Investasi US$ 700 Juta, Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Resmi Dibangun di Sulawesi
Pengembangan industri bahan baku baterai lithium dimulai. Pabrik baterai terbesar di dunia, dibangun di Marowali Sulawesi. Total investasi yang ditanamkan sebesar US$ 700 juta. Konon, sanggup menghasilkan devisa senilai US$ 800 juta saban tahun. Dari pabrik ini, juga bakal menciptakan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang.
Titik terang pengembangan kendaraan listrik di Indonesia mulai terlihat. Dan langkah strategis ini, bagian dari peta jalan industri otomotif nasional. Tentunya sebagai anasir program prioritas Making Indonesia 4.0. “Salah satu kunci sukses pengembangan kendaraan listrik adalah teknologi baterai dan powertrain elektrik motornya,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, pada peletekan batu pertama PT QMB New Energy Materials kemarin.
Menperin menjelaskan, proyek pembangunan pabrik ini, memproduksi material energi baru dari nikel laterit. Kandungan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua. “Inilah era industri baru. Berupa new battery, new energy material, yang menghasilkan high purity nickel cobalts compounds for rechargeable batteries,” tuturnya.
Airlangga meyakini, Indonesia bisa menjadi tuan rumah dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Sebab proyek smelter berbasis teknologi hydrometalurgi ini, juga membuat struktur sektor otomotif di dalam negeri semakin kuat.
“Sudah sesuai dengan peta jalan pengembangan industri otomotif nasional. Pada 2025, target kami 20% dari total produksi kendaraan di Indonesia berbasis elektrik. Artinya, ketika produksi mencapai 2 juta unit per tahun, sebanyak 400 ribu itu kendaraan listrik,” lanjut Airlangga.
Guna merealisasi sasaran itu, Kemenperin bertekad mendukung dan memfasilitasi kebutuhan para pelaku industri di dalam negeri. Menperin berjanji, siap mengawal dan akselerasi pembangunan industri ini bisa beroperasi pada 16 bulan kelak. Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, produksi baterai dari PT QMB New Energy Materials juga menyasar ke pasar ekspor.
Siapa pelaku di balik produsen baterai ini? Antara lain perusahaan Tiongkok, Indonesia dan Jepang. Mereka terdiri dari GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa. Fasilitas ini nantinya dikembangkan dengan lahan seluas 120 hektar.
Pabrik juga memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton. Jika mulai beroperasi, akan memproduksi 50.000 ton produk intermedit nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.
Menko Luhut menyampaikan, proyek pembangunan pabrik nikel literit di Morowali merupakan industri pertama di Indonesia. Bahkan dikatakan, bisa menjadi salah satu produsen terbesar di dunia. “Jadi, kita tidak mau lagi ekspor raw material, sehingga ada peningkatan nilai tambah. Ini menjadi suatu kemajuan yang luar biasa. Apalagi pabrik ini menggunakan teknologi canggih,” tambahnya. (Alx/Odi)
Sumber: Kemenperin
Baca Juga: Ban Biasa Jika Dipasangkan pada Mobil Listrik akan Cepat Habis, Kenapa?
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice