Selama 10 Bulan Defisit, Nilai Impor Otomotif Lebih Tinggi dari Ekspor
Kementerian Perdagangan baru saja melakukan update neraca perdagangan. Khusus sektor otomotif kinerjanya masih memble. Besar pasak daripada tiang, sektor otomotif defisit US$ 602,54 juta dalam 10 bulan terakhir. Selama Januari – Oktober 2018, industri ini mengekspor kendaraan dan bagiannya, sebesar US$ 6.225,6 juta. Sementara nilai impor lebih besar, US$ 6.828,14 juta.
Kalau dibedah, dalam rentang itu, industri otomotif mengekspor kendaraan roda dua dengan total nilai sebesar US$ 1,3 miliar. Sedangkan untuk kendaraan roda empat, bernilai US$ 4,7 miliar. Sisanya US$ 225,6 juta berasal dari komponen penyokong. Memang porsinya cukup besar naik 9,68 persen dari 2017. Namun jangan lupa, nilai impor yang lebih besar juga mesti dibenahi.
Jika berkaca pada periode sama tahun lalu, besaran impor mencapai US$ 5.498,98 juta. Nilainya melonjak 24,14 persen atau naik US$ 1.329,16 juta pada 2018. Padahal selama 2017, industri otomotif nasional surplus US$ 143,9 juta. Memang menunggu rekap dua bulan menutup tahun fiskal 2018.
Dalam lima tahun terakhir, kita pernah defisit parah pada 2013 sebesar US$ 3.347,6 juta dan 2014 sejumlah US$ 1.039 juta. Sementara surplus tertinggi terjadi pada 2016 sebanyak US$ 569,4 juta. Semoga saja menutup 2018 torehannya masih positif, meski tipis pula harapannya.
Geber Ekspor
Menperin mengaku terus menggenjot nilai ekspor. Namun energi untuk menggerakkan itu adalah investasi. Tentunya agar industri menghasilkan produk yang berdaya saing. Ia mencontohkan beberapa industri otomotif yang berhasil melakukan ekspor dengan investasi tak sedikit. Mulai Toyota, Mitsubishi, Suzuki dan Yamaha Motor. Dan rata-rata kapasitas produksinya sudah optimal.
Hingga Desember 2018, investasi industri nonmigas diperkirakan mencapai Rp 226,18 triliun. Dan di dalamnya terkandung angka sektor otomotif. Selain menumbuhkan populasi industri, investasi dapat memperdalam struktur industri di dalam negeri, sehingga berperan sebagai substitusi impor.
Lalu bagaimana peluang memperbaiki neraca dagang selain investasi? Pendekatan regulasi seperti harmonisasi tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) juga penting. Pemerintah mengaku terus merancang kebijakan pemberian insentif fiskal. “Misalnya, untuk industri otomotif, kami mengusulkan harmonisasi tarif dan revisi besaran PPnBM,” imbuh Airlangga Hartanto, Menteri Perindustrian.
Kepastian aturan yang tak gampang goyah, juga membuat pelaku industri aman dalam memetakan bisnisnya. Kemungkinan besar sanggup menggairahkan industri, baik berorientasi ekspor maupun domestik. Apalagi disrupsi atau pergerakan tren global melesat kencang.
Upaya mendorong ekspor terus dilakukan dengan membuka akses pasar sebanyak mungkin. Namun produk juga harus disesuaikan agar tepat sasaran. Sebab kebutuhan SUV dan sedan sangat tinggi untuk pasar ekspor. Jadi basis industri tak melulu berfokus pada LMPV. (Alx/Odi)
Baca Juga: Pemerintah Targetkan Ekspor Otomotif Meningkat, Salah Satunya Sedan!
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice