Hasil Riset: Kenaikan Tarif Ojek Online Sebabkan Kemacetan, Kenapa?
Pemerintah berencana menaikkan tarif ojek online (ojol). Diprediksi banyak memiliki dampak negatif ketimbang positif. Hal ini diungkap oleh Research Institute of Socio-Economic Development (RISED). Disinyalir permintaan konsumen turun drastis. Sehingga meningkatkan frekuensi masyarakat menggunakan kendaraan pribadi. Jadi, makin menambah kemacetan jalan.
Mereka melakukan survei terhadap 2.001 partisipan pengguna ojol di 10 provinsi. Penelitian dilakukan untuk melihat dampak berbagai kemungkinan kebijakan ojol dan respons konsumen. Ketua Tim Peneliti RISED Rumayya Batubara Ph.D menilai, konsumen sangat sensitif terhadap segala kemungkinan peningkatan tarif. Hal ini terlihat dalam hasil survei. “Kenaikan tarif ojek online berpotensi menurunkan permintaan konsumen hingga 71,12%,” jelasnya di Jakarta Pusat.
Hasilnya menyebutkan, 45,83% responden menyatakan tarif ojol yang ada saat ini sudah sesuai. Bahkan 28% responden lainnya mengaku, tarif termasuk mahal dan sangat mahal. Jika memang ada kenaikan, sebanyak 48,13% responden hanya mau mengeluarkan biaya tambahan kurang dari Rp 5.000 saban hari. Ada juga sebanyak 23% responden yang tidak ingin mengeluarkan biaya tambahan sama sekali.
Dari hasil survei yang dilakukan RISED diketahui, jarak tempuh rata-rata konsumen 8,8 km/hari. Dengan jarak sejauh itu, bila terjadi kenaikan tarif dari Rp 2.200/km menjadi Rp 3.100/km (atau sebesar Rp 900/km), maka pengeluaran konsumen bertambah sebesar Rp 7.920/hari. “Bertambahnya pengeluaran sebesar itu kemungkinan ditolak oleh kelompok konsumen. Mereka tidak mau mengeluarkan biaya tambahan sama sekali. Dan yang hanya ingin mengeluarkan biaya tambahan kurang dari Rp 5.000/hari. Total persentasenya mencapai 71,12%,” Rumayya menjelaskan.
Saat ini konsumen telah merasakan kenyamanan menggunakan layanan ojol. Tergambar dari 75% responden mengaku nyaman menggunakan ojol, dibandingkan moda transportasi lainnya. Sebesar 83% responden juga menyatakan bahwa ojol lebih unggul. Lantaran faktor kemudahan dalam bermobilitas, waktu yang fleksibel dan layanan door-to-door.
Masyarakat menggunakan ojol dominan untuk pergi ke sekolah, kuliah dan kantor (72% responden). Sementara dari sisi jarak tempuh, 79,21% responden menggunakan ojek online untuk bertransportasi sejauh 0-10 km per hari.
Fakta ini membuktikan, ojol digunakan untuk mengisi kebutuhan dalam bermobilitas jarak pendek. Ojol juga mendukung konsumen terhubung dengan transportasi publik massal yang terus berkembang. Sementara pengguna jarak 15 km - lebih dari 25 km per hari, hanya 20,78% responden.
Yang menarik, ada 8,85% responden tidak pernah kembali menggunakan kendaraan pribadi setelah adanya transportasi ojol. Sementara 72,52% responden masih menggunakan kendaraan pribadi. Namun frekuensinya hanya 1-10 kali/minggu. Andai tarif ojol naik drastis, ada kemungkinan konsumen kembali beralih ke kendaraan pribadi. (Alx/Odi)
Sumber: RISED, Liputan6
Baca Juga: Siap Datangkan Taksi Listrik, Blue Bird Gandeng BYD Dari Cina
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice