Kisah Lahirnya Hypercar Koenigsegg, Terinspirasi dari Film Kartun
Banyak hal yang menjadi sumber inspirasi. Bisa orang, kejadian, atau bahkan apa saja yang dilihat yang dirasakan. Bagi Christian Erland Harald von Koenigsegg, inpirasi pertamanya adalah film kartun. Ketika menyebut nama lengkapnya mungkin tak banyak yang kenal. Tapi jika menyebut nama belakangnya saja, Koenigsegg, kami yakin sebagian besar akan tahu. Yap, inilah nama salah satu supercar atau high performance car ternama dunia.
Mimpi menciptakan mobil-mobil terkencang dan terhebat di dunia memang bukan milik semua orang. Lahir di Stockholm, Swedia, pada 2 Julia 1972 Christian dibesarkan keluarga pemikir dan pekerja keras. Sang ayah, Jesko von Koenugsegg adalah CEO dari JK Energiteknik sedangkan sang ibu, Brita Aasa, terkenal sebagai fashionista.
Pada 1977, ketika berumur 5 tahun, Koenigsegg menonton film kartun Norwegia yang berjudul Flåklypa Grand Prix (The Pinchcliffe Grand Prix). Film animasi itu, menceritakan kisah seseorang yang pekerjaan sehari-harinya memperbaiki sepeda. Tapi pada akhirnya, ia justru berhasil membuat mobil balap yang diberi nama Il Tempo Gigante. Kisah ini rupanya menggugah hati. Pada usia 6 tahun mengendarai gokart untuk pertama kalinya. "Itu adalah hari terbaik dalam hidup saya," kata Christian mengenang.
Ketertarikannya pada dunia otomotif berlanjut ke dunia sekolah. Ia menghabiskan SMA di Danderyd kemudian berlanjut ke Lundsberg sebelum mempelajari ekonomi di Scandinavian School of Brussels. Christian juga mulai menciptakan perangkat otomotif. Beberapa paten tertera nama dia seperti Triplex rear suspension, patented rocket catalyctic converter, patented direct drive transmission, dan masih banyak lagi.
Mimpinya mulai diwujudkan pada 1994 ketika ia meluncurkan "Koenigsegg Project" yang kemudian menjadi cikal bakal Koenigsegg Automotive AB, perusahannya saat ini. Ia bersama desainer David Crafoord menciptakan model konsep berdasarkan sketsa yang dibuat Christian. Kerja keras keduanya terbayar pada 1996, ketika memperkenalkan mobil purwarupa bernama CC Prototype. Cikal bakal dari deretan monster buas hasil karya Koenigsegg di tahun-tahun berikutnya ini, memakai mesin Audi V8 4,2 liter, bertenaga 350 hp.
Awalnya, Christian von Koenigsegg berencana meningkatkan kemampuan mesinnya menjadi 550 sampai 600 hp. Namun rencana ini ditolak Audi. Kerjasama keduanya bubar. Koenigsegg kemudian menggunakan mesin Subaru 1235 Flat-12 yang digunakan Motori Moderni untuk tim balap F1 Scuderia Coloni pada 1990. Lagi-lagi kerjasama keduanya putus setelah pemilik Motori Moderni meninggal dan perusahaan bangkrut.
Pusing dengan urusan mesin, Koenigsegg akhirnya membangun sendiri mesin. Ia menggunakan Ford Modular sebagai basis. Ia merancang sendiri mesin termasuk control system dan transmisi.
Baca juga: Mobil-Mobil Yang Terpaksa Disuntik Mati Pada 2021
Produk Pertama
Prototipe CC akhirnya siap. Hasil rancanganya bersama dengan David Crafoord ini, sudah cukup sukses untuk menakuti produsen mobil super lainnya yang sudah lebih lama hadir. Menggunakan bodi full carbon fibre, mereka hadir di Paris Motor Show 2000. Bertahun lamanya, Koenigsegg melakukan pengembangan terhadap mobil barunya.
Barulah pada 2002, Koenigsegg meluncurkan mobil road legal pertama mereka, yaitu Koenigsegg CC8S. Mesin 4,7 liter V8 yang bertenaga 655 hp dengan torsi puncak 750 Nm milik Koenigsegg CC8S dianugerahi oleh Guiness World Records sebagai The Most Powerful Engine in a Series Produced Car. Tak puas dengan penghargaan itu, dua tahun berselang, Koenigsegg menghadirkan mobil yang lebih beringas.
Koenigsegg CCR hadir memakai mesin Ford Modular V8 4,6 liter dengan twin supercharger yang telah ditingkatkan kemampuannya menjadi 817 hp dengan torsi puncak 920 Nm. Mobil ini mampu melesat dari posisi diam sampai 100 kpj dalam 3,2 detik. Saat peluncurannya, Koenigsegg mengklaim kecepatan mobil ini mencapai 395 kpj atau dengan kata lain CCR adalah mobil tercepat di dunia.
Koenigsegg CCR inilah yang mengantarkan seorang Christian von Koenigsegg menggapai mimpinya untuk menciptakan mobil tercepat di dunia. Pada 28 Februari 2005, Christian von Koenigsegg dan lima orang mekaniknya membawa satu unit CCR ke sirkuit Nardo Ring, di Italia.
Mobil yang dikemudikan Loris Bicocchi itu, berhasil mencatat kecepatan maksimum 387,86 kpj dan sukses memecahkan rekor dunia sebagai the fastest production car yang sebelumnya dipegang McLaren F1 lebih dari 8 tahun lamanya. Koenigsegg CCR adalah sebuah prasasti bersejarah seorang Christian von Koenigsegg tentang mimpi anak kecil yang menjadi nyata. Sayangnya, 2 bulan kemudian, rekor yang digenggam Koenigsegg CCR harus rela diserahkan kepada Bugatti Veyron yang sanggup menembus kecepatan maksimal 408,47 kpj.
Setelah itu, Koenigsegg tak berhenti melakukan inovasi dan menghadirkan mobil-mobil yang lebih buas lagi. Pada 2006, Koenigsegg memperkenalkan CCX, pengganti CCR yang sudah disesuaikan dengan regulasi keselamatan berkendara dan memiliki standar emisi gas buang yang lebih baik. Tak Cuma itu, atap CCX bisa dilepas dan disimpan ke dalam bagasinya.
Koenigsegg memperkenalkan mobil balap Koenigsegg CCGT pada 2007, yang disiapkan untuk mengikuti keategori GT1 Class pada balap ketahanan Le Mans 24-jam. Pada 2009 Koenigsegg, menciptakan inovasi dengan membalurkan lapisan cat khusus pada bodi carbon fibre CCXR sehingga terlihat butiran-butiran permata bercahaya di bawah sorotan matahari. CCXR yang hanya diciptakan sebanyak 2 unit saja di seluruh dunia ini bernema CCXR Trevita.
Baca juga: 10 Mobil Super Kencang dengan Interior yang Mengecewakan
Ambisi tinggi Christian von Koenigsegg terhadap performa tinggi, diterjemahkan lewat hadirnya Koenigsegg Agera di 2010 dan Agera R setahun berikutnya. Koenigsegg Agera S lahir di 2012 sebagai Koenigsegg pertama yang sanggup menembus 1.000 hp.
Belum puas, Koenigsegg meluncurkan Koenigsegg One:1 yang pada 2014, muncul sebagai production car pertama di dunia yang memiliki rasio tenaga bobot 1:1. Artinya, mobil yang berbobot 1.360 kg ini bertenaga 1.360 hp. Mobil inilah yang saat ini memegang rekor kecepatan 0-300 kpj dan berhenti dalam waktu 17,95 detik.
Tak berhenti sampai di situ, Koenigsegg memunculkan Koenigsegg Regera pada 2015 sebagai supercar hybrid pertama Koenigsegg. Mesin V8 twin-turbo milik Regera, dipasangkan dengan 3 unit motor listrik yang seluruhnya berhasil menghasilkan tenaga hingga 1.500 hp.
Berangkat dari mimpi seorang anak-anak yang terinspirasi dari film kartun, Christian von Koenigsegg berhasil mendirikan sebuah perusahaan otomotifnya sendiri dan membawanya sebagai salah satu produsen mobil tercepat di dunia.
Hypercar Lain Buatan Koenigsegg:
1. Koenigsegg Jesko
Satu lagi hypercar dari manufaktur Swedia, Koenigsegg Jesko. Meluncur di ajang Geneva Motor Show 2019, hypercar bermesin natural tanpa turbo itu, memakai nama Jesko von Koenigsegg, bapak dari penemu Koenigsegg, Christian von Koenigsegg.
Jantung mekanis bukan sepenuhnya baru. Melainkan hasil revisi dari mesin andalan V8 5,0 liter twin-turbo, yang menghasilkan daya 1.280 hp kala diisi bensin atau 1.600 hp ketika menenggak bahan bakar ethanol E85. Tenaga puncak itu tersedia pada 5.100 rpm. Torsinya juga dahsyat, 1.000 Nm pada rentang 2.700 - 6.170 rpm. Sedang batas merah di angka 8.500 rpm. Peningkatan pada mesin V8 itu termasuk crankshaft, revisi intake, dan ukuran turbo lebih besar.
Padanan mesin revisi, transmisi anyar dengan 9-speed yang disebut Light Speed Transmission. Girboks multi-kopling yang prinsip kerjanya mirip dengan kopling ganda. Hanya saja, kinerjanya tidak memerlukan pergerakan sekuensial antara gear. Seperti yang dijelaskan oleh pihak Koenigsegg, transmisi LST memungkinkan pengguna untuk memindah dari posisi gear 7 ke 4 dengan sangat cepat, tanpa menunggu sinkronisasi. Uniknya lagi, pengoperasian bisa dilakukan dari dua paddle shift. Yang utama, dengan tarikan pendek, seperti pada transmisi kopling ganda pada umumnya. Pengoperasian kedua, memungkinkan untuk langsung menempatkan posisi gear terbaik sesuai akselerasi pada saat itu.
Performa didukung lagi dengan sistem peredam Triplex di depan dan belakang, alih-alih cuma di belakang seperti pada Agera. Pengaturan aktif tersedia dan mempertahankan ketinggian posisi saat aerodinamika terjadi, tanpa mengorbankan daya cengkeram pada kecepatan rendah. Lebih meningkatkan pengendalian, model baru ini mendapat kemudi adaptif roda belakang. Sistem itu mempertimbangkan faktor seperti kecepatan pada roda, putaran kemudi, kecepatan mesin dan akeselerasi. Klaimnya, memberi kesenangan pada pengemudi terkait kontrol mobil.
Rangka bangun Jesko, sasis serat karbon yang didesain ulang khusus untuk meningkatkan ruang kaki, ruang kepala dan visibilitas pengemudi. Melihat estetika, Koenigsegg Jesko seperti versi lebih canggih dari Agera RS. Tentu dengan perhatian detail lebih untuk Jesko. Hasilnya, aerodinamika lebih baik dari Agera RS. Bodi Jesko menghasilkan downforce sampai 1.000 kg di kecepatan 275 km/jam. Angka itu 40 persen lebih tinggi dari yang dihasilkan pada Agera RS. Mengoprek lebih jauh sistem aerodinamika, ada sayap kecil aktif pada under body depan dan sayap besar di belakang yang otomatis menyesuaikan dengan kecepatan.
Saat dipaparkan, belum ada informasi soal harga dan ketersediaan maupun pengiriman untuk Jesko. Yang pasti, seperti lini Koenigsegg lain, Jesko bakal jadi mobil eksklusif yang tak banyak dimiliki orang. Apalagi, model baru ini memakai nama Jesko, pasti posisinya lebih spesial dari kebanyakan model Koenigsegg yang pernah diproduksi.
Baca juga: Daftar 10 Mobil dengan Mesin Kecil Tapi Memiliki Performa Ganas
2. Koenigsegg Gemera
Mesin tiga silinder serta dapat mengakomodasi empat penumpang, terdengar tidak umum buat produk Koenigsegg. Lebih cocok bila definisi ini ditujukan kepada sebuah hatchback perkotaan. Tapi inilah kenyataan spesifikasi Gemera, “Megacar” anyar mereka. Aneh. Kendati begitu, Gemera tetap merupakan binatang buas yang hanya diproduksi 300 unit.
Untuk kali pertama dalam sejarah Koenigsegg, unit tiga silinder menjadi senjata pemacu. Mereka menjuluki mesin ini dengan sebutan “Tiny Friendly Giant”. Berkapasitas 2.0-liter, twin turbo, tanpa noken as alias Freevalve - bukaan katup bekerja secara digital lewat tekanan aktuator. Jantung tiga ruang bakar ini sanggup menghasilkan tenaga sebesar 600 Hp. Fantastis! Torsi pun berlimpah sampai angka 600 Nm.
Belum selesai sampai disitu lantaran mesin bekerjasama dengan motor listrik. Terdapat tiga dinamo bekerja menambah kekuatan: satu di masing-masing roda belakang, satu lagi terhubung dengan crankshaft. Hasilnya lebih spektakuler. Torehan output sistem diklaim sebesar 1.700 Hp. Momen puntir dipastikan membuat geleng-geleng kepala, sampai 3.500 Nm. Tak aneh bila akselerasi ke 100 kpj hanya memakan tempo 1,9 detik. Ia juga dapat berlari kencang hingga 400 kpj.
Segala kecanggihan powertrain ini merupakan gambaran kemajuan teknologi. Bagaimana tidak, mesin tiga silinder tak ber-camshaft dapat mengekstrak tenaga sebesar itu. Belum lagi potensi dari motor listrik yang luar biasa buasnya. Dalam mode full elektris nan sunyi, Gemera sanggup berlari hingga kecepatan 300 kpj. Ia pun dapat menempuh jarak sejauh 50 km berkat baterai 800 V.
Guna menyeimbangkan kehebatan performa, sektor handling wajib jadi bahan pertimbangan. All Wheel Steering bantu meningkatkan manuver di kecepatan rendah maupun tinggi. Saat pelan, AWS mengurangi radius putar, namun di kala berlari kencang sistem membantu kelincahan dan stabilitas perpindahan arah. Di samping itu, All Wheel Drive dan All Wheel Torque Vectoring menyokong kenikmatan berkendara.
Atas kapabilitas ini, Gemera diklaim sebagai inisiator di segmen Megacars. Koenigsegg mengkategorikannya sebagai “Mega-GT”. Bukan “Super”, “Hyper”, apalagi “Sport”. Embel-embel GT berarti disokong kenikmatan rekreasi bersama – lebih dari dua orang – menempuh jarak jauh dengan balutan gaya dan kecepatan. Sebab kabin dapat ditumpangi empat orang dewasa tanpa ada yang harus memotong kakinya terlebih dahulu.
Dari luar, esensi GT terpancarkan, tak terlalu menohok sebagaimana Koenigsegg Agera. Cenderung mengarah ke lenggokan anggun dan cantik. Namun, guratan khas pabrikan asal Swedia ini tetap diadopsi seperti kanal udara ekstra besar di samping. Windshield bak pesawat tempur yang menyembunyikan pilar A. Begitu juga dengan pintu Automated Twister Synchrohelix Actuation Doors (KATSAD).
Kencang saja tidak cukup bila tak mampu menjamin keselamatan penumpang. Rangka monokok berbahan serat karbon dirancang sangat kuat untuk meredam hantaman. Airbag disediakan sebanyak enam titik di dalam kabin. Agar menjaga mobil tidak terlalu liar, perangkat seperti ABS, Stability Control, dan Traction Control siap menjaga powertrain penuh amarah itu. (Rzk/Raju)
Baca juga: Perjalanan Porsche Boxster, Semula Hanya Jadi Show Car
Jual mobil anda dengan harga terbaik
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice