Test Drive All New Honda CR-V RS e:HEV: Superioritas Tertinggi CR-V
Performa kencang, konsumsi bahan bakar irit dan rasa berkendara solid
Honda melakukan gebrakan besar di segmen SUV. Generasi terbaru CR-V sekarang disematkan teknologi hibrida. Jelas sebuah amunisi yang bakal mematikan bagi lawan-lawannya. Karena mampu memenuhi ekspektasi dari sisi performa yang berpadu apik dengan konsumsi bahan bakar. Kami pun diajak PT Honda Prospect Motor (HPM) menjajalnya di Pulau Dewata selama dua hari.
Awal berjumpa, kami langsung disuguhkan teknologi anyar Honda Connect. Semacam fitur konektivitas yang menghubungkan pengguna dengan mobil melalui aplikasi di smartphone. Ada sejumlah fungsi yang bakal sangat membantu pemilik CR-V. Misalnya fungsi Find My Car berbentuk peta. Bisa terlihat mobil berada 2 km dari posisi kami dengan tracker cukup presisi bahkan terhubung dengan aplikasi Google Maps sehingga memudahkan untuk mencari rute.
Belum sampai ke mobil, kami bisa menyalakan mesin dan menyetel tingkat AC secara remote. Fungsi ini kami rasakan sangat membantu di tengah cuaca terik Balik. Konektivitas yang terbilang cepat juga membuat lebih nyaman.
Ketika bertemu dengan mobil, kami bergegas memasuki kabin. Joknya tidak panas membakar bokong dan paha karena sudah dingin. Mencari posisi berkendara tepat juga lebih mudah karena adanya pengaturan jok elektrik ke enam arah. Terdapat memory seat pula dengan dua slot penyimpanan. Fitur kecil tapi rasanya premium. Sayang penyetelan kemudi secara tilt dan telescopic masih manual. Padahal bila dibuat elektronik bisa meningkatkan nilai kemewahan dan kepraktisan. Tapi kelengkapan pengaturan kursi dan setir sudah sangat memenuhi kebutuhan esensial. CR-V bisa mengakomodasi pengemudi dengan berbagai postur tubuh agar duduk nyaman.
Tujuan pertama, Tlaga Singha Gianyar. Bergerak dari daerah Nusa Dua di selatan Bali, kami menempuh beragam jalur termasuk tol dengan jarak sekitar 30 km. HPM menantang kami untuk mendapatkan efisiensi terbaik. Memang ini bakal mengorbankan kesenangan berkendara karena jantung pacu CR-V RS e:HEV terbilang mumpuni. Berdasarkan data angka tercipta dari perpaduan enjin konvensional dan motor listrik mencapai 207 PS. Sementara torsinya sebesar 335 Nm yang berasal dari motor listrik. Dinamo itu sendiri menciptakan tenaga tertinggi 184 PS, sedangkan mesin peminum bensin berkubikasi 2,0 liter dengan konfigurasi 4 silinder i-VTEC menyemburkan 147 PS dan 181 Nm.
Karena dikasih tantangan, kami harus menahan diri untuk tidak menekan pedal akselerasi dalam-dalam. Namun, apa daya kami dihadapkan jalur tol Bali yang begitu lancar. Ini kesempatan untuk merasakan kemampuan sepenuhnya. Namun, sebelumnya kami mengubah posisi mode berkendara atau drive mode menjadi Sport. Ya, CR-V RS e:HEV memiliki drive mode untuk menentukan kinerja mesin sesuai kebutuhan. Ada tiga, yaitu ECON, Normal dan Sport. Tanpa ragu kami pilih Sport. Motor listrik dan enjin bensin bekerja sama dengan respon lebih cepat dan tanpa ditahan oleh pengaturan komputer untuk mengejar efisiensi. Langsung kaki menginjak pedal gas dalam-dalam, seketika ledakan tenaga terasa yang menjambak kepala ke sandaran.
Pergerakan pun sangat mulus, wajar karena ia pakai transmisi eCVT. Sebenarnya ia sejenis continuously variable transmission yang halus tanpa jeda perpindahan gigi. Tapi ini dirancang khusus kebutuhan mobil elektrifikasi dengan konstruksi berbeda. Hasilnya energi dorong mengalir cepat dan meningkat lancar.
Menariknya, suara mesin galak tapi merdu di telinga terdengar di dalam kabin. Ini berkat peran Active Sound Mode yang mengamplifikasi suara jantung mekanis. Lebih menggelitik lagi, memberikan efek perpindahan gigi yang rapat dan cepat layaknya mobil sport. Walau artificial sound, tapi setidaknya memberikan sensasi. Toh, respons dan laju yang diberikan sesuai ekspektasi.
Pengendalian dalam kecepatan tinggi terasa solid. Kemudi stabil dengan respons pergerakan roda presisi. Tak perlu banyak koreksi setir padahal kecepatan masih cukup tinggi. Honda sendiri melakukan peningkatan steering dengan komponen baru yang rendah friksi. Selain itu, rangka diperkuat sehingga menjadi lebih rigid sehingga mempengaruhi kestabilan. Ditambah setelan suspensi yang memang terasa lebih keras, tapi sangat cocok untuk dibawa bermanuver di kecepatan tinggi. Namun, saat kecepatan normal atau bahkan lambat tetap nyaman, bahkan terkesan punya rasa peredaman premium. Kemudian sistem pengereman terasa padat dan tanggap. Hal yang harusnya memang disuguhkan mobil Rp800 jutaan.
Usai keluar jalan tol, langsung disambut kepadatan lalu lintas moderat. Mode berkendara kami pindah ke ECON. Terjadi perubahan kinerja signifikan, akselerasi terasa ditahan agar tak berada di putaran mesin tinggi. Sistem fokus kepada penggunaan motor listrik. Di saat baterai lithium-ion sudah habis, mesin langsung menyala men-charger sekaligus membantu putaran roda. Ketika dirasa cukup ia langsung memutus sokongan. Setelan lainnya adalah transmisi di posisi B. Ya, biasanya indikator di bawah D diisi oleh S atau L. Namun, B berfungsi sebagai sistem otomatis yang fokus kepada penghematan. Karena secara otomatis regenerative brake (RB) menyala dan disetel penuh.
RB sendiri punya tujuan mengonversi energi kinetik dari pengereman menjadi listrik yang disimpan di baterai. Ia dapat disetel dalam 4 level melalui paddle shifter. Bukan menjadi pemindah gigi, tuas di belakang kemudi berfungsi menyetel RB sesuai kebutuhan pengemudi dan disebut paddle decelerator. Sebelah kanan untuk mengurangi kekuatan, sebelah kiri untuk menambah. Semakin tinggi maka hambatan yang dirasakan saat melepas pedal gas semakin besar. Ini layaknya mengubah pedal akselerasi menjadi teknologi one pedal. Tentu saja diperlukan kebiasaan untuk mengoperasikannya dengan mulus. Sebab semakin tinggi hambatan, mobil seperti direm cukup dalam membuat seluruh penumpang terdorong ke depan. Sebagai catatan, bila menggunakan transmisi di posisi D juga bisa memakai fitur RB. Tapi ia secara otomatis tidak aktif setelah beberapa saat karena tuas di transmisi D bertujuan mengejar kenyamanan standar.
Tibalah waktu menjajal ke tujuan kedua sekaligus menjadi yang terakhir dalam koridor pengujian efisiensi. Lantaran sudah sore kami pun disambut jalanan padat, bahkan tak jarang harus stop&go. Di sini terjadi kondisi menarik, karena saat catu daya penuh maka motor listrik saja yang bergerak. Karena tak butuh energi banyak untuk bergerak di tengah kemacetan, baterai pun jadi lebih lama habis. Lepas dari kemacetan kami pun bereksperimen bermain dengan paddle decelerator. Menurut Honda pengaplikasian fitur tersebut dengan cermat dapat membantu memaksimalkan efisiensi bahan bakar.
Kami sampai di destinasi kedua. Efisiensi diukur dan mendapat rata-rata konsumsi 20,1 km/liter dengan total perjalanan sekitar 60 km. Sebagai informasi, HPM nyatanya melakukan pengujian internal dengan destinasi yang sama. Mereka berhasil meraih 25,6 km/liter. Walau terpaut cukup jauh, tapi tetap luar biasa untuk mobil berbadan bongsor. Perpaduan sistem komputer pintar, gaya berkendara santai dan keberadaan fungsi regenerative braking.
Memasuki hari kedua pengujian di Bali, kami pun kembali diberikan kebebasan mencari jalur sendiri untuk menuju destinasi telah ditentukan. Kali ini kami mencoba gaya berkendara pada umumnya sambil mengeksplorasi fitur kemudahan dan keselamatan pengguna sensor dan radar, yakni Honda Sensing.
Tujuan kami adalah Batur dengan jarak sekitar 80 km dari posisi start di Nusa Dua. Sebelum memulai perjalanan, kami menghubungkan smartphone dengan head unit. Karena kami pengguna sistem operasi Android maka koneksi disokong Android Auto menggunakan bluetooth. Aplikasi smartphone pun diproyeksikan, khususnya Google Maps dengan antar muka mudah digunakan dan jelas. Aplikasi musik seperti Youtube Music atau Spotify pun bekerja dengan sangat baik dan punya respon cepat.
Kali ini kami tetep menerapkan mode berkendara ECON, bukan berniat mengejar efisiensi terbaik. Namun, melihat kondisi jalan kami merasa tidak perlu mengeluarkan seluruh tenaga CR-V RS e:HEV sepenuhnya. Toh respon akselerasi drive mode ini sudah cukup di tengah kepadatan lalu lintas. Di sini kami pun secara otomatis merasakan fitur keselamatan canggih Honda Sensing yang menggunakan sensor dan radar.
Saat di tol menjadi momen tepat pengguna Adaptive Cruise Control. Cara pengaplikasiannya terbilang mudah melalui tombol di kemudi. Kami juga bisa menyetel jarak dengan kendaraan di depan. Jadi ketika sensor mendapat mobil sudah masuk ketentuan jarak, secara otomatis laju dikurangi. Berkat sifat adaptif, kami jadi tak perlu banyak bekerja. Cukup memantau dan berjaga-jaga dengan tangan tetap di kemudi.
Keluar tol kami masih mencoba fitur tersebut. Keberanian mempercayakan pada sistem komputer didasari adanya fungsi Low Speed Follow. Mobil dapat bergerak secara otomatis di kecepatan rendah. Memang tidak ideal sebenarnya menggunakan perangkat di jalan raya dengan banyaknya sepeda motor. Soalnya, mobil seringkali mengerem cukup keras guna menghindari sepeda motor yang tiba-tiba memotong jalur kami. Sensor cukup sensitive mendeteksinya, lantaran ada setelan jarak di depan kendaraan maka sistem langsung bergerak cepat. Demi kenyamanan, kami pun melepaskan fitur Adaptive Cruise Control alias berkendara secara manual.
Tubuhnya yang cukup besar nyatanya tak sulit untuk dikendalikan. Visibilitas CR-V luas dan tak banyak titik buta. Desain dasbor yang tak banyak pernak-pernik dan gambot memudahkan untuk memantau kondisi di depan. Apalagi jok dapat diatur dengan mudah karena bersifat elektronik. Walau memang penyetelan kemudi masih pakai model konvensional alias tanpa motor listrik. Tapi setidaknya ia mendukung berbagai postur tubuh pengemudi.
Pemantauan informasi kecepatan dan rute dapat dilakukan melalui head-up display. Pada dasarnya ia merupakan proyeksi dari panel LED di dasbor ke jendela. Tampilannya juga bisa diseting dalam berbagai pilihan. Ini tentunya membantu pengemudi untuk tetap fokus memantau jalan, ketimbang harus mengalihkan pandangan ke arah panel instrumen digital atau head unit. Walau memang kedua perangkat tersebut turut memperlihatkan informasi rute maupun kendaraan.
Jalan sepanjang 30 km yang kami lewati memiliki dua jalur. Di sini kami mencoba fungsi Lane Keeping Assist System (LKAS) dan Road Departure Mitigation System yang menjaga mobil tetap di jalurnya. Fitur membaca keberadaan marka jalan dan nyatanya cukup presisi. Ketika mobil bergerak keluar jalur, sistem secara otomatis langsung mengintervensi kemudi untuk mengoreksi.
Lepas jalan perkotaan, kami dihadapkan jalan sempit dan menanjak. Tak jarang kami harus berhenti lantaran ada kendaraan berat. Bagi pengemudi pemula, fitur Hill Start Assist tentunya bakal sangat membantu. Pasalnya diberikan waktu cukup lama untuk memindahkan kaki dari pedal rem ke akselerasi. Lagi pula terdapat fitur Auto Hold yang bisa diaktifkan. Di mana tiap kali mobil direm penuh sampai mobil berhenti, fitur akan tetap menahan penghela laju sampai pengemudi menginjak pedal gas lagi.
Sering kali harus menyalip kendaraan di depan. Penggunaan mode berkendara ECON tetap mumpuni untuk mengeksekusi aksi overtaking. Walau memang sistem membutuhkan waktu untuk menyetel output mesin ke roda. Kami pun mencoba mode Normal yang sedikit melepas putaran mesin menjadi lebih tinggi. Respon terasa signifikan, kami pun lebih mudah menyalip. Pergerakan di jalan menanjak pun terasa lebih ringan, tepatnya pedal akselerasi seperti tidak tertahan.
Tatanan rangka baru, suspensi dan kemudi sangat membantu kepercayaan diri untuk melaju cepat di jalanan berkelok. Di model Sport tak perlu banyak usaha untuk melesat kencang. Roda seperti menempel tiap kali putaran setir cukup dalam. Arah pun terasa presisi tanpa banyak koreksi kemudi. Di kondisi ini efisiensi konsumsi bahan bakar menyentuh 14 km/liter. Nilai wajar yang sudah kami duga. Walau begitu, angka tersaji tetap memukau padahal gaya berkendara terbilang tak stabil dan fluktuatif. Secara keseluruhan perjalanan menanjak bukan menjadi masalah bagi CR-V RS e:HEV. Ketika motor listrik mengambil alih sepenuhnya, performa disuguhkan juga tetap mumpuni.
Sampai di Batur, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Seminyak dengan jarak serupa. Kali ini jalan menurun menyambut. CR-V teranyar kini dilengkapi fitur Hill Descent Control yang membantu mengamankan kendaraan ketika bergerak turun terutama di medan curam. Ini kami rasakan saat kondisi lalu lintas padat. Secara otomatis rem bekerja bertahap sambil tetap membiarkan mobil bergerak. Fitur sederhana, tapi setidaknya sangat membantu dalam memberikan ketenangan berkendara.
Fitur lain yang kami rasakan dalam kelompok Honda Sensing adalah Collision Mitigation Braking System. Ia cukup menarik karena fungsinya mengaplikasikan rem saat terdeteksi mobil berpotensi menabrak. Kejadian unit kami alami saat melewati jalan kecil di sekitar ladang padi. Terdapat truk terparkir yang membuat kami harus menyalipnya secara perlahan. Namun, tiba-tiba sistem penghela laju secara otomatis aktif dan bertindak cukup agresif. Ternyata sensor di depan mobil menilai jarak mobil dengan objek terlalu dekat. Ini membuat kami agak kaget, apalagi di belakang terdapat kendaraan mengantri dan sudah tak sabar untuk bergerak. Bisa dikatakan sensor terpasang cukup sensitif membaca. Satu sisi ini sangatlah baik, tapi di lain sisi juga merepotkan ketika jalurnya terlalu padat.
Destinasi kami terbilang masih jauh karena kepadatan lalu lintas. Kami pun memutuskan untuk berpindah duduk di baris kedua setelah seharian mengemudi. Ruangnya memanjakan kami dengan ruang kaki dan kepala yang lega. Apalagi sandaran bisa direbahkan dengan sudut lebar ditambah adanya armrest yang juga menampung gelas karena adanya cupholder. Konfigurasi ini dapat diterapkan karena tak ada jok pada baris ketiga. Ya, CR-V RS e:HEV merupakan SUV berkapasitas 5 penumpang. Menurut Honda, mereka sengaja meyetelnya dengan tatanan itu karena ingin memberikan pengalaman berkendara lebih sporty. Selain itu, ruang bagasi jadi lebih luas untuk menampung banyak barang bawaan. Area lantainya pun dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan baterai. Wajar bila tak dipasangkan tempat duduk, selain jadi kurang nyaman ini akan mempengaruhi pengendalian karena bobotnya.
Tiba di lokasi akhir kami mencatat efisiensi konsumsi bahan bakar 16 km/liter. Masih termasuk irit melihat banyaknya jalan menurun dan kondisi macet. Motor listrik lebih banyak bekerja karena baterai selalu penuh. Harus diakui pengalaman berkendara CR-V RS e:HEV luar biasa. Setimpal antara kemampuan, fitur tertanam dan harga yang dibayarkan. Bahkan tetap memiliki value for money sangat baik. (HFD/ODI)
Baca Juga: First Drive All New Honda Civic Type R: Sanggup Memberikan Kesenangan Level Maksimal
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Honda CR-V
Model Mobil Honda
Promo Honda CR-V, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Honda CR-V Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Tenaga
187
|
187
|
165
|
165
|
134
|
Torsi
240 Nm
|
252 Nm
|
240 Nm
|
240 Nm
|
324 Nm
|
Automatic Climate Control
Dual Zone
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Single Zone
|
Ventilasi AC Belakang
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Engine Start Stop Button
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
-
|
Anti Lock Braking System
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
EBD (Electronic Brake Distribution)
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Airbag Penumpang Depan
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Lingkar kemudi Dengan Tombol Multi Fungsi
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Sensor Parkir
-
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
|
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Honda CR-V dari Carvaganza
Artikel Mobil Honda CR-V dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature