First Drive: Toyota C-HR, Bukan Toyota Biasa? (Part-1)

Toyota C-HR dijual dalam dua varian, single-tone color dijual Rp 488,5 juta dan two-tone color dijual Rp 490 juta. Compact crossover yang belum lama ini diluncurkan, banyak yang bilang kemahalan. Tapi ketahuilah, terlepas dari kekurangannya, mobil ini sejatinya adalah Toyota yang berbeda. Apanya?

Pertama, C-HR menjadi mobil kedua setelah generasi terbaru Prius yang memakai platform TNGA (Toyota New Global Architecture). Platform fleksibel yang bisa dikembangkan menjadi beberapa jenis model lain. Artinya, banyak mobil yang nantinya berbagi komponen dengan mobil ini. Efisiensi biaya produksi ini menguntungkan Toyota saja? Tidak juga.

TNGA yang digunakan C-HR dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan rasa berkendara yang lebih baik dari yang sudah ada sebelumnya. Ketika platform ini dikembangkan menjadi beberapa model lain, seharusnya memiliki identitas yang identik. Kelebihan itu melekat pada produk Toyota lain yang memakai TNGA.

Kami mendapat kesempatan menjajal platform ini di dalam C-HR. Meski area test drive sangat terbatas, di kawasan Ancol, Jakarta saja, namun setidaknya kami dapat merasakan impresi berkendaranya secara langsung. Ternyata, apa yang disampaikan Toyota bukan isapan jempol belaka.

Sesaat setelah Anda duduk di dalamnya, kesan berbeda dari mobil Toyota lain langsung terasa. Apalagi ketika mulai berkendara. Terutama pada respons lingkar kemudinya yang memberikan bobot yang lebih baik. Sistem electric power steering miliknya, mampu menyesuaikan bobot kemudi dengan baik saat melaju di kecepatan tinggi maupun ketika bermanuver parkir.

Reinforcement di beberapa bagian strukturnya, menghasilkan chassis yang rigid. Hasilnya, pergerakan bodi mobil terasa cukup menurut input kemudi. Meskipun respons kontak roda di kemudi tak seperti yang kami bayangkan. Ini karena Toyota mengaku, mobil ini dirancang agar tetap menghasilkan tingkat kenyamanan yang baik. Jadi desain eksterior C-HR yang sporty, tak selamanya harus diterjemahkan sebagai mobil sport yang tak nyaman.

Terbukti, memakai suspensi belakang double wishbone, kualitas bantingan suspensinya harus diacungi jempol. Kaki-kakinya mampu meredam guncangan di dalam kabin dengan sangat baik saat melewati jalanan berlubang. Padahal, kakinya terasa begitu 'ajeg' saat mobil ini diajak melaju di kecepatan tinggi. Gejala body-roll tetap mampu diminimalkan.

Unsur kenyamanan mobil ini ditambah lagi dengan insulasi kabin yang sangat baik. Kabinnya begitu kedap. Meski sesekali suara mesin yang meraung saat pedal gas diinjak dalam masih sedikit mengintrusi ruang kabin. Tetapi suara artikulasi roda dengan aspal berhasil diredam oleh peredam di lubang roda.

Selain itu, posisi duduknya pun sudah dirancang cukup nyaman. Apalagi kursi pengemudi yang memberikan bidang pandang yang baik. Posisi pilar-A yang tipis dibantu oleh quarter window yang meminimalkan blind spot. Itupun kalau masih ada obyek yang tersembunyi di blind spot, Toyota membantu pengemudinya dengan fitur BSM (Blind Spot Monitor). Fitur ini menampilkan peringatan di kaca spion bila ada obyek tersembunyi di sebelah kendaraan yang tak terlihat di kaca spion. BSM adalah salah satu dari banyak lain fitur keselamatan yang tersedia di C-HR.

Fitur keselamatan lain yang dimiliki mobil ini, vehicle stability control (VSC) dan traction control (TC). Selain itu, ada pula fitur RCTA (Rear Cross Traffic Alert) yang berfungsi layaknya tukang parkir otomatis. Ia memperingati Anda jika ada kendaraan lain yang melintas di belakang, saat Anda hendak berjalan mundur keluar dari parkiran. Tentunya fitur itu ditemani fitur keselamatan standar rem ABS (Anti-lock Brake System) dan 7 airbag yang tersebar di seluruh bagian kabin.

Bagaimana performa Toyota C-HR? Baca ulasannya di First Drive Toyota C-HR bagian kedua. (RS/Odi)

Baca Juga: Toyota C-HR Baru Terjual 115 Unit, Sesuai Target?