Jepang Investasi Rp 40 Triliun di Otomotif Indonesia, untuk Apa Saja?
Para investor Jepang segera menanam duit segar di Indonesia. Totalnya Rp 40 triliun hingga 2023. Komitmen investasi, menurut Kemenperin, diharapkan dapat terealisasi dengan cepat. Tujuannya, meningkatkan kapasitas produksi dan memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri. Jadi, bisa menambah tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sektor otomotif. Berarti juga, bisa sekaligus menekan impor. Dari Januari hingga September 2019, nilai impor komponen otomotif mencapai US$ 5,38 miliar.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian melakukan one on one meeting di Tokyo, Jepang (18/11). Ada delapan korporasi yang minat menyuntik modal. Beberapa di antaranya Nippon Steel, Nippon Shokubai, AGC Inc dan Toyota Group. Untuk diketahui, Nippon Shokubai siap melakukan investasi baru sebesar US$ 200 juta untuk pabrik acrylic acid berkapasitas 100.000 metrik ton. Sehingga pada November 2021 menjadi 240.000 metrik ton.
“Misi kami bertemu dengan Nippon Steel agar Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) bisa meningkatkan porsi baja canai gulung dingin atau CRC (cold rolled coil). Hal ini sejalan dengan kebijakan Kemenperin, untuk mencari substitusi barang sejenis yang diimpor dari Jepang. Khususnya sebagai bahan baku sektor otomotif. Kami juga mendapat laporan tentang rencana ekspansi Toyota Group sebesar Rp 28,3 triliun. Ini termasuk pengembangan Toyota, Daihatsu dan Hino,” sebutnya.
Besaran nilai itu direalisasikan dalam periode lima tahun, yakni 2019-2023 untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Selain itu, Honda menyampaikan siap kucurkan model Rp 5,1 triliun pada periode 2019-2023. “Investasi itu untuk model baru, pendalaman industri, lokalisasi dan sebagainya. Karena memang salah satu nilai positif dari Honda adalah menempatkan pusat penelitian dan pengembangan (R&D) di sini,” papar Menperin.
Ia mengaku, mengajak para penanam modal agar bisa membawa atau membangun pusat R&D di Indonesia. Sebab ada regulasi PP No 45/2019, yang memberikan fasilitas super deduction tax. Jadi, industri yang bangun R&D mendapat super deduction tax sebesar 300 persen.
Secara terpisah, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengungkapkan dalam pertemuan dengan Menperin. Toyota Group memberikan update ekspor yang mencapai 200.000 unit pada 2018. “Kami juga menyampaikan kembali kepada Menteri Perindustrian mengenai komitmen Toyota Group sebesar Rp 28,3 triliun,” ucapnya.
Menperin juga telah bertemu sejumlah industri otomotif asal Negeri Sakura. Antara lain dengan direksi Mitsubishi Motors Corporation (MMC), Toyota Group, Daihatsu Motor Corporation, Hino Motor, Suzuki Motor Corporation, Isuzu Japan dan Honda M otor. Kita tunggu saja kabar baik dari mereka. (Alx/Tom)
Baca Juga: Kata Toyota, Kenaikan BBN 2,5 Persen Tak Tepat Saat Pasar Lesu
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice