Mitos Yang Salah Tentang 4x4
Di tengah perkembangan industri otomotif Tanah Air, sosok mobil tangguh, ternyata perlahan menjadi primadona penjualan. Maklum saja, kebutuhan masyarakat sekarang bukan hanya daya angkut, ataupun harga murah, namun juga kapabilitas yang lebih fleksibel di berbagai medan.
Mobil 4x4 atau 4WD (4 Wheel Drive) adalah jawabannya. Siap bertarung dengan medan offroad, namun juga tetap andal dibawa di tengah kota dengan parasnya yang gagah dan menawan.
Karenanya saat ini pabrikan pun terus mengolah produk SUV (Sport Utility Vehicle) mereka agar lebih mudah digunakan. Termasuk pada SUV 4x4, ataupun Double Cabin. Sayangnya, hingga saat ini, ternyata masih ada saja anggapan yang salah tentang kendaraan berpenggerak 4x4.
Di tengah acara Mitsubishi Triton Family Gathering yang digelar 12 November lalu, OTO.com bertemu dengan seorang trainer berkendara yang kerap memberi pelatihan-pelatihan offroad bernama Momon S. Maderoni. Momon yang juga merupakan konsultan Indonesia Smart Drive memaparkan beberapa hal menarik mengenai opini salah yang berkembang di kalangan pengguna mobil 4x4.
Berikut adalah hal-hal tersebut:
1. Pakai 4x4 Akan Merusak Mobil
Ayolah, ini bukan lagi era 90-an di mana teknologi transmisi otomatis pun adalah momok menakutkan. Penggerak 4 roda sudah dirancang sedemikian rupa untuk dapat mendukung kebutuhan penggunanya. Jadi, jangan takut untuk menggunakannya.
“Kalau memang dibutuhkan, jangan ragu untuk menggunakannya, sekarang penggerak 4x4 sudah sangat canggih dan tak mudah rusak ketika digunakan,” tegas Momon. Malahan menurutnya jika tidak pernah digunakan, ada kemungkinan perangkat bisa malfungsi karena tidak pernah dikoneksikan atau digunakan.
2. Baru Diaktifkan Setelah Terperosok
Ini adalah salah satu point kesalahan yang kerap dilakukan para pengendara Off road amatir, yakni mengaktifkan koneksi gerak 4x4 ketika mobil sudah dalam kondisi terjebak. “Sebaiknya pindahkan sebelum memasuki medan yang akan dilewati,” jelas Momon.
Menurut Momon, itulah pentingnya observasi medan sebelum menggelindingkan roda ke jalur yang akan dilewati. Observasinya bisa dengan berbagai cara, entah itu meminta bantuan rekan di luar kendaraan maupun dengan selalu membaca kondisi jalan dan perubahannya.
Malah ia menyarankan agar selalu siaga memasukkan transfercase ke posisi 4x4 High (H) jika memang sudah berada pada kondisi offroad. Dan jangan ragu untuk memindahkan ke rasio yang lebih rendah (4x4 Low/L) jika medan sudah makin licin atau makin terjal kondisinya.
3. Hanya Bisa Digunakan Pada Gigi 1 dan 2
Anggapan ini memang jamak terdengar di masyarakat. Maklum saja, populasi kendaraan 4x2, lebih banyak dibanding kendaraan 4x4. Pada kendaraan 4x2, untuk mendapatkan momentum gerak, biasanya pengendara memaksa untuk memberikan putaran mesin yang tinggi di medan terjal dan memang satu-satunya cara adalah mengandalkan gigi rendah.
Namun begitu mobil Anda sudah dilengkapi dengan penggerak 4 roda dan Anda mengaktifkannya, maka buang jauh-jauh anggapan tersebut. Sistem gerak 4 roda sesuai namanya sudah mengalirkan tenaga untuk memutar roda ke ke empat titik, sehingga traksi pada dasarnya sudah lebih baik.
Bahkan, pada kendaraan 4x4 dengan settingan rasio rendah, gigi 1 pun kadang haram digunakan kecuali benar-benar terjebak. Toh untuk menciptakan momentum gerak saja, gigi 2 pun sudah mampu menciptakan momentum. Artinya, penggunaan gigi yang lebih tinggi yakni 3,4, bahkan 5 tetaplah bisa dilakukan ketika sistem 4 roda aktif.
4. Gengsi Menggunakan 4x4
“Jangan show off,” itu pesan Momon. Pasalnya, kerap ada saja oknum pengendara yang merasa hebat jika mobilnya bisa melewati medan offroad dengan penggerak masih terpasang di 4x2. Memang hal ini bisa dilakukan, namun rumus ini justru bisa menjerumuskan pengguna bahkan berpotensi mencelakakan nantinya.
Jika kendaraan Anda dilengkapi dengan sistem gerak 4 roda, maka jangan ragu untuk menggunakannya, apalagi jika di hadapan Anda sudah menghadang medan offroad yang sekiranya tak sanggup dilewati oleh kendaraan 4x2.
5. Tidak Bisa Ngebut
Opini tentang kendaraan 4x4 yang tak bisa ngebut masih saja tercipta hingga hari ini. Kami di redaksi pun masih saja mendengar hingga minggu lalu, bahwa ada rekan yang membeli mobil Toyota Land Cruiser FJ40 dari Cirebon ke Jakarta dan ujarnya mobil tersebut tak bisa mengebut.
Setelah ditanya lebih lanjut, ternyata sepanjang perjalanan, ia mengaktifkan transfercase di posisi 4x4 Lo. Dengan kondisi 4x4 dalam rasio rendah seperti itu, tentu saja mobil tak mampu mengakomodir putaran mesin untuk melaju ke kecepatan tinggi, bahkan mesin hanya akan berteriak tanpa menambah kecepatan.
Tapi jika Anda menggunakan dengan benar, misalnya dengan memposisikan transfer case di 4x4 Hi atau 4H, maka rasio gigi akan tetap tinggi, namun seluruh roda bisa berputar bersamaan, artinya kecepatan tinggi bisa diakomodir oleh girboks.
Bahkan dalam posisi 4WD high, kendaraan akan lebih aman untuk dikendarai saat kecepatan tinggi lantaran traksi di keempat rodanya terjaga. Tentunya ada batasan kecepatan tertentu tergantung dari kendaraan Anda.
Baca Juga: Beda sistem transmisi, tujuannya satu
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice