Investasi Pabrik Baterai Sampai Rp 295 Triliun, Indonesia Siap Bikin Battery Holding
Tren global industri otomotif berangsur-angsur bergerak ke mobilitas elektrifikasi. Dari sebelumnya berorientasi kendaraan berbahan bakar fosil. Kini condong ke Battery Electric Vehicle (BEV) alias mobil niremisi. Material pembentuk baterai kini jadi incaran banyak investor. Dua pabrikan besar asal Korea Selatan dan Tiongkok tertarik menanam moodal hingga US$ 20 miliar.
Mereka adalah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dan LG Chem Ltd. Guyuran modal yang siapkan setara dengan Rp 295 triliun dengan kurs saat ini Rp 14,785. Apa saja yang dicari? Mineral seperti nikel, lithium, kobalt dan rare earth sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik menjadi kian berharga.
Cadangan nikel di sini. Menurut US Geological Survey mencapai 21 juta metrik ton yang menjadikan Indonesia sebagai pemain utama. Untuk itu, pemerintah berencana membentuk holding PT Indonesia Battery untuk mengoperasikan pabrik baterai. Konsorsium ini terdiri atas: PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) melalui PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Lalu PT Pertamina serta PT PLN (Persero).
Kelak Inalum berfungsi sebagai pemasok bahan baku di sektor hulu. Lalu Pertamina merangsak ke bagian bisnis seraya membangun pabrik baterai bersama mitra strategis. Sedangkan Perusaan Listrik Negara berperan sebagai distributor di lahan hilir.
Baca juga: Relaksasi Baru, Uang Muka Kendaraan Listrik 0 Persen per 1 Oktober 2020
Agar Indonesia masuk dalam global supply chain industri baterai dan mobil listrik. Pemerintah tengah menggencarkan pembangunan fasilitas produksi industri lithium baterai dan mobil listrik. Mereka bercita-cita, industri turunan bagi materi inti maupun suku cadang mobil listrik bisa diproduksi di sini. Dengan demikian multiplier efek pengembangan industri baterai bisa menciptakan lapangan kerja. Termasuk diharap adanya alih pengetahun serta teknologi.
Pada 9-11 Oktober kemarin, Kemenko Marves bertemu dengan sejumlah investor seperti CATL, Brunp serta Ningbo. Investasi mereka di Indonesia sudah dan bakal menggandeng investor dari Prancis, Jepang, Korea Selatan, Australia, Taiwan dan negara lain. Adapun hasil produk disiapkan guna mengungkit angka ekspor Indonesia ke Asia Tenggara, Timur Tengah, Australia, Eropa, kemudian Amerika Serikat.
Di Indonesia, CATL berencana mengembangkan pertambangan nikel, pabrik pengolahan nikel. Lalu manufaktur material baterai litium sampai dengan fasilitas produksi mobil listrik. Perusahaan asal Cina ini hendak mengajak mitra-mitra terkait untuk menginvestasi dan membangun industri di sini. Mereka sekarang bermitra dengan Tesla, Daimler dan beberapa perusahaan otomotif besar lain.
Bukan nominal investasi yang penting, klaim Menko Luhut. Tapi dengan masuknya industri elektrifikasi secara bertahap. Maka ekosistem industri kendaraan listrik dan energi masa depan bisa berkembang di Tanah Air. "Apabila semua atau sebagian besar supply chain yang terkait bisa diproduksi di sini. Maka Indonesia bisa menjadi pemain kunci secara global di industri masa depan," papar dia dalam keterangan resmi yang diterima OTO.com.
Investasi itu, selama ini dibilang sudah mengacu pada 4+1 Rule of Thumbs: ramah lingkungan, transfer teknologi, penciptaan lapangan kerja (menggunakan tenaga kerja lokal). Selanjutnya penciptaan nilai tambah, kerja sama berbasis B2B. Dalam konnteks ini, para investor berjanji terus fokus dalam mendukung peningkatan pendidikan. Serta pelatihan keahlian bagi tenaga kerja domestik.
Untuk diketahui, menurut Global Battery Alliance. Pengunaan luas baterai dalam sistem tenaga listrik. Dapat memungkinkan sekitar 600 juta orang mengakses energi pada 2030. Bank Dunia juga melaporkan, sekitar 650 juta orang masih hidup tanpa listrik, terutama di sub-Sahara Afrika. Untuk membantu mengatasi masalah ini. Microgrid dengan baterai ukuran sedang, digunakan di seluruh wilayah itu. Yang paling penting lagi di sektor otomotif. Sepuluh tahun kelak, mobil penumpang akan menjadi bagian terbesar dari permintaan baterai global, sekitar 60 persen. Kemudian diikuti oleh kendaraan komersial 23 persen.
Nah, sementara itu Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) pada 2025. Pemerintah menargetkan 2.200 unit mobil listrik dan 2,13 juta unit motor listrik diproduksi. Jumlah ini meningkat menjadi 4,2 juta unit mobil listrik dan 13,3 juta unit motor listrik pada 2050. Di agenda itu, turut dipancang stasiun pengisian kendaraan bermotor listrik (charging station) mencapai 1.000 titik pada 2025. Lalu diperbanyak hingga 10.000 unit sampai tiga pulih tahun mendatang. "Pemerintah memiliki roadmap bersama PT PLN (Persero) yaitu memenuhi target 180 charging station pada tahun 2020 yang tersebar di Indonesia. Baik berupa SPKLU maupun SPBKLU. Dan pada tahun 2025, pemerintah merencanakan adanya 2.465 charging station," jelas Wanhar, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM. (Alx/Tom)
Baca juga: Wacana Investasi Tesla di Indonesia dan Pemerintah Pakai Mobil Dinas Berbasis Listrik
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice