COVID-19 Bikin Otomotif Indonesia Terpuruk, Membaik di Kuartal Empat
Industri otomotif dunia sedang mengalami pelemahan terparah gara-gara pandemi Covid-19. Terutama pada bulan April 2020 setelah penyebaran wabah Corona ‘merata’ ke seluruh penjuru dunia dari negara asalnya Cina.
Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi korban pelemahan akibat virus Corona. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan wholesales mobil (dari pabrik ke dealer) pada April kemarin hanya 7.871 unit. Terjun bebas 90,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 84.056 unit. Sementara jualan ritel turun 70 persen pada periode yang sama jika dibandingkan April 2019 tahunan menjadi 24.276 unit.
Menurut Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, kinerja penjualan April 2020 itu merupakan yang terendah dalam 15 tahun terakhir. Dan kemerosotan itu disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang berefek pada berhenti beroperasinya pabrik perakitan dan melesunya pasar.
Kemerosotan pasar mobil nasional tersebut menjadi pembahasan utama Seminar Virtual (Webinar) yang diselenggarakan oleh Oto Group diikuti oleh lebih dari 100 peserta dua hari lalu. Tampil sebagai Keynote Speaker adalah Shekhar Bansal selaku Principal Praxis Global Alliance dari India. Didampingi speaker Gaurav Gupta selaku Group CEO Oto Group, Wasudewan selaku CEO New Auto – Oto Group dan Munawar Chalil sebagai Group Editor-in-Chief Oto Group.
Di dalam presentasinya Shekhar menyebutkan bahwa Covid-19 memberikan dampak yang sangat besar terhadap penjualan mobil di Indonesia. Ia mengutip data dari Gaikindo tentang merosotnya penjualan mobil di Indonesia pada bulan April lalu yang sangat drastis. Sampai 90,6 persen dibandingkan bulan April 2019. Selain itu menyebabkan juga indek kepercayaan konsumen di Indonesia pada April 2020 merosot hanya 84,8 persen. Sekaligus yang terendah dalam 12 tahun terakhir.
Membaik Juni
Ia meramalkan bahwa krisis kemanusiaan dan ekonomi Indonesia akan cukup berlangsung lama dengan recovery memakan waktu 5 – 6 kuartal. Efek Covid-19 yang terburuk dirasakan pada Mei 2020, di mana jika digambarkan dengan huruf V, posisi Indonesia berada pada titik curam terendah.
Shekhar memprediksi, setelah terjun bebas sampai titik terparah, kurva ekonomi nasional akan mulai memperlihatkan sinyal membaik pada akhir Juni. Sampai tiga kuartal ke depan, pemerintah akan banyak melakukan intervensi untuk memperbaiki kondisi ekonomi nasional.
Berdasarkan riset yang dilakukan Praxis, penjualan mobil baru Indonesia pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini akan tetap rendah dibandingkan kuartal pertama. Pelemahan itu tidak hanya dirasakan pada penjualan mobil baru passenger car, melainkan juga pada penjualan mobil niaga. Meskipun masih lesu sampai kuartal ketiga, kondisinya lebih baik jika dibandingkan kuartal pertama dan kedua.
Kondisi otomotif nasional baru mulai agak mendingan pada kuartal keempat 2020, namun masih belum begitu stabil. Sesuai dengan prediksi kurva yang makin menanjak, jalan menuju ke arah pemulihan akan semakin menguat. Tapi demand di tahun 2020 secara keseluruhan diprediksi masih akan tergolong lemah. Kondisi baru mulai stabil pada Juli tahun depan.
Penjualan Mobil di Indonesia 2020
Secara kumulatif, menurutnya, penjualan mobil di Indonesia sepanjang tahun 2020 akan merosot sekitar 50 persen karena anjloknya permintaan domestik dan ekspor. Prediksi ini berdasarkan data dari Gaikindo yang disampaikan pada bulan April lalu.
Tetapi dari riset yang Ia lakukan di Indonesia, jika krisis kesehatan akibat Covid-19 mulai mereda, akan semakin banyak orang yang berkeinginan membeli mobil baru. Riset yang dilakukan oleh Praxis Praxis Global Alliance ini dilakukan terhadap 550 responden di sejumlah kota besar negeri ini.
Dari riset terkumpul data bahwa 64 persen responden menyatakan ingin membeli mobil jika kondisi sudah mulai kembali kembali. Responden merasa bahwa dengan memiliki mobil mereka bisa mendapatkan kenyamanan dan keamanan yang lebih baik. Hanya 36 persen yang tidak ingin memiliki kendaraan roda empat. Dari riset itu juga diketahui data bahwa 63 persen responden ingin membeli mobil baru dan mereka sudah memiliki mobil incaran yang ingin dibeli.
Artinya ada satu titik cerah di mana pabrikan mobil bisa memanfaatkan kesempatan itu jika kondisi perekonomian sudah recovery lagi. Selain melakukan riset di Indonesia, Praxis Global Alliance juga melakukan riset di 5 negara Asia Tenggara lainnya di antaranya Filipina, Malaysia dan Thailand.
Yang menarik lagi adalah, dari hasil riset Praxis didapatkan data bahwa konsumen first time buyer di daerah perkotaan Indonesia mencapai 74 persen. Kota-kota yang dimaksud di antaranya Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Tapi tidak diketahui apakah angka first time buyer itu mengalami peningkatan jika dibandingkan data sebelumnya untuk periode yang sama.
Kondisi Big 5 Produsen Mobil
Di atas kertas, Indonesia bukanlah satu-satunya negara di Asia Tenggara maupun dunia yang mengalami krisis ekonomi dan kesehatan yang disebabkan Covid-19. Berawal dari Cina pada pertengahan Desember tahun lalu, pandemic menyebar secara global. Lebih dari 120 negara terdampak.
USA sebagai negara kekuatan ekonomi terbesar pertama di dunia sudah lebih dulu terimbas. Angka penjualan mobil baru di AS menurut Asosiasi Dealer AS (NADA) pada Maret 2020 merosot 37,9 persen dibandingkan Maret 2019. Sedangkan penjualan pada kuartal pertama 2020 menurun 12,7 persen dibandingkan Q1 2019.
Cina, sebagai negara yang menjadi muasal sumber virus, menjadi negara pertama yang mengalami krisis. Penjualan mobil baru di Tiongkok pada periode kuartal pertama 2020 merosot 42 persen dibandingkan kuartal pertama 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian data dari Asosiasi Pabrikan Mobil Cina.
Perekonomian Cina sendiri terkontraksi negatif 6,8 persen pada kuartal pertama 2020 dibandingkan periode yang sama 2019. Menurut Praxis Global Alliance, penjualan mobil di Cina mencapai titik paling rendah akibat Covid-19 pada bulan Februari 2020. Merosot 79 persen pada Februari dibandingkan periode yang sama 2019. Sekaligus sebagai penurunan terendah dalam 22 tahun.
Industri otomotif memang memegang peranan signifikan di Tirai Bambu. Lebih dari 40 juta rakyat negeri itu bekerja di sektor otomotif baik secara langsung maupun tidak langsung. Sektor ini memasok sekitar 10 persen pendapatan Cina dari sektor manufaktur atau menghasilkan lebih dari US$ 1 trilyun per tahun.
Jepang dan Jerman
Jepang dan Jerman sebagai produsen mobil Big 5 di dunia, mengalami kemerosotan penjualan mobil baru yang cukup signifikan. Efek Corona mengakibatkan new car sales di Jepang turun 28,6 persen menjadi 270.393 unit. Jika dibandingkan penjualan periode April 2019.
Menurut Asosiasi Dealer Mobil Jepang, kalau penjualan itu tidak termasuk penjualan mobil kecil, maka penjualan mobil merosot sebesar 25,5 persen dibandingkan periode April 2020 menjadi 172.138 unit. Sekaligus April terlemah ketiga jika dibandingkan data yang dihimpun sejak 1968.
Kalangan ekonom memprediksi perekonomian Jepang periode April – Juni akan minus 22 persen. Lebih mendingan dibandingkan AS yang bakal terkontraksi minus lebih dari 25 persen. Kemerosotan ekonomi Jepang pada kuartal pertama 2020 sebesar 3,4 persen masih lebih bagus daripada AS yang 4,8 persen pada periode yang sama. Bagi Paman Sam itu adalah kemerosotan terparah sejak Great Depression tahun 1930-an.
Negara adidaya ekonomi lainnya, Jerman, yang juga produsen mobil besar mengalami kemerosotan tinggi. Menurut kantor BPS-nya Jerman, perekonomian negara itu terkontraksi minus 2,2 persen pada kuartal pertama 2020 gara-gara Corona dan memperparah resesi di negara itu yang sudah terjadi jauh sebelum Corona. Sekaligus yang terburuk sejak 2009 ketika negara itu dilahap oleh krisis finansial global.
Registrasi mobil baru di Jerman pada Maret 2020 adalah yang terendah dalam tiga dasawarsa. Menurut Asosiasi Produsen Mobil Jerman, penjualan mobil baru pada Maret 2020 menurun 38 persen dibandingkan Maret tahun lalu menjadi hanya 215.100 unit. Corona memaksa pemerintah Jerman menutup sejumlah bisnis dan melakukan pembatasan ruang gerak.
Sedangkan penjualan bulan April 2020 tercatat merosot 61 persen dibandingkan periode yang sama 2019. Hal ini disebabkan efek dari Corona semakin mendalam dan kebijakan pembatasan ruang gerak yang diberlakukan mulai berefek panjang. (Eka)
Baca Juga: Siasat Isuzu untuk Hadapi COVID-19
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice