Pertamina Luncurkan Bahan Bakar Biosolar (B-20) Untuk Penuhi Kebutuhan Di Sumatra Selatan.
Bahan bakar nabati jenis biosolar (B-20), resmi diproduksi di Kilang Refinery Unit (RU) III milik Pertamina. Melalui keterangan pers, bahan bakar ramah lingkungan biosolar (B-20) diluncurkan perdana di kilang RU III, Plaju Kamis (24/1).
Peraturan pemerintah tentang bahan bakar nabati jenis biodiesel, sudah diteken Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan dan mulai berlaku sejak September 2018. Permen ESDM No 41 Tahun 2018, menerapkan penggunaan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan minyak nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) sebesar 20%. Itulah yang diproduksi Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).
Menurut Yosua I. M. Nababan, General Manager RU III Plaju, peluncuran bahan bakar Biosolar (B-20) menunjukkan kesiapan pihaknya mendukung program pemerintah dan memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Nabati (BBN) khususnya di daerah Sumatra bagian Selatan (Sumbagsel).
Setiap bulannya, kilang ini mendapat pasokan FAME dari supplier dengan kapasitas 30 ribu sampai 40 ribu kiloliter. Pasokan itu diterima melalui kapal dan disalurkan melalui Rumah Pompa Minyak (RPM) di area tangki. Kemudian pasokan ini diproses dengan solar sebagai B-20, sebelum disalurkan ke tangki BBM wilayah Sumsel dan Lampung melalui saluran pipa maupun didistribusikan menggunakan kapal.
Bahan bakar nabati yang diluncurkan, diklaim sudah mendapat peningkatan kualitas. "Keunggulan B-20 ini memiliki CetaNe number di atas 50. Artinya, lebih tinggi bila dibandingkan dengan CetaNe number Solar murni yang 48. Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi pervolume yang diperoleh juga kian besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur pada produk diesel,” tutur Pjs. General Manager MOR II, Hendrix Eko Verbriono.
RU III Plaju menjadi salah satu dari 30 lokasi yang ditentukan menerima FAME, dengan pertimbangan kebutuhan B-20 untuk Provinsi Sumsel dan Lampung. Saat ini, secara reguler RU III Plaju mampu menghasilkan Biosolar (B-20) sebanyak 180.000-200.000 Kiloliter perbulan.
Penerapan Bahan Bakar Ramah Lingkungan ini diharapkan dapat membantu mengendalikan angka impor BBM, sehingga ikut mendukung stabilitas nilai rupiah dan menghemat devisa negara. Pemanfaatan minyak sawit juga diharapkan menjaga stabilisasi harga CPO dan mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dari Business as Usual (BAU) pada 2030. (RS/Odi)
Baca Juga: Pemerintah Kirim 5 Unit AMMDes Penjernih Air ke Sulawesi Tengah
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice