Punya Rp 500 juta, Mending Toyota C-HR atau Toyota Fortuner?

Toyota C-HR dan Toyota Fortuner, memang berbeda kelas. Apalagi mengingat keduanya berasal dari pabrikan sama, tentunya bukan untuk saling berkompetisi. Keduanya tidak “apple-to-apple” karena pada dasarnya sudah berbeda jenis. C-HR diplot sebagai compact crossover SUV, sementara Fortuner SUV tulen. Namun ada satu persamaan yang menggelitik kami untuk membahasnya, harga!

Yup, soal nominal keduanya yang mirip. Toyota Astra Motor mematok Toyota C-HR setinggi Rp 490 juta. Dengan dana yang sama, Anda juga bisa membeli sebuah Toyota Fortuner. Ya Fortuner, tapi hanya sebatas tipe G diesel 4x2, bukan varian atasnya VRZ ataupun SRZ. Kira-kira, mana yang lebih layak untuk dibeli?

Mengingat dua mobil ini berada dalam genre berbeda, Fortuner dan C-HR mempunyai tujuan lain, meski fungsinya sama. Sebagai SUV diesel ladder frame dengan konfigurasi 7-seater dan ground clearance jangkung, Fortuner tak ubahnya mobil segala medan dengan daya jelajah tinggi. Sementara Toyota C-HR crossover berbasis sasis sedan yang habitat aslinya lebih tepat di jalanan mulus atau perkotaan dengan kemampuan jelajah sedikit lebih andal dari sedan.

Fortuner juga sah saja jadi mobil kota walau terasa berlebihan, tapi lebih siap jika menemui kondisi tak menentu, seperti banjir dan jalanan rusak. C-HR tak ubahnya hatchback yang diberi karakter SUV. Ground clearance-nya hanya 154 mm termasuk pendek dan rentan mentok. Jika Anda gemar menyetir sendiri dan terbiasa dengan pengendalian sedan, C-HR lebih mengasyikkan ketimbang Fortuner. Karena sasisnya monokok pakai platform TNGA terbaru dan ditopang suspensi independen double wishbone di belakang. Rasanya bertolak belakang dari Fortuner yang pakai kontruksi sasis tangga seperti truk. Belum lagi kaki jenjangnya penyebab body roll besar dan pergerakan bodi yang sama sekali tidak lincah.

Performa mesin jelas lebih unggul Toyota Fortuner yang bermesin diesel. Mesin 2GD-FTV 2,4-liter diesel common rail VNT menghasilkan tenaga 149,6 PS yang sebenarnya tak beda jauh dari C-HR. Tapi torsi 400 Nm membuat berbagai kontur jalan mudah dilibas tanpa tersengal-sengal. Diesel modern memang superior ketimbang bensin. Sayang C-HR tidak dibekali mesin turbo atau hybrid. Mesin 2ZR-FBE setipe dengan mesin Corolla Altis. Tenaga 141 PS dan torsi 171 Nm yang dipasangkan transmisi CVT, performanya terbilang cukup.

Soal fitur, baru C-HR lantang berbicara. Meski bukan mengambil trim tertinggi dari Thailand, fitur keselamatan Fortuner G tidak bisa mengungguli C-HR. Dari jumlah airbagnya saja sudah kalah, Fortuner hanya 3, C-HR punya 7. Selain ABS+EBD+BA, C-HR diberi rem cakram di keempat roda, vehicle stability control dan traction control system (VSC+TCS), hill-start assist control, rear view monitor system, blind spot monitor system dan lain sebagainya. Sedangkan Fortuner G punya ABS dan EBD saja, bahkan rem belakangnya masih tromol.

Bicara gengsi, nama Fortuner sebenarnya sudah dicap sebagai mobil mahal kalangan atas. Sementara C-HR seolah mahal karena desain ekstremnya dan seperti ingin dijadikan collectible item, seperti Toyota 86, yang cuma segelintir orang mau membeli. Sehingga, mobil ini lebih eksklusif ditemui di jalan daripada Fortuner.

Seperti sudah kami singgung di atas, fungsi sama tapi tujuan berbeda. Fortuner tetaplah mobil bergengsi yang mampu memenuhi segala kebutuhan pembelinya. Mulai jadi mobil pejabat, mobil keluarga, berpelesiran hingga blusukan ke pedalaman, atau sekadar kendaraan operasional harian mengantar anak sekolah. Toyota C-HR lain cerita. Mobil ini membuat Anda dipandang lain di tengah kepadatan lalu lintas karena desainnya mencolok. Cocok bagi Anda yang berkantong tebal dan narsis. Jadi, Anda termasuk orang tipe apa? (Odi/Van)

Baca Juga: Perbandingan Toyota C-HR dan Mazda CX-3