Adu Kestabilan dari Tambahan Roda: Piaggio MP3 500 HPE Sport Advance VS Peugeot Metropolis 400i VS Qooder
Kepraktisan, kestabilan, serta kenyamanan sudah tentu jadi nilai jual skuter tiga roda atau lebih. Menawarkan rasa kendali presisi yang tak bakal ditemukan pada motor konvensional. Dan di Indonesia, pasar skuter begini dikuasai paling tidak oleh tiga merek Eropa: Piaggio, Peugeot, serta Qooder. Lantas mana yang paling hebat menerjemahkan unsur-unsur tadi?
Rancangan Roda
Qooder, menjadi paling menarik di antara ketiga motor. Sebab bukan lagi tiga, melainkan empat roda menjadi tumpuan bodi besarnya. Mendekati rancangan mobil. Kendati begitu, mekanisme kerjanya jauh berbeda. Anda tetap bisa bermanuver layaknya roda dua biasa.
Keempat ban dibekali suspensi hidrolis dan lengan independen. Karena itulah ketika menikung, semuanya bisa ikut miring. Secara bersamaan traksi yang diberikan maksimal. Sehingga risiko terjatuh hampir nihil. Kecuali Anda memutuskan berhenti di saat berbelok.
Berkat rangkaian itu pula, bukan masalah besar bagi Qooder saat mengarungi jalan berlubang. Baik perlahan maupun kencang. Di saat salah satu roda menghantam, tak berpengaruh besar ke roda lainnya. Ditambah jarak main suspensi udara memang begitu panjang. Stabilitasnya benar-benar maksimal.
Sayang, sistem pengunci roda sama sekali tak dibantu komponen elektronik. Untuk membuatnya bisa berdiri tegak, dengan menarik tuas hidrolis di area dashboard. Sementara cara lain adalah menekan tuas rem – otomatis suspensi bakal mengunci. Butuh pembiasaan dulu hingga akhirnya lihai mengendalikan Qooder.
Baca Juga: Test Ride Qooder, Kinerja Empat Roda di Dalam Kota, Praktis?
Piaggio MP3 dan Peugeot Metropolis 400i – meski hanya tiga roda – punya sistem pengunci elektrik. Ketika menuju persimpangan, atau kondisi yang membuat pengendara harus berhenti, tinggal melakukan ancang-ancang dari jauh. Melalui sentuhan tombol, motor langsung berdiri tegak tanpa harus repot turun kaki. Praktis.
Namun di antara keduanya terdapat perbedaan konstruksi. Piaggio lebih memikirkan soal kondisi jalanan rusak. Sebab masing-masing roda depan punya suspensi udara indipenden. Sehingga hantaman salah satu roda tak membuatnya hilang kendali.
Peugeot, mungkin terlalu mengambil perspektif landsekap Eropa. Alias jalan serba lebar dan jarang lubang. Sebuah shock breaker diposisikan horizontal di tengah, ditugaskan meredam roda kiri dan kanan. Ketika salah satu menginjak obstacle, kecenderungan memengaruhi ban lain begitu besar. Sudut kemiringan manuver pun tak bakal semaksimal MP3, apalagi Qooder.
Fitur Elektronik
Qooder sudah pasti terdiam melihat Peugeot dan Piaggio berlomba memberikan teknologi canggih. Sebab skuter buatan Swiss itu sangan konservatif. Tak satupun ada fitur modern, bahkan hingga ke panel instrumen. Sajian datanya saja tergolong tidak lengkap, berikut display sederhana.
Peugeot, cukup serius soal komponen safety dan fitur mengendara. Ia sudah dilengkapi sistem pengereman ABS, kontrol traksi adjustable, hingga panel instrumen analog digital nan lengkap. Bahkan informasi mengenai tekanan ban tertera di layar. Pengendara dapat mengontrol jika sewaktu-waktu roda kekurangan angin. Hal yang sama sekali tak dipunya Qooder.
MP3 juga sama. Semua rem terkoneksi sensor ABS. Sistem kontrol traksi, atau disebut Piaggio Anti-Slip Regulation (ASR) juga dapat dinyala-matikan. Plus dua mode berkendara (Eco dan STD) berkat mekanisme ride-by-wire. Data di layar instrumen juga lengkap, menunjang kebutuhan jalan jauh. Ada pun opsional sistem Piagio MIA, software yang mampu menghubungkan monitor kokpit dengan gawai.
Lebih menariknya lagi – sekaligus tak dipunya dua motor lain – MP3 baru dibekali gigi mundur. Hal yang begitu relevan dengan skuter bongsor semacam ini. Cara pengoperasiannya mudah. Tinggal memindahkan ke mode Reverse, lalu tekan switch starter. Seketika motor pun mundur perlahan.
Baca Juga: Inilah Empat Hal Baru di Piaggio MP3 500 HPE Sport Advance
Performa Mesin
Generasi terbaru MP3 mengubah sektor teknis, meningkatkan performanya sekitar 14 persen. Sekaligus menjadikan skuter ini pemimpin kelas dari segi kemampuan dapur pacu. Sebab pemasangan jantung baru bertitel HPE, berhasil mencatat output 44,2 Hp/7.750 rpm serta torsi 47,5 Nm/5.500 rpm. Besar jika dibandingkan rival sekelas.
Metropolis, dengan mesin 400 cc-nya memberi output 35,6 Hp di 7.200 rpm semenatar torsi 38,1 Nm memuncak pada 5.750 rpm. Lanta Qooder, ada di bawah Peugeot. Belum lagi memangku beban lebih besar. Catatan daya mesin satu silinder 399 cc menghasilkan 32,5 Hp/7.000 rpm dan torsi 38,5 Nm/5.000 rpm.
Semuanya tentu telah memakai sistem injeksi elektronik dan memiliki pendingin cairan. Lantas menyalurkan tenaga lewat transmisi CVT. Ada satu keunggulan yang tak dipunya Piaggio dan Peugeot. Yakni Qooder memasang dua belt CVT di roda belakang, sehingga kalau sewaktu-waktu putus salah satu masih bisa berjalan pelan mencari pertolongan.
Ruang Akomodasi
Kami yakin banyak orang berpikir Qooder punya ruang simpan begitu melimpah. Mengingat dimensi bodinya begitu besar. Namun justru hal ini kontradiktif. Satu-satunya ruang bagasi hanya di bawah jok belakang. Ruangnya muat untuk helm half face, atau full face tertentu. Kalau mau bawa banyak barang mau tak mau harus memasang box.
MP3 sedikit lebih lega, sebab sepanjang jok memang menutupi bagasi. Lebar dan cukup ditaruh banyak barang. Entah karena posisi mesin dan tangki, sayangnya bagasi kurang dalam. Jaraknya terlalu rendah untuk dimasukkan bawaan tertentu. Mentok. Sementara di dashboard, ada tambahan laci tertutup plastik untuk menyimpan gawai. Sekaligus tersedia soket pengisi daya.
Peugeot boleh bangga soal ruang akomodasinya yang melimpah. Bagasi utama di balik jok kurang lebih sepantar MP3. Tapi ada tambahan bagasi di belakang – berbentuk seperti box – memiliki ruang begitu besar. Helm full face tipe apapun pasti masuk. Pun kalau bawa barang agak panjang, antar kedua ruang itu sebetulnya menyatu. Desain yang cukup pintar.
Desain
Kalu variabel ini soal selera. Tapi mungkin Anda sepakat Peugeot mengemas Metropolis dengan cita rasa Prancis kental. Wujudnya begitu anggun, ditambah opsi pewarnaan dan bentuk mika lampu yang begitu detail guratnya. Kesan mewah begitu tergambar.
Piaggio MP3 dan Qooder sebetulnya punya kemiripan di fasad. Menurut kami, tampangnya enak dilihat tapi seperti tak ada yang spesial. Kurang berani seperti yang dilakukan Peugeot. Tapi memang, kedua motor ini tampak gagah berkat aksen overfender bak sebuah SUV.
Simpulan
Piaggio dibanderol paling mahal, Rp 360 juta OTR Jakarta. Diikuti oleh Qooder senilai Rp 357 juta, serta Peugeot Metropolis yang masih di kisaran Rp 280 jutaan. Jika melihat dari segi harga dan bertumpu dalam perspektif kestabilan, kemampuan Qooder sudah tak dapat ditawar.
Ia mampu menyediakan traksi lebih baik ketimbang dua motor. Berikut rangkaian kaki-kaki tak bakal mengelak dibawa offroad sekalipun. Punya keunikan tersendiri. Hanya saja, perlu kompromi atas tidak adanya teknologi canggih dan performa mesin luar biasa.
Kalau tak siap maklum, rasanya Piaggio MP3 jadi opsi berikutnya. Hampir semua teknologi canggih – termasuk gigi mundur – hanya dia yang punya. Begitu pula soal lontaran tenaga. Mungkin pengendalian seakurat Qooder tak bisa dirasakan. Paling tidak, mekanisme rodanya independen dan bisa menangani jalan berlubang lebih baik dari Peugeot. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Pertempuran Motor Inggris dan Jerman: Triumph Scrambler 1200 XE VS BMW R nineT Scrambler
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature