Road Test Mercedes-Benz GLB 200 Progressive Line: Komposisi Unik Tanpa Rivalitas
Mercedes-Benz GLB 200 memang bukan terbilang model baru untuk pasar Indonesia. Tetapi ia mewakili SUV 7-seater dari segmen premium dalam Lebaran Drive 2023 bersama OTO Media Group. Kebetulan pada kesempatan ini, kami tidak membawanya untuk mudik ke kampung halaman. Karena saya sendiri memang selalu berlebaran di Ibukota, yang kebetulan sepi di masa libur. Padahal penasaran juga merasakan SUV ini untuk menempuh perjalanan jauh.
Sedikit intermezzo. GLB adalah model SUV 7-seater yang dikembangkan pakai platform yang awalnya melahirkan Mercedes-Benz A-Class, CLA, dan GLA. Salah satu model dari lini NGCC (New Generation Compact Car) dari mereka ini menawarkan kapasitas penumpang yang lebih banyak dalam dimensi yang ringkas. Hanya satu varian, yaitu GLB 200 Progressive Line, yang ditawarkan untuk pasar Tanah Air.
Desain eksterior GLB cenderung beda dibanding model SUV Mercedes umumnya. Perangainya boxy, siluet atap panjang, tidak seperti GLA, GLC dan GLE. Sepintas proporsi siluet dan desain lampunya membuat GLB seperti GLS versi kecil. Velg 18 inci yang dipakainya menarik, dengan visual two-tone yang membuat palangnya seakan ramping sporty, padahal sebenarnya lebar cenderung menutup seperti aerospoke.
Saya langsung teringat dengan A-Class begitu masuk ke kabinnya, khususnya di kokpit. Tatanan desain dashboard sangat khas, khususnya kombinasi trim piano black dan ventilasi AC berbentuk turbin. Bedanya, dashboard bagian penumpang diberi aksen panel seperti pegangan, ala milik Gelandewagen. Dimensi kompaknya sangat terasa saat duduk di jok berlapis kulit Artico hitamnya, terutama karena jarak kaki ke konsol tengah yang dekat.
Impresi berkendara GLB 200 bermesin 1.300 cc terasa linear dan bersahabat untuk menjadi pengarung jalan perkotaan. Walaupun dibekali turbocharger, respons awalnya terbilang halus, dan sedikit berjeda. Karena mesin bensin ini menyalurkan tenaga 163 hp dan torsi 250 Nm melalui transmisi otomatis dual-clutch 7-speed. Untuk yang belum familiar dengan tipe gearbox ini memang perlu membiasakan diri.
Tidak sulit untuk mendapatkan puncak performa mesin GLB. Di putaran tengah, torsi mesin terasa sangat padat tersalurkan. Ini bahkan didapatkan tanpa mengganti driving mode dari Comfort. Ada empat mode tersedia selain Comfort, yaitu Eco, Sport, dan Individual. Tapi menurut saya GLB sudah sangat cukup dikendarai di mode Comfort.
Visibilitas dari kursi kemudi tidak ada keluhan. Ke arah depan luas, disertai posisi kap mesin tegak tinggi yang memudahkan perkiraan jaga jarak. Begitu pun ke samping dan belakang. Paling hanya soal kaca film yang gelap ketika malam, yang agak mengganggu pandangan ke spion luar saat akan parkir. Ambient light jika pakai warna mencolok dan kecerahan tinggi juga akan memantul di kaca bagian pilar A.
Harus diacungi jempol kekedapan kabinnya. Walau terbilang model entry level, tapi kabin GLB punya level kesenyapan sebanding dengan C-Class. Saat bermanuver sambil menikmati kemudinya yang progresif dan ringan jadi nyaman. Sejumlah tombol untuk mengakses infotainment, cruise control dan speed limiter mudah dijangkau. Mungkin untuk memakai trackpad-nya saja yang perlu dibiasakan, yang bisa mengakses sistem infotainment MBUX dan meter cluster.
Tapi sayangnya, harus diakui kalau redaman suspensinya terbilang keras dan kaku. Ini lebih terasa khususnya saat melaju di kecepatan rendah, ketika menjelajah jalanan dalam kota. Bahkan saat melindas pita kejut saja body mobil sangat terasa berguncang. Saya sebagai pengemudi mungkin bisa memprediksiniya begitu lewati jalan bergemlombang, namun efeknya lebih terasa untuk penumpang. Suspensi akan lebih nyaman ketika GLB diajak melaju agak kencang di jalan tol, juga saat bermanuver lewati tikungan panjang. Efek dari suspensi yang terasa keras bisa membuat body roll lebih teredam.
Untuk urusan ADAS (Active Driving Assistance System), Mercedes-Benz memang tidak melimpahkan fitur ini di GLB. Karena hanya ada Active Parking Assist, Active Brake Assist, dan Blind Spot Assist disediakan. Tapi justru saya apresiasi ini, karena setidaknya selama liburan dan menyetir santai, saya tidak harus sering-sering mendengar suara peringatan dan intervensi fitur berkendara otonom seperti banyak mobil baru saat ini. Peringatan hanya muncul di spion ketika ada kendaraan lain di area blind spot, dan sensor parkir.
Active Parking Assist semakin terasa kehadirannya pada masa liburan. Karena ketika berkunjung ke pusat keramaian seperti mal, seringkali area parkir ramai dan penuh. Dan ketika cukup dilelahkan berkeliling mencari tempat parkir kosong, fitur ini menjadi solusi. Diaktifkan bersama Parktronic, sistem akan membaca tempat parkir kosong. Ketika ketemu dan dikonfirmasi oleh pengemudi, GLB akan melakukan parkir otomatis, baik paralel maupun seri. Fungsi kemudi dan pedal gas dan rem diambil alih oleh sistem.
Bicara soal sistem infotainment yang dikemas sebagai MBUX (Mercedes-Benz User Experience), sebenarnya sudah cukup akomodatif untuk kebutuhan berkendara. Tapi lebih fleksibel dengan mendukung koneksi Apple CarPlay dan Android Auto. Khususnya dalam mengakses Google Maps, Waze, serta Spotify. Gimik Linguatronic sebagai fitur voice command juga cukup membuat aksesnya praktis, seperti untuk pengaturan AC, audio, bahkan mengganti warna ambient light tanpa lepas tangan dari setir.
Penumpang bisa menikmati kenyamanan premium selama perjalanan. Khususnya untuk di kursi baris kedua, jika tidak ada penumpang di baris ketiga, posisinya bisa dimundurkan untuk dapat legroom lebih lega. Sangat lega bahkan. Kursi baris ketiga juga terbilang layak untuk penumpang dewasa duduk. Dengan kompromi posisi duduk penumpang baris kedua dimajukan.
Mercedes-Benz GLB 200 dilabeli harga Rp1,02 miliar off the road. Komposisinya menarik. Ia cukup sebagai SUV premium yang praktis dan berfitur canggih. Tidak berlebihan namun tidak kurang juga. Keluhan saya lebih kepada suspensinya yang terbilang keras seperti dijelaskan di atas.
Bisa dibilang GLB membuka kelas baru di pasar premium. Karena nyaris tidak ada kompetitor langsung baginya di segmen premium. Jika untuk sesama pabrikan Jerman, hanya Volkswagen Tiguan Allspace yang menandinginya sebagai SUV 7-seater. BMW X7 terlampau tinggi kelasnya untuk bersaing dengan GLB. (WHY/ODI)
Baca Juga: Comparison Test Mercedes-Benz C180 vs Mercedes-Benz A200 Sedan
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Mercedes Benz GLB-Class
Model Mobil Mercedes Benz
Promo Mercedes Benz GLB-Class, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Terbaru
- Populer
Video Mobil Mercedes Benz GLB-Class Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Mesin
1332
|
2488
|
1984
|
1499
|
2199
|
Tenaga
163
|
228
|
245
|
136
|
197
|
Tempat Duduk
7
|
7
|
5
|
5
|
7
|
Jenis Transmisi
Otomatis
|
Otomatis
|
Otomatis
|
Otomatis
|
Otomatis
|
Kapasitas Baterai
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Mercedes Benz GLB-Class dari Carvaganza
Artikel Mobil Mercedes Benz GLB-Class dari Zigwheels
- Motovaganza