Porsche 718: Membangunkan ‘The Giant Killer’
Seperti diketahui, Porsche Indonesia baru saja meluncurkan dua mobil baru hari ini (28/07) di Jakarta. Produk tersebut adalah Porsche 911 generasi terbaru, yang tentunya sudah kita kenal, serta 718 Boxster.
Yang disebutkan terakhir itu mungkin masih asing bagi yang tidak terlalu mengikuti perkembangan Porsche. Namun inilah mobil yang sebetulnya paling menarik di jajaran Porsche, menurut kami. Selain karena keputusan Porsche untuk menggunakan mesin empat silinder boxer dengan imbuhan turbocharger, ada nilai sejarah tersendiri pada mobil ini.
Ok, bentuknya mungkin tidak jauh berbeda dengan Porsche kebanyakan, tapi tahukah Anda bahwa nomenklatur 718, sebenarnya telah ada sejak era menjelang akhir 1950-an. Inilah mobil yang mengharumkan nama Porsche di arena balapan mobil di masanya, dan bisa dibilang sebagai ‘the giant killer’karena sukses membantai kompetitornya di arena balap, yang menggunakan mesin besar, meski mobil ini memiliki defisit tenaga.
Ya, 718 klasik menggunakan mesin boxer empat silinder, dan mampu melewati laju Ferrari, atau lawan lainnya yang bermesin V12. Jadi, Anda tentunya mengerti kenapa Porsche menghidupkan kembali 718, lengkap dengan mesin 4-silinder.
Bagaimana cara 718 mengalahkan lawan-lawannya? Jawabannya adalah handling. Mobil ini begitu menurut dan lincah di lintasan, sehingga langsung membuat kesan bahwa tenaga kecil bukan masalah yang besar. Kombinasikan hal tersebut dengan pembalap jempolan seperti Graham Hill, Wolfgang von Trips, Stirling Moss, Dan Gurney, Jo Bonnier, dan lainnya, maka terciptalah monster mungil yang mengerikan.
Bobot vs Tenaga
Kelahiran 718 tidak bisa lepas dari mobil balap sukses buatan Porsche yang lain yaitu 550 Spyder. Platform 550 kemudian dikembangkan pada tahun 1956, untuk diturunkan di arena balap tahun berikutnya. Perubahannya mencakup penggunaan tubular space frame, rem yang lebih pakem, dan juga suspensi depan yang ditingkatkan kemampuannya. Penggunaan chassis tubular space frame tersebut membuat 718 memiliki bobot yang sangat ringan, hanya 529 kg.
Tubuhnya yang ringan diberikan mesin flat four berkapasitas 1,5 liter yang bertenaga hingga 142 hp. Kecil? Mungkin. Tapi jangan lupa bobot mobil yang dinamai 718 RSK tersebut hanya lebih sedikit dari setengah ton. Pengendalian juga sangat diperhatikan. Selain desain ulang suspensi tadi, mesin tersebut diletakan tepat di tengah mobil, sehingga memiliki distribusi bobot yang pas.
Debut perdana 718 sama sekali tidak bisa dibilang mulus. Tahun 1957 mobil ini turun di balap ketahanan LeMans 24 Hour. Lap 129, mobil yang dikendarai Umberto Maglioli (Italia) dan Edgar Barth (Jerman) tersebut terhenti karena mengalami kecelakaan.
Setelah dikembangkan kembali, tahun 1958 adalah masa dimana kesuksesan mulai menghampiri 718 RSK. Balapan Sebring 12 Hour menempatkan 718 yang dikemudikan oleh pembalap Amerika Serikat Harry Schell dan Wolfgang Seidel (Jerman) sukses finish di urutan ketiga, dibelakang dua Ferrari 250. Kedua pembalap tersebut sukses mempecundangi Ferrari 250 GTO, Lotus Eleven, Austin Healey 100-6, hingga Chevrolet Corvette C1. Di tahun yang sama, 718 RSK juga sukses meraih posisi kedua di rally Targa Fiorio, Tepat di belakang Ferrari 250 TR, dan mengalahkan 250 TR lainnya yang finish di posisi ketiga.
Pengembangan kemudian dilakukan oleh insinyur Porsche di tahun 1959. Kali ini mereka memasangkan mesin baru berkapasitas 1,7 liter, dengan konfigurasi yang masih sama. Tenaganya melonjak menjadi 170 hp. Selain itu, turut dipasangkan juga as roda dengan material yang lebih ringan. Hasilnya, 718 RSK memenangkan balapan Targa Fiorio di tahun tersebut berkat kelihaian Jo Bonnier. Dan Porsche patut berbangga karena 550 Spyder dan 356 Carrera finish kedua dan ketiga.
Pengembangan Tanpa Henti
Tahun-tahun berikutnya Porsche terus mengembangkan mesin empat silinder, terutama untuk 718 RSK. 1960, misalnya mesin tersebut mendapatkan kruk as baru yang lebih kuat, sehingga putaran maksimal mesin mencapai 7.800 rpm. Bahkan untuk masa kinipun, angka itu terbilang menakjubkan. Dengan mesin tersebut, selain kembali menang di Sebring 12 Hours dan Targa Fiorio, memberikan gelar juara konstruktor kedua untuk Porsche, dan hanya kalah tipis dari Ferrari.
Stirling Moss, legenda hidup di dunia balap menyatakan bahwa dirinya sangat mencintai mobil ini. Alasannya adalah pengendaliannya yang agresif dan ‘controlable’. Moss dalam wawancaranya yang tayang di laman Youtube Porsche juga menambahkan, “Mobil ini memang kencang. Tapi saya lebih suka mengatakan mobil ini sangat lincah.”
Nah, jika melihat sepak terjang 718 yang gemilang, plus tuntutan zaman yang mengharuskan mobil memiliki efisiensi bahan bakar yang tinggi, rasanya wajar saja kalau mesin flat four muncul lagi ke permukaan.
Ok-lah, Porsche harus berusaha untuk mengikuti perkembangan saat ini. Tapi mereka juga tidak bisa sembarangan main pasang mesin baru. Apalagi pabrikan Jerman ini terkenal dengan mesin flat six. Tentunya akan ada banyak yang kecewa kenapa Boxster yang tadinya bermesin enam silinder harus disunat seperti ini. Namun penggunaan nama, dan mungkin kehadiran karakter 718 asli, akan bisa meredam kritik dari pecinta Porsche.
Pertanyaannya sekarang, apakah mobil ini bisa sukses seperti Boxster atau Cayman sebelumnya? Yah, kita lihat saja. Namun bagaimanapun, ini Porsche, sebuah merek yang mengutamakan kepuasan, dan terbilang sukses besar di pasar mobil premium Indonesia.
Baca Juga: Warisan desain yang khas dan melegenda
Sumber: roadandtrack.com, Porsche
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice