perusahaan besar yang terlibat dalam praktik semacam itu, bersama dengan asosiasi industri yang mendukungnya, harus bertanggung jawab atas hal ini," ucap Edward Collins, Director InfluenceMaps dalam laporan resminya.
Laporan ini berdasarkan lebih dari 50.000 bukti yang dikumpulkan organisasi yang melingkupi ratusan firma dan grup dagang untuk menganalisa aktivitas lobi iklim oleh perusahaan. Hasilnya, Toyota berada di tiga besar dalam hal buruknya upaya peralihan ke energi ramah lingkungan.
Baca juga: Produksi Model Hybrid, Ini Rencana Elektrifikasi Toyota di Indonesia
Dilansir dari Carscoop, ini bukan kali pertama Toyota ketahuan melakukan lobi dalam upaya menjawab berkembangnya pasar EV. Di awal tahun, Toyota dilaporkan melobi pemimpin dewan di Amerika Serikat secara diam-diam untuk menekan kebijakan administrasi Presiden Biden untuk mengadopsi percepatan kendaraan listrik. Toyota menjadi donor untuk pihak Republikan yang kebanyakan anggotanya menyangsikan adanya perubahan iklim. Selain Amerika, di India para eksekutif di Toyota juga menolak target pemerintah untuk beralih ke kendaraan listrik di 2030.
Disebutkan, peralihan ke kendaraan listrik akan menghancurkan ketertarikan Toyota terhadap bisnis mobilitas. Selama ini Toyota masa depannya lebih mengarah pada hidrogen serta kendaraan hibrida bukan kendaraan listrik. Berbicara di konferensi pers Japan Automobile Manufacturers Association, Akio Toyoda mengklaim Jepang akan kehabisan sumber listrik di musim panas jika semua kendaraan beralih ke EV. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung peralihan ke EV akan membutuhkan biaya sebesar 135 juta dollar US hingga 358 juta dollar US.
Dari laporan EPA (Environmental Protection Agency), produk Toyota saat ini sudah stagnan dalam hal efisiensi bahan bakar. Merek Jepang ini kini mengalihkan penjualan ke model-model SUV dan truck yang membuat mereka berada di posisi bawah rating ekonomi Amerika Serikat.
Langkah Toyota untuk mengalihkan penjualan kendaraan listrik ini tidak berlaku di pasar Cina. Pasar terbesar dunia kendaraan listrik ini mewajibkan seluruh produsen kendaraan menawarkan 40 persen produknya kendaraan listrik di 2030. Toyota sendiri menawarkan model elektrik mereka dengan model CH-R EV dan IZOA yang bekerja sama dengan produsen lokal Cina, FAW dan GAC.
Langkah EV Toyota sendiri diperlihatkan pada Shanghai Auto Show. Mereka memperlihatkan kendaraan konsep yang tengah dikembangkan oleh Subaru, bZ4X EV. Selain itu mereka juga tengah menargetkan 15 model EV yang akan dikenalkan pada 2025, meski ini hanya sebagian kecil jika menghitung rencana Toyota yang akan memperkenalkan sekitar 70-an model yang menggunakan teknologi hybrid dan hidrogen.
Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini belum ada tanda-tanda kendaraan listrik murni akan ditawarkan Toyota. Hanya menawarkan pengalaman berkendara mobil listrik mereka di lingkungan wisata di Bali. Terdapat 20 unit Toyota Coms, 5 unit C+Pod dan Prius PHEV yang dapat dicoba masyarakat di lingkungan terbatas.
Toyota Indonesia juga tidak risau dengan kehadiran kendaraan murni elektrik atau biasa disebut BEV yang ditawarkan beberapa produsen di indonesia. Masing-masing produsen memiliki strategi tersendiri untuk memperkenalkan teknologi kendaraan listrik yang di mata Toyota termasuk di dalamnya adalah teknologi Hybrid, dan PHEV. Salah satu langkah percepatan yang akan dilakukan Toyota adalah menghadirkan produksi lokal kendaraan hybrid di Indonesia tahun depan dengan harapan harga akan lebih kompetitif. (Sta/Tom)
Baca juga: Simak Daftar Harga Rocky, Raize, Magnite, Kiger dan Sonet Terbaru Bulan Ini
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice