Mesin Kecil Di Mobil Ternyata Tidak Ramah Lingkungan!
Agak mengherankan karena saat pabrikan lain mulai menggenjot penjualan mobil dengan mesin kecil, pabrikan Jerman Mercedes-Benz bersikukuh mesinnya paling kecil adalah berkonfigurasi 4-silinder. Jawabannya ternyata sudah ada di depan mata: Mesin kecil belum tentu ramah lingkungan!
Trend yang ada saat ini adalah, mesin tiga silinder yang dipasangkan turbocharger. Atau kalaupun empat silinder, kapasitasnya paling hanya 1,2 liter. Contoh paling mutakhir adalah Honda Civic yang dbekali mesin 4-silinder 1,5 liter dengan imbuhan turbocharger.
Teknologi turbo di mesin bensin maupun diesel yang sudah demikian maju memang mampu membuat mesin seminimalis itu untuk menghasilkan tenaga hingga hampir dua kali lipat, dengan konsumsi bahan bakar yang tetap minimalis.
Nah, menurut Reuters, ternyata hal seperti itu memang membuat bahan bakar lebih irit. Namun emisi yang dihasilkan sama saja, kalau tidak lebih besar dari mesin biasa (mesin dengan kapasitas yang lebih besar).
Hasil tersebut didapat dari pengujian di keadaan sebenarnya, dimana mesin-mesin itu menghasilkan emisi NoX yang lebih besar. Skandal ‘dieselgate’ yang dilakukan VW, memicu diadakannya pengujian ulang oleh badan-badan lingkungan di seluruh dunia, dengan hasil yang mengejutkan. Pengujian tertutup yang dilakukan dengan parameter oleh pabrikan, ternyata melenceng jauh saat mobil dikendarai di dunia nyata.
Mesin kecil dengan imbuhan turbo memang jika diuji diatas roller, akan menghasilkan emisi yang cukup baik karena lingkungan sekitarnya diatur. Pengaturan tersebut mencakup beban roller untuk mensimulasikan hambatan gulir (rolling resistance), suhu udara dan kelembaban yang dikendalikan, hingga kecepatan.
Saat berhadapan di kondisi sebenarnya, dengan beban kerja yang lebih berat dan lingkungan nyata mesin-mesin kecil ini ternyata menghasilkan emisi yang melebihi batas. Bahkan bisa hingga 15 kali llipat(!) pada mesin diesel dengan kapasitas kecil. Itulah kenapa Anda sebaiknya tidak perlu terlalu ‘pusing’ dengan angka klaim manufaktur jika menyangkut konsumsi BBM dan emisi gas buang.
Laporan Reuteurs tersebut, mengatakan bahwa regulator (pemerintah) di berbagai belahan Bumi sudah mengetahui bahwa mesin-mesin mungil mengeluarkan emisi yang lebih tinggi. Namun sayangnya, belum ada langkah kongkret yang diambil untuk memperbaiki hal ini.
Hasilnya, pemerintah di Uni Eropa akan menerapkan kewajiban uji emisi baru yang lebih ketat, dan tidak perlu menunggu lama, mereka akan mulai memberlakukan peraturan pengujian tersebut tahun depan. Pengujian yang lebih ketat ini diperkirakan akan ‘menghantam’ mesin bensin dengan kapasitas dibawah 1,2 liter, serta mesin diesel dibawah 1,5 liter.
Karena itulah, para pabrikan raksasa langsung mengambil langkah untuk memperbaiki performa konsumsi BBM dan emisi gas buang mobil-mobil mereka. Tercatat Renault, General Motors, dan (tentu saja) VW, berencana untuk menghentikan penggunaan mesin kecil di produk mereka yang akan datang. Baik yang berbahan bakar bensin maupun diesel. Pabrikan lainnya akan segera menyusul langkah mereka tadi, dan paling lambat tahun 2019 rencana ini sudah harus terealisasi.
“Teknik yang kami lakukan untuk mengurangi kapasitas mesin (downsizing, mengecilkan kapasitas mesin, mempertahankan performa), tidak akan lagi bisa memenuhi regulasi emisi gas buang,” kata Alain Raposo, Kepala Pengembangan Sistem Penggerak Renault-Nissan Alliance. “(Pengembangan) downsizing telah mencapai batasnya.”
Langkah Kongkrit Pabrikan
General Motors, seperti dikutip Reuteurs, memang belum akan mengganti mesin diesel berkapasitas 1,2 liter yang ada di beberapa produknya di Eropa. Namun tahun 2019, mereka akan memiliki deretan mesin baru dengan kapasitas paling kecil sekitar 25-30 persen lebih besar dari yang ada sekarang.
Pabrikan VW juga melakukan hal yang sama. Mesin 1,4 liter dengan konfigurasi 3-silinder seperti yang ada di Polo akan diganti dengan kapasitas yang lebih besar. Kemungkinan 1,6 liter 4-silinder. Sementara Renault yang baru saja mengganti mesin 1,9 liter diesel dengan 1,6 liter, sepertinya akan kembali lagi menggunakan kapasitas yang pertama tadi.
Hal ini sebetulnya bisa saja diakali dengan meningkatkan teknologi filtrasi pada saluran gas buang. Namun ternyata tindakan itu akan mengakibatkan mesin menjadi lebih mahal untuk dibuat, daripada mengembangkan mesin yang lebih besar, dengan torsi maksimal yang bisa didapat pada putaran yang lebih rendah.
Kapasitas Mesin Bukan Segalanya
Nah, kembali ke soal Mercedes-Benz tadi, hal-hal seperti itulah yang membuat mereka enggan untk berpaling ke mesin dibawah 4-silinder. “Jelas bahwa mesin kecil tidak memiliki keuntungan,” tegas Thomas Weber, Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Mercedes-Benz. “Makanya kami tidak mau lompat ke 3-silinder.”
Senada dengan hal tersebut, Warih Andang Tjahjono, Vice President Director Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengatakan, "Kapasitas mesin bukan menjadi jaminan utama kendaraan akan mampu mengolah bahan bakar efisien. Yang penting justru tipe (jenis mesin) dan teknologi mesin, misalnya hybrid, fuel cell, dan lainnya."
Lantas bagaimana mesin-mesin yang sudah terlanjur dikembangkan dengan biaya yang tinggi? Jawabannya seperti yang dikatakan Pak Warih tadi: Pasangkan dengan teknologi hybrid.
Baca Juga: Mesin V10 semakin meredup
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice