Memahami Cara Kerja Mesin New Wuling Almaz RS Pro Hybrid

Wuling baru saja memberikan penyegaran pada model Almaz RS. Pembaruan ini diberikan pada sisi eksterior dan interior dan tetap mempertahankan tawaran mesin turbo dan hybrid, serta fitur dan teknologi sebagai daya tarik.

Meski sudah banyak dijelaskan, masih banyak calon konsumen yang bertanya mengenai sistem hybrid yang ada pada Almaz. SUV flagsihp Wuling ini memang hadir dengan teknologi hibrida yang terbilang canggih.

Di atas kertas, sistem hybrid Almaz RS Pro menggunakan mesin 1.999 cc NA 4 silinder segaris Atkinson cycle. Mesin ini menghadirkan tenaga 123 hp di 5.600 rpm dan torsi 169 Nm. Tambahan tenaga hadir dari motor listrik yang menghasilkan 130 kW atau sekitar 174 hp dan torsi 320 Nm. Sistem hybrid ini bekerja bersama baterai berjenis ternary lithium ion yang berkapasitas 1,8 kWh. Sistem transmisinya menggunakan dedicated hybrid transmission (DHT).

Lantas apakah artinya total tawaran tenaga Almaz RS Hybrid merupakan gabungan mesin konvensional dan motor listrik? Ternyata tidak sesederhana itu. Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors menjelaskan sistem hibrida pada Almaz RS bekerja mayoritas dengan menggunakan motor listrik. Maka tenaga yang ditawarkan dari SUV ini menggunakan perhitungan output motor listriknya yakni 174 hp atau 130 kW dan torsi 320 Nm.

Baca juga: Tawaran Kepraktisan Mobil Listrik Wuling Air ev Buat Dipakai Harian

"Karena sistemnya pararel, jadi kita tidak menjumlahkan output masing-masing motor listrik dan mesin konvensional. Tetap algoritma yang kita prioritaskan yang bekerja itu motor listriknya. Jadi yang paling sering dipakai output 174 hp begitu juga torsinya," ucap Danang beberapa waktu lalu.

Danang menjelaskan, menggabungkan tenaga mesin bensin dan listrik secara teori bisa dilakukan namun kendaraan tetap dibatasi kecepatannya oleh speed limeter. Saat mesin bensin dan motor listrik bekerja bersamaan dalam kondisi real itu jarang terjadi.

Pada varian hybrid, sistem elektrifikasinya hadir dalam beberapa mode yakni EV mode, pararel mode, dan series mode yang masing-masing bekerja otomatis sesuai pembacaan komputer terhadap kebutuhan beban, tenaga dan torsi alias tidak bisa dipilih sendiri.

Mode EV digunakan saat roda digerakkan sepenuhnya oleh motor listrik yang bersumber dari energi baterai. Mode ini akan mematikan mesin dan kendaraan bergerak tanpa menghasilkan emisi. Biasanya mode ini akan bekerja dalam kecepatan rendah seperti saat parkir.

Mode series hybrid penjelasannya, mesin konvensional bekerja mengisi daya baterai dan roda tetap digerakkan motor listrik. Pada mode pararell hybrid, mesin dan motor listrik berbagi beban kerja untuk menggerakkan roda bersama-sama. Perpindahan antar mode ini berlangsung otomatis dan halus yang didukung dengan performa transmisi DHT tadi.

Kelebihan model hybrid dibanding mesin konvensional beberapa di antaranya, efisiensi dalam penggunaan bahan bakar karena mesin bensin tidak digunakan secara terus menerus. Selain itu teknologi hibrida membuat kendaraan lebih rendah emisi gas buang, minim getaran dan suara mesin, serta adanya peningkatan performa akselerasi karena karakteristik motor listrik.

(STA/TOM)

Baca juga: Harga Menarik Membuat Wuling Alvez Raih Best Value Car di CEC 2023