Mobil-mobil yang Kami Uji Sepanjang April 2021
- BMW 520i M Sport
- Apa Keistimewaannya?
- Update Visual dan Teknologi
- Penyesuaian Kabin Membuatnya Terlihat Semakin Berkelas
- Secuil Sensasi Berkendara
- Hyundai Santa Fe 2021
- MG ZS EV
- Jadi EV Tak Perlu Intimidatif, Wujudnya Mirip Model Konvensional
- Ialah Puncak Kemewahan ZS
- Terasa Menyenangkan namun Agak Asing Bagi Tubuh
- Berani Bayar Berapa untuk Crossover Listrik MG ini?
- Honda CR-V 2021
- CMBS
- RDM dan LKAS
- ACC with LSF
- Kesimpulan
Hadirnya perhelatan Indonesia International Motorcycle Show (IIMS) Hybrid 2021 cukup menyegarkan jiwa kami sebagai penguji kendaraan. Sudah lama rasanya tidak bertemu dengan aneka mobil baru dalam satu wahana yang membebaskan kami mempelajari keunggulan dan kelemahan produk-produk baru ini. IIMS Hybrid mengobati semua itu, dan ini adalah rangkuman mobil-mobil yang kami uji sepanjang April 2021, kebanyakkan, berasal dari palagan tersebut.
BMW 520i M Sport
Model Life Cycle Impulse (LCI) alias facelift dari BMW 5 Series kini telah resmi hadir di Tanah Air. Mejeng dalam dua varian yakni 520i M Sport dan 530i Opulence. Anda masih dengan mudah mengidentifikasi model ini sebagai generasi ketujuh 5er (G30). Hanya saja diramaikan oleh revisi desain dan penyempurnaan teknologi.
Sangat gampang membedakan antara kedua varian Sang “Business Athlete” ini. Versi 520i mengusung paket M Sport sehingga tampilannya terlihat lebih sporty. Sedangkan opsi bertenaga 530i hadir dengan gaya elegan. Saya pun berkesempatan sedikit menjajal format 520i M Sport. Terlaksana pada gelaran BMW Test Day, tepatnya di sirkuit drift J99XAR area Karawaci, Tangerang (10/4) kemarin.
Apa Keistimewaannya?
Boleh dibilang 5 Series sendiri adalah perwujudan sedan seutuhnya dari sudut pandang dimensi. Ukurannya selalu pas untuk menyuarakan kesan mewah – tidak lebih, tidak kurang. Mengambil balans antara 3er yang penuh hasrat muda nan gesit dan eksklusivitas kolot sebuah 7er. Ibarat dalam siklus hidup yang sudah selesai menemukan jati diri. Tinggal berkomitmen dan membangun warisan namun jiwa muda tetap dimilikinya. Well, pandangan seperti ini mungkin berlaku pula untuk rival sekelas seperti Mercedes-Benz E-Class.
Hal tadi bisa diambil sebagai gambaran dimensi dan sedikit image sebuah 5er. Pada intinya ia bertubuh besar tapi tidak se-gigantis 7er – tentu dalam perbandingan ukuran sedan masa kini yang notabene terlihat sangat montok untuk standar 20-30 tahun lalu. Lantas soal image, sepertinya BMW Indonesia pun seolah menempatkan posisi 5er sebagai satu titik hidup yang sedang berkomitmen dan mulai menyiapkan legacy.
Dalam video peluncuran dapat terbaca. Membawa nama-nama eksekutif di perusahaan besar atau tokoh terpandang. Para pemimpin dalam cakupan yang tergolong besar. Berada di puncak-puncak kecil dengan peluang untuk kemudian menjamah puncak tertinggi dunia (ini ranahnya 7er kalau boleh diibaratkan). Menjadi gambaran taraf kesuksesan 5 Series meski tidak menutup kemungkinan salah satu dari mereka menunggangi sebuah flagship luxury saloon di bangku belakang.
Itu merupakan gambaran 5er secara umum. Kemudian dalam pembagian trim terdapat dua strata ‘pencapaian’ lagi. Sebuah penegasan, terutama setelah memasuki fase LCI. Condong berjiwa muda atau sudah semakin berkuasa (powerful) dan membutuhkan kenyamanan berikut image kalem. Pasalnya, sang entry level 520i kini hadir dalam paket trim M Sport nan dinamis. Sementara itu, opsi lebih bertenaga 530i dibuat elegan dengan model Opulence.
Untuk diketahui, semua berstatus CKD. Juga untuk kali pertama model 5er CKD hadir dalam format M Sport – sebelumnya trim sporty tersebut didatangkan utuh dan eksklusif menjabat di 530i. Jadi pertanyaan, mengapa bukan opsi bertenaga yang didagangkan dalam paket agresif? Tentu ada pengaruh dari keinginan pasar. Seperti dijelaskan Vice President Sales and Network Development BMW Indonesia, Bayu Riyanto.
“Jadi ketika kita kami dan kumpulkan data yang ada, kami melihat bahwa customer di segmen market 520 itu mereka menginginkan yang lebih sporty dan lebih ke arah tampilan. Lalu yang 530 segmennya memang dia lebih kepengen agak luxury dan lebih ke arah pemakai yang duduk di belakang lalu mereka menikmati kendaraan,” jelasnya saat konferensi pers peluncuran new 5 Series (9/4).
Baca juga: BMW 5-Series LCI Mengaspal dengan Penyempurnaan Teknologi, Harga Mulai Rp 1,1 M
Update Visual dan Teknologi
Oke, 520i M Sport jelas tampil menawan lewat lenggok tubuh agresif. Ada ekspresi riang dan dinamis dalam tubuh berukuran besar. Seakan menunjukkan kalau jadi eksekutif di masa sekarang tak melulu harus tampil serius dan kaku.
Contoh saja pada permainan bumper depan. Airdam apron tengah ditemani ornamen honeycomb samping bak intake besar. Juga di belakang, knalpot trapezoidal tinggal di dalam ruang elemen diffuser nan gahar kepunyaan M Sport Package. Belum lagi pemakaian sepatu alloy ringan 19 inci bergaya Y Spoke Bicolour, sukses menyelaraskan gaya atasan. Lebih besar dan lebih modis ketimbang model sebelumnya.
Tentu keseruan LCI kali ini tidak terbatas pada pemberian pakaian baru bagi sang varian entry level. Terdapat revisi desain secara umum. Sorotan utama adalah penyegaran identitas tradisional. Contoh pada quad headlamp di depan, empat sumber pencahayaan kini ditegaskan oleh strip visual huruf L. Juga visual lampu anyar dapat ditemukan di bokongnya.
Urusan konten teknologi tak ketinggalan ditingkatkan. Melengkapi kemampuan Adaptive LED Headlight dan BMW Selective Beam, kini ia sudah mengadopsi BMW Laserlight sebagai standar. Sinaran laser dapat memberikan pencahayaan high beam sampai sejauh 530 meter tanpa menyilaukan pengemudi pada arah berlawanan.
Jangan khawatir soal fitur bawaan lainnya, tetap mewah dan canggih. Sebut saja akses pintar tanpa perlu berinteraksi dengan panel fisik. Comfort Access System sudah termasuk pengoperasian kunci otomatis dengan sensor jarak. Berikut pula untuk bagasi, tinggal ayunkan kaki. Urusan gengsi lanjut dipancarkan oleh sunroof.
Penyesuaian Kabin Membuatnya Terlihat Semakin Berkelas
Pertama masuk kabin langsung terasa ruang kokpit padat namun lapang. Ya, inilah 5 Series, jelas bukan sebuah sedan kompak. Lebar, pandangan ke luar agak terasa intimidatif meski tidak parah. Tinggal atur bangku elektris sedemikian rupa demi mendapatkan visibilitas terbaik.
Akan terasa familiar kalau pernah singgah atau setidaknya melirik kabin 5 Series pre-facelift. Tanpa ubahan besar, dari komposisi bentuk dan tata letak komponen mirip. Dua layar besar berukuran mendominasi dasbor. Di sini letak penyempurnaannya, masing-masing mengusung monitor 12,3 inci sebagai sistem infotainment dan panel instrumen. Yep, kini instrumentasi ditampilkan layar lebih besar untuk sebuah entry level.
Ubahan tidak berhenti sampai di situ. Setidaknya 520i kini terasa semakin mewah sekaligus sporty berkat tema interior anyar. Bangku elektris standar diganti ke model Sport Seat yang lebih optimal menahan posisi punggung. Terdapat pengaturan ekstra pula untuk penyangga paha. Selain itu, ornamen pemanis di dasbor beralih ke Aluminium Rhombicle Smoke Grey dan lis Pearl Chrome. Tak ketinggalan permainan kontrol perak Galvanic Embellisher serta M Leather Steering Wheel.
Fitur ekstra dan tema interior ini tentu menambah nilai premium dari model entry level. Belum lagi pola bangku tidak dibiarkan polosan lewat patron ketupat di atas material kulit berpori. Perbekalan bawaan jelas tidak ketinggalan. Misal kemampuan pengoperasian infotainment Gesture Control, fungsi integrasi gawai, AC otomatis 2 Zona dengan blower ekstra di belakang, sampai ke wireless charging.
Lebih lanjut lagi fungsi sekelas Adaptive Suspension hadir di 520i. Di samping itu, bantuan berkendara seperti Dynamic Cruise Control with Braking function mejeng demi meringankan beban perjalanan jarak jauh. Membuat manuver lebih mudah lagi terpasang Parking Assistant sehingga Anda dapat membiarkan mobil mengeksekusi manuver parkir. Termasuk Reversing Assistant yang memberikan input setir otomatis saat jalan mundur sesuai arah awal masuk.
Baca juga: Ikut IIMS Hybrid 2021, BMW Siapkan 12 Unit Plus Luncurkan Satu Model Baru
Secuil Sensasi Berkendara
Puas mengetahui letak pembaruan 5 Series kemudian datang giliran saya menjajal. Secuil saja mencicip dinamika sang sedan eksekutif yang dipandu oleh BMW Driving Instructor, Gerry Nasution. Kegiatan ini sendiri terlaksana pada sirkuit drift J99XAR di bilangan Karawaci Tangerang. Tepatnya berada di area parkir Maxxbox Lippo Karawaci.
Ya, tidak sampai ke jalan raya. Dalam kesempatan ini disediakan tiga soal untuk dites yakni akselerasi dan deselerasi, stabilitas menikung di kecepatan tinggi, dan kelincahan bermanuver di area sempit. Paling pertama diawali dengan rintangan lurus, lanjut ke area oval sebanyak dua putaran, dan kemudian disudahi aransemen rintangan berkelok tajam sebanyak dua lap.
Untuk akselerasi mungkin tidak terlalu berekspektasi banyak. Pasalnya, di balik bonnet 520i terpasang unit empat silinder 2.000 cc TwinPower Turbo berkode B48. Merupakan pemacu daya yang juga dimanfaatkan oleh 320i. Meski begitu, bukan berarti ia dinilai payah atau loyo. Untuk kebutuhan sehari-hari jelas ekstraksi sebesar 184 hp dan torsi buas 290 Nm lebih dari cukup. Paradigma 'orang lama' yang jamak menilai kasta nomenklatur kecil tidak sanggup apa-apa tentu tidak berlaku di sini. Semua putaran kemudian tersalur ke roda belakang via transmisi otomatis Steptronic delapan percepatan.
Terkait kehebatan menikung di kecepatan tinggi tidak perlu diragukan lagi. Sektor kaki-kaki menyuguhkan rasa percaya diri tingkat tinggi. Belum lagi disokong intervensi komputer demi sajikan pengalaman berkendara aman dan presisi. Contoh saja sekompi bantuan dalam peranti stabilitas Dynamic Stability Control (DSC). Termasuk di dalamnya Cornering Brake Control (CBC), Automatic Stability Control (ASC), Dynamic Brake Control (DBC), Electronic Differential Lock Control (EDLC), Dynamic Traction Control (DTC), dan lainnya. Sederhananya, segala peranti ini bantu berikan handling optimal dan selamat selama perjalanan.
Satu hal yang justru mungkin agak diragukan adalah kemampuannya bermanuver di jalan sempit berkelok. Seperti disebut di awal, 5er bukan sebuah sedan kompak. Pun BMW Seri 3 yang lebih kecil saja tidak bisa dibilang benar-benar ringkas. Apalagi 5 Series. Gigantis, dimensinya setara tubuh 7er SWB generasi E38 pada dekade 90-an.
Kendati begitu, dimensi besar tidak melulu identik dengan kurang lincah. Sang sedan eksekutif ternyata tergolong impresif ketika diajak bermanuver di kecepatan rendah. Input setir tajam dan memiliki rasio pendek yang bisa mematah. Namun semua itu pun tidak membuatnya latah di kecepatan tinggi. Semua terkomposisi rapih meski feedback setir dinilai agak mati rasa. (Krm)
Hyundai Santa Fe 2021
Bagi masyarakat urban, Hyundai Santa Fe terbaru bisa jadi salah satu produk dengan sajiannya yang lengkap. Mulai dari desain (eksterior dan interior) hingga pada performanya yang patut diacungi jempol. Kami berkesempatan untuk mencoba New Hyundai Santa Fe dengan rute Jakarta-Bogor-Jakarta dengan berbagai kondisi jalan, mulai dari jalan perkotaan, tol hingga blusukan di area pembangunan sekitar Bogor Selatan.
Hyundai Santa Fe punya tampang yang memang mencolok berkat desain fascia depannya yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Desain grill yang terintegrasi dengan lampu depannya membuatnya sangat mudah dikenali, belum lagi desain headlight LED dengan T-Shaped yang makin menegaskan identitas Santa Fe baru dari depan. Dengan demikian sangat mudah mengenali wujud dari New Santa Fe lewat fascia depannya.
Bagian menarik yang patut dieksplore dari New Santa Fe adalah mesin diesel 4-silinder 2,2-liter CRDi yang telah mendapat penyempurnaan. Dikawinkan dengan transmisi otomatis 8-percepatan, performa mesin diesel New Santa Fe terasa meledak-ledak saat dipakai berakselerasi di jalan raya. Perpindahan transmisi otomatisnya terasa responsif membaca putaran mesin sehingga tenaga 200 hp dan torsi 441 Nm tersaji begitu cepat tanpa jeda.
Product Expert PT Hyundai Motor Indonesia (HMID), Bonar Pakpahan sempat menjelaskan secara rinci ubahan apa saja yang dilakukan pada mesin New Santa Fe. Ternyata para insinyur Hyundai membuat racikan khusus hingga ke ruang bakar dan piston demi menghasilkan pengalaman berkendara yang maksimal. Jujur saja, performa New Santa Fe diesel jauh lebih galak jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang memiliki kapasitas mesin sedikit lebih besar.
Berbeda lagi kalau kita bicarakan performa New Santa Fe versi bensin yang dibekali dengan mesin 4-silinder 2,5-liter MPi. Dikawinkan dengan transmisi otomatis 6-percepatan, Hyundai Santa Fe bermesin bensin punya karakter yang lebih sopan saat memuntahkan tenaga 178 hp dan torsi 232 Nm ke rodanya. Kalau boleh dibilang, karakternya sangat cocok untuk konsumen urban yang setiap hari menghadapi kondisi jalan yang stop & go.
New Santa Fe varian bensin adalah spesies baru ditujukan untuk memberikan pengalaman berkendara yang berbeda dari generasi sebelumnya yang hanya tersedia dalam satu varian yakni diesel. Namun jika kendaraan ini dipasarkan sebagai mobil keluarga urban yang memiliki kegiatan tak terlalu berat, rasanya sudah cukup. Ia akan mendapatkan paket menarik dari SUV berukuran sedang yang memiliki tampilan mewah, perfoma yang dapat diandalkan dan kenyamanan berupa getaran mesin yang halus dan suaranya yang hening khas mobil bermesin bensin.
Meski demikian, Astrid Ariani Widjana, General Manager PT HMID sempat menyatakan bahwa permintaan konsumen terhadap varian bensin cukup banyak bahkan menyaingi permintaan varian diesel. Sayang, Astrid tak menyebutkan secara pasti angka penjualan Hyundai Santa Fe Bensin dan Diesel.
Fitur di dalam Hyundai New Santa Fe bisa dibilang cukup banyak dan semuanya begitu fungsional. Mulai dari Remote Engine Start yang memudahkan pengendara untuk menyalakan mesin kendaraan dan AC sesaat sebelum memasuki kabin. Fitur lainnya yang cukup funngsional adalah Smart Power Tailgate yang memungkinkan membuka pintu bagasi dengan gerakan kaki di kolong mobil. Oke, hampir setiap kendaraan di segmen ini sudah dibekali dengan fitur serupa dengan istilah yang berbeda-beda. Tapi setidaknya Santa Fe tidak ketinggalan.
Berikutnya, peranti keselamatan berkendara seperti Lane Following Assist yang menjaga kendaraan tetap pada lajurnya. Seketika pengendara lengah, fitur Lane Keeping Assist segera mengkoreksi dan mengembalikan New Santa Fe kembali ke lajurnya. Kedua fitur tersebut secara apik membaca marka jalan jalan raya khususnya pada jalan tol, fitur ini cukup bermanfaat mengurangi resiko kecelakaan.
Fitur berikutnya adalah Forward Collision-Avoidance Assist (FCA) yang secara otomatis memberikan peringatan akan adanya potensi resiko tabrakan, ketika New Santa Fe terlalu dekat dengan kendaraan lain di depannya. Memang kendaraan tidak ada secara otomatis mengerem. Tapi begitu sistem membaca kemungkinan terjadinya benturan, mobil mengerem secara otomatis. Tidak hanya mobil ataupun sepeda motor, sistem juga bisa membaca objek lain di depan kendaraan seperti sepeda hingga pejalan kaki.
Sepanjang perjalanan kami hampir tidak menemukan banyak hal yang bisa dikritisi. Soal kenyamanan kabin, jujur sangat nyaman. New Santa Fe yang memiliki konfigurasi 7-penumpang yang setiap kursinya dibalut material kulit berkualitas. Posisi duduk dapat diatur secara elektrik. Kabinnya yang lapang deidesain dengan layout yang memberik kesan luas pula. Belum lagi terdapat panoramic sunroof berukuran besar di atap kabin dan menegaskan kesan elegan pada New Santa Fe.
Hyundai hanya menyediakan paket fitur yang lengkap tersebut pada varian tertinggi yakni New Santa Fe Signature, baik bermesin bensin maupun diesel. Namun sebenarnya PT HMID menghadirkan enam varian New Santa Fe untuk pasar Indonesia dengan banderol mulai dari Rp 569 Juta – Rp 729 Juta. (WH)
MG ZS EV
Elektrifikasi seakan sudah menjadi kiblat banyak pabrikan dunia belakangan ini untuk menghadirkan solusi mobilitas ramah lingkungan. Tak terkecuali pergerakannya di Tanah Air. Beberapa merek sudah memulai inisiatif menuju era elektrifikasi. Hadirkan kontestan hybrid atau EV baik itu sebatas dikenalkan atau bahkan dengan percaya diri melempar ke pasaran.
Yep, pemainnya semakin banyak pula. Paling terakhir MG – yang merupakan pemain baru – berani mengenalkan model EV ke Indonesia. Adalah MG ZS EV, sebuah versi elektrik dari crossover ZS, mejeng perdana di gelaran Indonesia International Motor Show 2021. Memang baru sebatas berkenalan dan belum sampai terjun ke lapangan. Kendati begitu, minimal sudah bisa dicoba pada area test drive IIMS 2021.
Jadi EV Tak Perlu Intimidatif, Wujudnya Mirip Model Konvensional
Lazim kita temukan sebuah model EV bergaya sangat futuristis. Ibarat datang dari masa depan dengan segala teknologi canggih yang dibungkus lenggok desain serbasederhana nan bersih. Agak intimidatif untuk standar mobil konvensional. Andai tidak intimidatif, kata yang tepat mendefinisikannya mungkin asing di mata. Contoh Hyundai Kona, Ioniq, atau Toyota C+Pod. Ada nuansa ganjil entah itu dari dimensi atau desain wajah tak berongga hidung bak mengenakan kacamata scuba di darat.
Jadi menimbulkan pertanyaan kalau masih terbiasa dengan mobil konvensional yang ‘bernapas’. Bagaimana mereka (para kontestan EV) menghirup udara? Jawabnya tentu: tidak perlu bernapas. Begitulah karakteristik sebuah mobil listrik. Jantung pacu tidak menghirup oksigen untuk mencipta gerak. Kebutuhan utamanya sebatas pendinginan komponen. Dengan demikian, pada umumnya rongga grille ditutup agar udara lebih efisien mengalir di sisi terluar.
Baca juga: Road Test Lexus UX 300e: Mobil Listrik yang Normal-Normal Saja
Tapi tidak untuk MG ZS EV. Lenggoknya masih terlihat seperti sebuah ZS konvensional dari berbagai sisi. Misal wajah dan grille kromium yang mungkin Anda kenal betul mirip pabrikan mana. Yep, sama sekali tidak terlihat seperti penyelam scuba tak berhidung. Terdapat grille ‘ala-ala’ sebagai kap penutup colokan listrik. Mudah diterima mata. Sebagai pembeda, bagian dalam tidak ditanam patron honeycomb melainkan mengusung komposisi sebaran bintang – seperti kita temui pada Mercedes-Benz atau DFSK Glory i-Auto.
Begitu pula di sisi lainnya, sekilas terlihat sama persis. Entah itu profil badan, kaca, pemanis eksterior, semua sama. Langkahnya lebih sederhana ketimbang pabrikan mobil konvensional lain yang ikut meramaikan lanskap EV. Tidak ada diferensiasi signifikan, bisa jadi wajar bila menyimpulkan ZS EV sebatas ZS setelah sukses transplantasi jantung. Paling banter terasa di perintilan mendetail seperti desain grille dan pelek.
Ialah Puncak Kemewahan ZS
Dari luar mungkin tidak ada perbedaan kentara secara visual. Berada di titik perbatasan antara tidak mau terlihat istimewa atau berusaha membantu adaptasi dengan teknologi tanpa perlu tampil nyeleneh. Setidaknya ZS EV bisa dibayangkan seperti varian tertinggi dari keluarga crossover kompak MG. Oke, MG ZS Ignite juga bisa tampil canggih dan berkelas berkat eksistensi panoramic sunroof. Tapi untuk diketahui, fungsi fitur eksterior ZS EV sedikit lebih lengkap dengan fitur tombol smart entry di handle pintu.
Rasa kelas atas jauh lebih kental di dalam kabin. Oke, desain dasbor mirip. Juga upaya MG untuk menampilkan garis keturunan mobil sport Inggris terbaca di interior. Kalau di ZS dapat kita lihat pada pemanfaatan flat bottomed steering wheel. Tidak utuh membentuk lingkaran demi pancarkan kesan sporty. Itu pun eksis di model elektris, jadi sorotan utama kala memasuki kabin.
Pertama duduk, diferensiasi nuansa elegan langsung terasa. Elemen terkuatnya adalah atmosfer gelap pemilihan bungkus jok kulit dan panel dasbor hitam. Dari situ baru bezel perak mengilap menghiasi berbagai sisi bersama aksen hitam mengilap pada head unit. Bukan perpaduan antara coklat dan hitam dengan aksen karbon yang justru membuat sebuah ZS terkesan berusaha terlalu kuat untuk tampil menawan namun kurang berhasil – murni ini soal preferensi, bebas saja bila Anda suka.
Secara pengoperasian pun terdapat perbedaan - tidak sampai mengusung kendali atau throttle lever dari pesawat, memang. MG menempatkan tuas transmisi berbentuk kenop putar untuk memilih maju, mundur, atau netral. Bukan barang baru di dunia otomotif tapi bukan komponen standar pada umumnya juga. Dengan finishing kromium, ia jadi bagian pemancar nuansa elegan. Posisinya berada dalam satu ruang bersama alat kontrol mode berkendara elektris dan opsi regenerasi tenaga KERS.
Terpasang fitur lain untuk menjadikan ZS EV terlihat sah-sah saja bila diberi label lebih tinggi. Belum dipasarkan tapi kalau melihat eksistensinya sebagai mobil listrik, bisa dipastikan jauh lebih mahal. Adalah bangku elektrik enam arah untuk pengemudi. Selain itu, daftar kelengkapan turut diramaikan oleh AC dual zone, cruise control, sampai sarana hiburan touchscreen 8 inci berisi fungsi Apple CarPlay dan Android Auto. Tak tertinggal pemanja telinga enam speaker plus 3D sound effect serta penjaga kesegaran kabin filter PM 2.5 komplet penyaring debu dan serbuk sari.
Garda keselamatan pun terbilang komprehensif. Enam airbag dan sabuk pengaman tiga titik untuk seluruh penumpang diboyongnya. Pos jaga handling juga telah disokong penjaga stabilitas kendali Electronic Stability Program (ESP). Bantuan lain berupa Tire Pressure Monitoring System (TPMS) hingga rem parkir elektrik komplet fungsi auto hold. Saat parkir pengemudi akan dipandu oleh kamera mundur dan sensor jarak.
Terasa Menyenangkan namun Agak Asing Bagi Tubuh
Eksterior dan interior tidak benar-benar menunjukkan suatu diferensiasi dari model konvensional. Tapi seperti sudah diketahui, ZS EV bertenaga listrik sepenuhnya sehingga bisa diekspektasikan terdapat sensasi berkendara berbeda total. Mengandalkan Permanent Magnet Synchronous Motor berkekuatan maksimum 143 PS dan torsi berlimpah sampai 353 Nm.
Angka ekstraksi pemacu elektris jelas jauh di atas kemampuan model konvensional. Sebagai gambaran, ruang mesin berawal diisi unit empat silinder 1.500 cc DOHC 16 katup VTi-Tech. Di atas rata-rata pemacu 1.500 cc, ia siap gelontorkan tenaga sampai 114 PS dan momen puntir 150 Nm. Bagai bumi dan langit kalau membandingkan dua kembaran ini.
Hal pertama saya coba begitu memasuki lintasan uji tentu akselerasi. Kurang lebih hanya itu pula yang bisa dijajal dengan cukup baik dalam lintasan uji terbatas di lapangan terbuka JIExpo Kemayoran. Sangat impresif. Meski dipastikan terdapat penambahan bobot dari baterai, tendangan torsi tetap berikan dorongan ekstra kuat. Kala pedal gas dibejek, mobil siap melaju bak tentara gerilya menghujam lawan dengan bayonet di tengah kesunyian.
Karakter saat dipacu jelas merepresentasikan potensi penuh gairah di atas kertas. Kendati begitu, ada rasa asing dari pengendaliannya. Seakan saraf sensorik pedal gas tidak terkoneksi langsung dengan motorik pencipta velositas. Ada sedikit birokrasi yang harus diselesaikan terlebih dahulu antarkeduanya. ‘Artifisial’ cocok mendefinisikan karakter respons dari pedal sampai menjadi gerak. Tanpa kabel untuk ditarik, tak tersedia pula deru mesin selaras tekanan dari kaki. Namun begitulah pergeseran teknologi, perlu pembiasaan.
Pembiasaan paling utama adalah menyelaraskan pendengaran dengan gerak kendaraan. Sebab dalam kabin tidak benar benar sunyi. Masih ada dentuman-dentuman lembut dari permainan suspensi di atas paving block walau tidak mengganggu. Juga terdapat suara seperti kipas menderu di daerah firewall terutama ketika terjadi regenerasi yang setara engine brake itu. Tak menjadi masalah sebab seluruh bising tidak sampai mengganggu apalagi jika sambil mendengarkan musik. Hanya saja, kalau berekspektasi mobil listrik sekelas MG ZS sesunyi sebuah sedan flagship modern, sila patahkan sendiri dengan mencobanya.
Urusan kelincahan bergerak ke kiri dan kanan perlu dites lebih lanjut. Namun sedikit bisa terbaca bahwa ZS EV tetap terkomposisi dengan baik. Bobot setir terasa pas dibarengi respons putaran presisi. Sementara itu, bantingan suspensi sedikit kaku di atas barisan gundukan buatan. Sedikit saja dan tidak sampai seperti sebuah gerobak. Boleh dibilang terdapat sensasi sporty di balik semua itu.
Soal seberapa jauh ia sanggup melaju hanya data yang saat ini bisa menjelaskan. Baterai 44,5 kWh diklaim sanggup membawa ZS bertenaga listrik sampai sejauh 335 km dalam siklus perhitungan optipistis NEDC (New European Driving Cycle). Pengisian dari wall charger rumah disebut hanya butuh waktu 6,5 jam. Sekali diisi mungkin cukup untuk pulang pergi kantor selama lima hari.
Berani Bayar Berapa untuk Crossover Listrik MG ini?
Menarik, kelengkapannya jelas berada di atas ZS konvensional trim termahal. Persis seperti hubungan Hyundai Kona Electric dan Kona biasa. Yep, saat ia mengaspal, besar kemungkinan Kona jadi rival utama. Suguhkan opsi berkendara full electric dengan banderol relatif terjangkau. Jika Kona Electric terpasang label Rp 697 juta, tampaknya MG ZS EV bisa saja diposisikan di bawah itu. Mengingat merek kenamaan Inggris ini pasarkan petarung bernilai ekstra dengan harga lebih rendah di pasaran. Masuk akal kah kalau diberi label Rp 600 jutaan? (KRM)
Honda CR-V 2021
Apa alasan Anda membeli mobil? Tampilan luar, kenyamanan kabin, performa mesin, fitur keamanan? Tentunya jawaban beragam. Tapi satu hal yang sama, konsumen kini kian dimanjakan. Para pabrikan terus mengembangkan teknologi yang mendukung kenyamanan dan keamanan berkendara. Bahkan, kini tidak perlu membeli mobil premium nan mahal untuk bisa mendapatkan pengalaman berkendara disertai teknologi canggih. Seperti yang Honda sajikan belum lama ini melalui New Honda CR-V keluaran tahun 2021, yang dijejali banyak teknologi dan fitur canggih.
Honda Prospect Motor (HPM) resmi memasarkan New Honda CR-V di Tanah Air pada Februari lalu. SUV kebanggaan Honda yang kini hadir dalam generasi kelima, membawa serangkaian kecanggihan, yaitu lewat Honda Sensing. Kemasan alias paket fitur keselamatan aktif ini sekarang bisa dinikmati dalam sebuah SUV, yang awalnya Honda sediakan lewat generasi terbaru Accord, tahun 2019 lalu.
Melalui CR-V, tentunya fitur-fitur pada Honda Sensing bisa lebih dimanfaatkan dengan disertai nilai kepraktisan yang lebih tinggi daripada Accord. Apalagi, sekarang ini SUV menjadi jenis mobil yang lebih diminati oleh konsumen di dunia, serta kemampuannya yang lebih mumpuni melahap ragam medan jalan.
Honda Sensing yang hadir pada New CR-V menawarkan rangkaian fitur pendukung keselamatan. Yaitu Collision Mitigation Braking System (CBMS), Adaptive Cruise Control (ACC) with Low Speed Follow (LSF), Lane Keeping Assist System (LKAS), Road Departure Mitigation (RDM), serta Auto High Beam (AHB). Lengkap, bak personal bodyguard Anda.
Disematkannya fitur-fitur Honda Sensing bisa diketahui lewat penyegaran eksterior dari Honda CR-V, terutama pada fascia depan. Desain grille baru yang sebenarnya berubah minor, tersemat panel sensor atau radar di bawah logo berbentuk ‘H’. Selain grille, perubahan eksterior dari New Honda CR-V 2021 hanya pada bentuk spoiler dan intake depan, tepat di bawah grille, yang menciptakan kesan lebih modern dan berkelas.
Selebihnya, tidak ada yang signifikan, bahkan nyaris terlihat. Seperti dari bumper belakang yang kini dengan aksen chrome lebih minimalis. Lalu jangan lupa dengan desain velg 18-inci yang cenderung ke arah mewah, berbentuk layaknya kelopak bunga. Grafis LED pada lampu depan dan belakang juga ikut disegarkan, agar tampak berbeda dibandingkan versi awal CR-V generasi ke-5 saat debut tahun 2017 lalu.
Selaras dengan eksterior, bagian interior New CR-V edisi 2021 juga mendapat minor upgrade yang sifatnya lebih ke visual. Satu yang paling menarik adalah sistem infotainment pada layar sentuh 7-inci. Dibandingkan sebelumnya, layar di tengah dashboard ini tampak menyatu dan tertanam ke dashboard, tidak seperti sebelumnya yang justru terlihat bawaan aftermarket. Selain infotainment, New CR-V juga punya meter cluster baru yang sepenuhnya digital, lewat layar TFT berdimensi 5-inci.
Carvaganza baru-baru ini melakukan review dan test drive untuk New Honda CR-V 2021. Nah, sebelum masuk ke mobil, kami sudah dimanjakan dengan fitur yang juga baru dibawa ke CR-V, yaitu Remote Engine Start. Jadi, sebelum bepergian, kita bisa memanaskan mesin dan mendinginkan kabin, hanya tanpa harus membuka pintu sekalipun. Cukup dengan tombol di remote keyless, CR-V bisa dinyalakan dan menjamin kabin sejuk sebelum kita kemudikan.
Jujur, sebenarnya tidak ada yang perlu diragukan lagi soal Honda CR-V sebagai SUV untuk menjadi partner mobilitas sehar-hari. Kualitas kenyamanan dan berkendaranya merupakan salah satu yang terbaik di kelasnya. Makanya tidak heran CR-V masih bertahan eksis sampai sekarang dipasarkan, sebagai salah satu produk andalan Honda.
Karena improvement yang ditawarkan melalui CR-V versi facelift ini lebih kepada fitur dan teknoliginya, maka kami fokuskan pengujian di sektor ini. Apakah rangkaian teknologi itu bisa bekerja baik dan mudah dimanfaatkan dalam kondisi berkendara sehari-hari seperti di Jakarta. Apalagi tentu saja mayoritas pengguna CR-V akan lebih berorientasi untuk keluarga, serta berkendara antar kota.
Baca juga: Bedah Perbedaan New Honda CR-V Dengan Generasi Sebelumnya
CMBS
Sebenarnya semua fitur dan teknologi baru dari Honda Sensing akan bekerja otomatis sepanjang kita berkendara. Satu yang paling sederhana dan mudah diketahui cara kerjanya adalah Collision Mitigation Braking System alias CMBS. Fitur ini bekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan tabrakan dengan kendaraan di depan kita.
Sistem kerjanya memanfaatkan sensor yang terletak pada grille dan di bagian atas kaca depan. Honda merancang CMBS bekerja dalam dua tahap, untuk meminimalisir potensi tabrakan dari arah depan. Fitur ini akan bereaksi ketika kita dianggap terlalu dekat dengan kendaraan di depan dan tidak melakukan respons untuk mengurangi kecepatan, dalam hal ini pengereman.
Contohnya saat kami berada di lalu lintas dalam kota yang padat, saat kita terlalu cepat merapatkan jarak dengan kendaraan atau obyek lain di jalan, sistem akan memberi peringatan. Bunyi dan tanda peringatan akan muncul berkedip di meter cluster. Suara peringatan cukup kencang, yang otomatis akan menigkatkan kewaspadaan kita saat lengah.
Namun jika peringatan sudah muncul dan kita tidak bereaksi dengan input ke pedal rem, CMBS akan masuk ke tahap kedua. Sistem akan mengambil alih alias override untuk melakukan pengereman secara otomatis, bahkan sampai mobil berhenti.
Kami sarankan untuk tidak membiarkan CMBS bekerja saat melaju di jalan tol atau jalan raya lengang yang memungkinkan CR-V melaju cukup kencang. Apalagi kalau pengemudi mudah kaget dan kurang punya reaksi yang baik dalam kondisi darurat. CMBS lebih aman dipakai di dalam lalu lintas dalam kota. tapi, perhatikan juga kondisi lalu lintas di sekitar kita, kalau seandainya mau sengaja menguji fitur ini.
RDM dan LKAS
Sebenarnya bisa dibilang dua fitur ini bekerja terintegrasi, karena cara kerjanya relatif mirip. Prinsipnya, Road Departure Mitigation (RDM) dan Lane Keeping Assist System (LKAS) menjaga posisi mobil agar tidak keluar lajur tanpa disadari pengemudi. Seperti CMBS, RDM dan LKAS bekerja terpisah dalam dua tahap berbeda.
Baik RDM maupun LKAS sama-sama aktif saat CR-V melaju melampaui kecepatan 72 km/jam. Keduanya juga akan membantu mobil kita tetap di posisi yang aman, saat kita lengah dengan kondisi dan laju mobil kita di jalan. Sensor dan radar akan membaca marka alias garis pembatas jalan dalam menjalankan fungsinya.
Saat kita secara tidak sadar keluar lajur atau tanpa menggunakan lampu sein, sistem akan bereaksi memberi peringatan di meter cluster. Setelahnya, RDM bekerja mengoreksi arah setir, yang tujuannya mengembalikan mobil dalam posisi yang aman di lajur awal. Bisa dibilang, setir akan bergerak otomatis saat melakukan koreksi posisi mobil. Sebagai catatan, sistem sudah aktif sejak mobil dilajukan.
Sementara untuk LKAS, merupakan tahap lanjutan dengan sistem kerja lebih menyeluruh dibandingkan RDM. Radar akan membaca marka jalan juga, termasuk marka jalan yang tidak putus. Jadi, LKAS bisa membaca dua jenis marka jalan yang berbeda, tidak seperti RDM. Fitur ini bisa diaktifkan via tombol di sisi kanan setir.
Begitu sistem membaca mobil mengarah keluar lajur tanpa input setir atau diawali lampu sein, koreksi akan dilakukan. Pertama dengan memberi visual peringatan juga di panel instrumen, lalu memberikan tanda getaran pada setir. LKAS punya kemampuan lebih dari RDM untuk mengoreksi posisi mobil atau putaran setir. Dalam rentang kecepatan LKAS bekerja, saat jalan berbelok, sistem bisa mengubah arah setir mengikuti arah jalan yang terbaca sensor.
Namun meski mampu mengubah arah setir untuk menjaga posisi CR-V tetap aman di jalan, LKAS akan ‘protes’ jika tidak digubris oleh pengemudi. Jika kemudi terbaca terlalu lama dibiarkan tanpa input sejak peringatan diberikan, display di panel instrumen meginstruksikan pengemudi untuk mengambil alih kemudi.
Secara prinsip, memang kombinasi RDM dan LKAS bisa digunakan untuk membuat New CR-V berbelok secara otomatis, tanpa kita harus pegang setir. Namun cara itu sangat tidak direkomendasikan untuk dilakukan, mengingat itu sama saja melepas kendali dengan sengaja.
Baca juga: Honda CR-V 1.5 Turbo Vs Mazda CX-5 GT, Pilih Harga Murah atau Tampilan Premium?
ACC with LSF
Di antara fitur-fitur baru yang hadir di Honda CR-V edisi 2021, gabungan dari sistem cruise control ini yang paling menarik. Bahkan dalam kondisi tertentu, kita bisa membuat CR-V melaju dengan sendirinya, baik untuk melaju maupun berhenti secara otomatis saat mengaktifkan dua fitur ini.
Adaptive Cruise Control (ACC) yang dimiliki CR-V sebenarnya tidak berbeda dengan yang dimiliki oleh mobil-mobil lain yang sudah ada sebelumnya. Cruise Control terintegrasi dengan radar dan sensor yang kini menjadi tambahan di CR-V baru. Sekarang kita bisa lajukan CR-V konstan dalam kecepatan yang kita inginkan, sekaligus menjaga jarak aman dengan kendaraan lain di depan kita.
Seperti umumnya, prinsip oeprasional cruise control pada CR-V 2021 juga baru bisa diaktifkan pada kecepatan minimal 30 km/jam. Cruise control akan lebih membantu mengemudi lebih praktis saat melintas di jalan tol yang lancar, dengan kecepatan konstan, yang salah satu manfaatnya membuat konsumsi bahan bakar lebih hemat. Dan dengan fungsi adaptive, CR-V juga bisa menjaga posisinya tetap aman dengan kendaraan lain di depan.
Terdapat tiga level jarak yang bisa kita pilih saat aktifkan Adaptive Cruise Control ini, yang kemudian secara otomatis akan menyesuaikan kecepatan juga seandainya kendaraan di depan kita lebih lamban dari kecepatan yang kita pasang di cruise control. Sistem akan secara otomatis juga mengikuti perubahan kecepatan kendaraan di depan, sampai yang paling kencang sesuai yang telah kita tentukan sejak awal.
Setidaknya dengan mengaktifkan ACC kita bisa bikin kaki lebih rileks saat perjalanan jauh, seperti keluar kota misalnya. Dengan begitu, kita bisa lebih menikmati kenyamanan CR-V yang sudah dipercaya selama lima generasinya. Mulai dari kabin yang kedap, ayunan suspensi yang lembut dan kokoh, kemudi yang mantap, juga fitur yang melimpah dan memudahkan.
Nah, menariknya dari cruise control milik New Honda CR-V yang dibawa Honda Sensing adalah fungsi Low Speed Follow (LSF). Fitur ini lebih terasa praktisnya saat kita mengemudi di tengah lalu lintas padat di dalam kota. fitur ini akan aktif begitu cruise control diaktifkan di kecepatan terendah, yaitu 30 km/jam.
Inilah yang paling menarik; saat dalam kondisi merayap, dengan Adaptive Cruise Control aktif, LSF juga masih akan menyesuaikan kecepatan CR-V dengan kedaraan di depannya. Bahkan ketika kondisi macet atau menuntut kecepatan dikurangi, sistem akan mengikuti kendaraan di depan seperti fungsinya. Sambil menjaga jarak aman, ACC dan LSF lalu dengan sigap mengaplikasi rem untuk kurangi kecepatan CR-V, bahkan sampai berhenti sama sekali.
Lalu dari kondisi berhenti ini, kemudian kendaraan di depan kembali melaju, CR-V akan otomatis mengikuti melaju tanpa kita harus input ke pedal sama sekali. Jadi bisa dibilang, CR-V seperti mengambil alih operasi pedal rem dan gas saat Low Speed Follow diaktifkan. Dengan begitu, kita hanya perlu posisikan kaki stand by di pedal rem dan tangan tetap di setir.
Tapi, meski ACC dan LSF bisa melakukan hampir semua operas dasar mengemudi, bukan berarti kita bisa percayakan sepenuhnya untuk menggantikan kita mengemudi. Memang bisa dibilang New CR-V sudah memasuki tingkat semi-autonomous, tapi tidak disarankan untuk melakukan aktivitas lain di balik setir saat dua fitur ini diaktifkan. ACC dan LSF hanya sedikit memudahkan kita dalam mencegah hal yang tidak diinginkan.
Baca juga: Honda CR-V Kini Dapat Potongan PPnBM, Cek Rekomendasi Varian Paling Sesuai
Kesimpulan
Bak pengawal pribadi, hadirnya rangkaian fitur Honda Sensing telah menjadi perkembangan yang signifikan untuk Honda CR-V edisi 2021. Apalagi jika melihat spesifikasi awalnya saat meluncur perdana tahun 2017 lalu. Seperti All-New Honda Accord, New CR-V 2021 telah masuk ke level semi-autonomous yang sebagian bisa mengambil alih peran pengemudi dalam kondisi tertentu.
Fitur Collision Mitigation Braking System (CMBS), Road Departure Mitigation (RDM), Lane Keeping Assist System (LKAS), Active Cruise Control (ACC) dan Low Speed Follow (LSF) pada CR-V yang merupakan produk mainstream andalan Honda menjadi gebrakan yang patut diacungi jempol. Artinya, Honda mulai berani untuk menyediakan fitur dan teknologi yang sebelumnya tergolong mahal, bisa dinikmati oleh para konsumen.
Sementara soal sensasi berkendaranya, seperti saya katakan di awal kalau CR-V adalah salah satu SUV yang punya kualitas berkendara paling baik di kelasnya. Mulai dari kenyamanan dengan kabin luas, kekedapannya, karakter suspensi dan setir yang ringan dan presisi, sampai mesin dan transmisi yang halus. Untuk yang mencari performa, harus diakui kalau CR-V bukanlah yang paling powerful, tapi untuk digunakan sebagai kendaraan menjelajah kota sehari-hari, rasanya tidak ada yang perlu dikeluhkan.
Jadi tidak hanya wajah baru yang sedikit berubah, Honda menawarkan new CR-V 2021 dengan limpahan fitur dan teknologi Honda Sensing yang akan membuat kita semakin aman dan dimudahkan selama perjalanan. Tertarik untuk punya? Honda CR-V 2021 bisa dimiliki dengan harga (OTR Jakarta) mulai Rp 489 juta sampai dengan Rp 577 juta. (WH)
Baca Juga: 10 Fakta Menarik Mobil Listrik Toyota bZ4X Concept
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi BMW 5 Series Sedan
Model Mobil BMW
Promo BMW 5 Series Sedan, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Mobil Unggulan BMW
- Terbaru
- Populer
Video Mobil BMW 5 Series Sedan Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Mesin
1998
|
1798
|
1496
|
1332
|
1998
|
Tenaga
190
|
190
|
204
|
163
|
184
|
Tempat Duduk
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Jenis Transmisi
Otomatis
|
Otomatis
|
Otomatis
|
Otomatis
|
Otomatis
|
Kapasitas Baterai
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Tren Sedan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil BMW 5 Series Sedan dari Carvaganza
Artikel Mobil BMW 5 Series Sedan dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review