Pembuktian BMW G310R di Kaki Gunung Salak
Akhirnya momentum itu datang juga. Waktu yang tepat untuk membuang rasa penasaran, setelah pro dan kontra atas produk anyar BMW Motorrad G310R pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 lalu. Pada sebuah pagi yang cerah, di kaki Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, kami berkesempatan mengendarainya.
Kuda besi ini memang memiliki banyak kejanggalan dari sejak kelahirannya. Pertama, brandnya berasal dari salah satu pabrikan kendaraan legendaris di Jerman, namun khusus model ini produksinya dilakukan di pabrik TVS India. Kedua, kapasitas mesinnya 313 cc dengan satu silinder. Terkecil dari produk BMW Motorrad yang dipasarkan. Ketiga, posisi silindernya menghadap ke belakang, 180 derajat. Berbanding terbalik dibanding kebanyakan motor-motor lain.
Atas dasar beberapa alasan itulah, banyak yang jadi ragu meminangnya. Saya pun ragu, terutama terkait apakah rasa berkendaranya senikmat produk BMW Motorrad lain?
Sekarang di depan saya sudah ada G310R untuk membuktikan langsung kemampuannya. Kelirnya biru, menurut saya paling keren dibanding pilihan warna lain yang tersedia yaitu putih dan hitam.
Begitu duduk di atasnya, kesan jinak langsung menyambut. Lantaran posisi joknya cukup rendah, sehingga kaki bisa dengan mudah menapak ke tanah. Saat mesin dinyalakan, terdengar suara yang kurang merdu. Biar begitu ketika pedal gas diputar, barulah aura garangnya terasa. Suara knalpotnya cukup menggairahkan di segmennya, sehingga timbul rasa bersemangat 'memeluknya'.
Jalur yang saya lalui panjangnya 37 Kilometer. Medannya tanjakan, tikungan, turunan, jalan lurus sampai yang bergelombang. Rutenya memang sengaja dirancang demikian, agar seluruh kemampuannya adik kecil dari S1000R ini bisa dirasakan seutuhnya.
Saat berkendara, impresi pertama, motor ini tidak terlalu ringan. Menurut saya bobotnya pas untuk diajak melahap jalur-jalur pegunungan yang berliku. Memang tidak terlalu lincah, namun efeknya saat digunakan untuk bermanuver dalam kecepatan tinggi sangat stabil. Acungan jempol diberikan khususnya untuk kombinasi rangka kokoh, suspensi depan upside down dan ban lebar yang disematkan.
Tatkala di tanjakan, performa mesin satu silindernya pun luar biasa, terutama di putaran bawah sampai tengah. Torsi dan tenaganya tidak habis-habis ketika diperlukan, sehingga menanjak dengan menggunakan gigi tiga sampai empat sekalipun masih sanggup.
Di atas kertas kemampuan jantung mekanis itu sanggup menyemburkan torsi puncak 28 Nm pada 7.500 rpm dan tenaga maksimal 34,47 PS pada 9.500 rpm. Sementara sistem transmisinya menggunakan manual 6-percepatan. Sayangnya pada sesi test ride kali ini, saya belum bisa mendapatkan top speed. Lantaran jalanan kaki Gunung Salak sangat padat penduduk serta jarang menyajikan trek lurus yang panjang.
Bertemu jalan menurun, saya begitu percaya diri. Motor ini sudah dilengkapi sistem anti-lock braking system (ABS) sehingga mampu mencegah ban terkunci saat melakukan pengereman mendadak sekalipun. "Selain itu rem cakram depan sudah menggunakan kaliper radial mount. Pengereman menjadi lebih pasti dan meyakinkan, dibanding penggunaan kaliper biasa," Jelas Product Manager Maxindo Moto Nusantara, Erik Yohanes kepada oto.com.
Setelah berkendara sekitar satu setengah jam, tubuh pun tidak terasa pegal. Posisi duduk yang rileks dengan kaki tidak terlalu ke belakang dan setang lebar, mampu membuat tubuh nyaman saat menungganginya. Bantingan suspensinya memang tidak terlalu empuk saat melewati jalan bergelombang, tapi sepertinya hal itu sengaja dilakukan agar motor lebih stabil saat bermanuver.
Baca Juga : Si Jadul Ganteng, BMW R NineT
Mesin juga tidak terasa panas, karena konstruksinya yang unik. Posisi silindernya menghadap belakang. "Efeknya air intake posisinya menjadi di depan, dan udara langsung masuk dari depan dan keluar ke belakang lewat knalpot. Sehingga mesin lebih cepat dingin," ujar Erik.
Pembuktian terakhir yang saya lakukan untuk G310R adalah konsumsi bahan bakar. Dengan kontur jalan yang berbukit-bukit serta padat lalu lintas, kuda besi ini hanya sanggup membuat catatan irit 25 Kpl. Sebuah angka yang sebenarnya biasa saja untuk motor di segmen ini. Bisa jadi ketika dipakai berkendara di kemacetan Jakarta, hasilnya lebih boros lagi.
Jadi apakah kuda besi ini layak untuk dibeli? Menurut saya layak. Hanya saja memang harganya cukup tinggi yaitu Rp 104 juta (off the road). Sisi positifnya brandnya BMW Motorrad. Anda sebagai konsumen bolehlah merasa masuk ke keluarga besar brand moge asal Jerman yang meningkatkan status sosial Anda!
Baca Juga : BMW HP4 Race, Bavarian Buas 2 Roda
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature