Esemka Bima Hasil Rebadge Merek Cina atau Bukan?
Masih jadi perbincangan hangat soal status Esemka. Khususnya unit pikap Bima, yang mirip dengan Changan Star Truck. Beberapa waktu lalu, Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Esemka, bilang kalau Esemka bukanlah barang rebadge. Atau unit yang sekadar ganti logo dari pabrikan Cina. Lalu muncullah diskusi kecil soal komponen lokal dari Kemenperin, Gaikindo dan asosiasi pendukung.
Putu Juli Ardika, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kemenperin memberi tanggapan. Meski tak menjabarkan lebih perinci status Esemka, tapi ia sedikit memberi kata kunci. “Yang saya tangkap, Esemka itu membeli desain terputus. Dan banyak dilakukan (pabrikan lain). Sehingga prinsipal mempunyai kewenangan penuh untuk mengembangkan rancangan selanjutnya, maupun menggunakan komponen melalui multisourcing. Jadi tidak ada batasan untuk mengembangkan komponen yang sudah disediakan dan diproduksi Esemka. Juga dari Pikko (Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif),” paparnya di Graha BNI Jakarta (11/9).
Lokal Konten
Untuk diketahui, Esemka mengklaim total komponen dalam negeri (TKDN) Bima sebesar 60 persen, tanpa memberi detail komposisi penyusun. Sekadar gambaran dari produk lain, TDKN pada Kijang Innova mencapai 85 persen. Prosentase true local content sebesar 25 persen, yang semua dilakukan di dalam negeri. Sementara local content Innova di angka 60 persen. Part itu tetap dibuat, dirakit dan diproduksi di Indonesia. Tapi materialnya bisa diambil dari negara lain. Dan inilah yang menjadi teka-teki Esemka.
Gaikindo juga merespons proses pembuatan Esemka sebagai hal lazim terjadi di industri otomotif. Tapi tak menjelaskan apakah rancang bangun itu milik sendiri atau mengambil dari pabrikan lain. “Misal sebuah perusahaan ingin melakukan rebagde merek A, dari pabrikan lain. Nah si pemilik berhak menentukan. Dan itu terjadi sudah lama. Misal saya pernah di General Motors. Waktu itu daftarnya Chevrolet, namun kebijakan korporasi menginginkan pakai merek Opel Blazer. Padahal yang dikenal Chevrolet Blazer. Saya rasa begitu gambarannya dan bagian dari industri otomotif Indonesia,” terang Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia.
Bahasan soal mobil makin menarik, bila ada perwakilan langsung dari Esemka. Sayangnya tidak ada. “Nanti dalam waktu dekat kami coba jadwalkan, agar bisa diskusi bersama. Saya juga tidak mau menjawab atau mewakili Esemka. Yang jelas, Esemka ini bukan CKD (completely knock-down). Bukan juga IKD (Incompletely knock-down). Kalau CKD, mobil utuh diurai, dibawa ke sini dan dirakit. Bukan IKD juga, karena ada kewajiban konten lokal lebih tinggi," tambah Putu usai diskusi.
Esemka ini, lanjut Putu, menggunakan fasilitas perakitan part by part. Maksudnya, dirakit dengan komponen yang dibutuhkan dan didatangkan dari berbagai perusahaan. Baik dalam maupun luar negeri. "Melakukan part by part, maka impor tidak besar. Jika dilihat dari sisi manufaktur, mulai dari CBU, CKD, IKD dan part by part prosesnya semakin mendalam," imbuh dia.
Penyedia Komponen
Sedangkan dari Pikko, sudah ada 12 perusahaan yang siap suplai komponen. Lalu 13 perusahaan lain datang dari Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM). Semuanya mewakili bagian metal, plastik, karet, interior serta kebutuhan lainnya. “Kalau pemerintah mendukung, kami pun mendorong sebagai prinsipal (pabrikan) baru di Indonesia. Esemka bahkan sudah melakukan studi ke beberapa pabrik kami sejak awal 2019. Lalu pada Juli dan Agustus baru difasilitasi pemerintah untuk bertemu lagi,” ucap Rosalina Faried, Ketua Pikko.
Adapun PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) menginformasikan beberapa komponen lokal yang sudah digunakan. Misal tangki BBM dari PT INKA, kaca depan buatan Armada Inda Agung Glass, Sasis disokong PT INKA, blok mesin dan transmisi bikinan Cikarang Perkasa Manufacturing dan shockbreaker oleh Indospring. Sedangkan untuk radiator disuplai oleh PT Tokyo Radiator Selamat Sempurna, brake shoes dari PT Pasindo, engine mounting UD Adi Surya Gemilang, dasbor dan steer wheel PT Usra Tampi dan blok mesin plus blok transmisi PT Cikarang Perkasa manufacturing.
Melakukan rebadge bukanlah aib bagi pabrikan otomotif. Hal ini lumrah terjadi bahkan menjadi tren untuk menambah line-up produk. Problemnya, tidak ada informasi langsung dari PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK). Namun Putu, menjanjikan untuk berdiskusi lagi. “Makanya coba kami nanti fasilitasi (bertemu) apa strateginya Esemka. Kan banyak yang bertanya-tanya, nanti coba kami fasilitasi itu,” pungkasnya. (Alx/Odi)
Baca Juga: Pabrik Mobil Esemka Diresmikan Presiden Jokowi, Siap Produksi 3.500 Pikap
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice