Industri Otomotif Jepang Kena Imbas Perang Dagang Cina-AS
Perang dagang Cina-Amerika Serikat membawa pengaruh pada iklim otomotif Jepang. Meski tak berimplikasi langsung, namun bikin pemasukan lesu. Penjualan mobil dan suku cadang, kini mencapai 60 persen dengan nilai 150 miliar yen (US$ 1,38 miliar) setahun. Kondisi ini dipengaruhi konflik yang berlarut-larut.
Beberapa langkah disiapkan, mengurangi dampak dari perselisihan yang berkepanjangan antara dua pengendali ekonomi terbesar dunia. Perusahaan Jepang di lintas industri, telah memindahkan basis produksi mereka ke negara-negara Asia Tenggara atau Meksiko. Atau berusaha meningkatkan produksi dan penjualan domestik.
Untuk diketahui, total perdagangan senilai 70 triliun yen terjadi antara Washington dan Beijing pada 2018. Dan perusahaan Jepang ikut terlibat di dalamnya dengan nilai 150 miliar yen setahun. Menurut laporan, banyak pabrik suku cadang mobil Jepang yang mengekspor produk mereka dari Cina ke Amerika Serikat. Tak sedikit yang mengaku kerepotan akibat dari pertengkaran tarif minyak kedua negara. Di sisi lain, perusahaan merasa sulit untuk memindahkan basis manufaktur, mengingat investasi duit yang tak sedikit dan butuh waktu lama.
Dari sebagian pabrikan mobil Jepang lain, dampaknya sejauh ini sangat terasa tapi terbatas. Sebab mereka telah mendirikan basis produksi lokal dan jaringan penjualan di Amerika Serikat. Menukil data Departemen Perdagangan AS, impor mobil dan suku cadang mobil Amerika dari Tiongkok berjumlah sekitar 2,4 triliun yen pada 2018. Atau dua perlima dari impor serupa dari Jepang.
Tak hanya produsen mobil yang terdampak. Pembuat mesin industri Jepang, juga terpukul oleh gesekan perdagangan, dengan ekspor ke kedua negara berjumlah 39 miliar yen. AS kini mengenakan pungutan terhadap total impor Tiongkok senilai US$ 250 miliar. Sementara Beijing juga membalas dengan memajaki barang-barang AS senilai US$ 110 miliar. Kondisi dipredisiksi kian memanas. Sebab AS memperingatkan, bakal memberlakukan putaran tambahan pada impor Cina. Hal ini merupakan bagian dari dorongan Presiden Donald Trump, untuk mengatasi defisit perdagangan besar-besaran dengan Beijing.
Manufaktur Jepang khawatir mereka mendapat hantaman berat, jika Washington menindaklanjuti proposal untuk menaikkan tarif mobil dan suku cadang mobil hingga 25 persen. Para pembuat kebijakan Jepang juga khawatir bila mengerek pajak penjualan dari 8 persen menjadi 10 persen, yang direncanakan Oktober 2019. Perdana Menteri Shinzo Abe bahkan dua kali menunda kenaikan pajak.
Alasannya, dapat mengurangi daya beli masyarakat, yang menyumbang sekitar 60 persen ekonomi Jepang. Untuk mencegah turunnya konsumsi publik setelah kenaikan pajak, pemerintah mempertimbangkan pengeluaran fiskal yang besar. Dilakukan ketika menyusun anggaran tahun depan. (Alx/Odi)
Sumber: Japantimes
Baca Juga: Aturan Baru Resmi Diteken, Mobil LCGC Kena PPnBM dan Naik Harga
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice