First Drive Ferrari 296 GTB: Mesin V6 Hidup Kembali dengan Pendekatan Teknologi Hybrid
Jenama Ferrari mendapatkan angin segar setelah manajemennya diambil alih PT Eurokars Prima Utama tahun lalu. Lewat principal baru, Ferrari membawa model-model menarik untuk penggemar sport car dan kaum berduit di Indonesia. Salah satunya 296 GTB. Model ini melengkapi pilihan model Ferrari selain Portofino dan Roma yang sukses terjual di Indonesia.
Mid-rear engine Ferrari membawa teknologi hybrid yang disebut tetap memberi keasyikan berkendara. Selain itu, menandakan kembalinya mesin V6 dan menjadi model pertama bermesin enam silinder yang mendapatkan emblem Ferrari. Sebelumnya ada Dino, namun Ferrari tidak menempelkan Kuda Jingkrak.
Retro nan Elegan
Kembali soal pertemuan bersama Ferrari 296 GTB. Kesan pertama sportcar ini terlihat elegan dan futuristik. Ada rasa retro terinspirasi lekukan model 250 LM 1963, terutama pada bagian depan hingga ke kaca. Hasilnya sebuah Ferrari yang mampu menarik perhatian di jalan raya.
Sepertiga bodi belakang, terlihat sentuhan estetik dan performa yang menyatu. Engine bay transparan memperlihatkan mesin V6 120 derajat yang posisinya rebah di bawah. Terdapat active rear wing yang akan keluar saat pengemudi membutuhkan downforce saat pengereman atau tikungan. Sayap ini tersembunyi saat 296 GTB diam namun bentuk Kamm tail serta bokong sporty yang lebar dan rendah memperlihatkan desain khas pabrikan Italia tersebut.
Soal aerodinamis, banyak lubang udara di beberapa bagian. Dari depan udara masuk ke bagian bawah ke radiator pendingin. Lubang di samping headlamp bentuk tear drop langsung mendinginkan cakram untuk membantu kinerja pengereman. T-shaped diffuser di depan mengarahkan angin di bagian bawah kendaraan untuk minimalisir hambatan angin saat kecepatan tinggi. Masih ada air intake di bagian samping pilar B yang cukup besar untuk proses pernapasan dan pendinginan mesin. Paling menarik jembatan kecil di bagian atap yang mengarahkan angin langsung ke mesin dan melepaskan vortex udara ke bagian belakang. Diffuser belakangnya berukuran besar dan terlihat kekar, ditambah satu lubang knalpot yang posisinya cukup tinggi untuk melepaskan gas pembuangan.
Dari samping terlihat kompak dan ringkas tidak seperti mobil sport berukuran besar. Ferrari 296 GTB memiliki dimensi panjang 4,5 meter, lebar 1,9 meter dan tinggi 1,1 meter serta wheelbase sejauh 2.6 meter. Sisi sampingnya memperlihatkan pahatan garis desain yang atraktif terutama di bagian rumah roda yang menyatu di bagian depan hingga ke belakang. Peleknya terlihat besar dan intimidatif, yakni 20 inci model palang yang dibalut ban Michelin Sport berukuran 245/35 ZR di depan dan 305/35 ZR di belakang.
Kokpit Futuristik
Masuk ke kokpit, kesan mewahnya langsung terasa bersamaan aura futuristik. Desainnya mengingatkan SF90 Stradale dan Roma yang memang diciptakan untuk kenyamanan berkendara harian. Sentuhan bahan kulit Italia mewah hadir di dasbor, lingkar kemudi, trim pintu, serta jok berdesain sport. Sedikit membingungkan adalah banyaknya tombol mekanik dan capacitive untuk mengoperasikan kendaraan termasuk untuk fungsi Start/stop engine.
Meter cluster memperlihatkan layar MID yang bisa diakses lewat tombol di lingkar kemudi. Berbagai macam penunjuk memerlukan waktu untuk membacanya. Meski tidak lagi penting saat mobil bergerak nantinya. Fokus pengemudi ke jalan dibuat lebih baik berkat Head up display yang memudahkan informasi terkait kendaraan.
Mobil sport ini memiliki fitur yang jamak ditemui kendaraan penumpang lainnya. Seperti sistem hiburan seperti radio, koneksi telepon genggam, pendingin udara termasuk di jok serta beberapa ruang penyimpanan untuk gelas minuman. Tidak hanya konsentrasi di bagian pengemudi, pada sisi penumpang hadir juga layar sentuh LED untuk akses hiburan serta informasi terkait kendaraan sebagai pengganti head unit yang absen di mobil sport ini.
Tidak banyak impresi yang bisa diceritakan soal interior 296 GTB. Bahasan utama tentu pengalaman berkendara perdana mobil sport ini.
Penyesuaian Sistem Hibrida
Bisa dikatakan, menghidupkan 296 GTB ini justru bikin kecewa. Terutama untuk yang terbiasa mendengar teriakan lantang mesin Ferrari. Hening, senyap, anyep. Kata-kata yang bisa menggambarkan pengalaman ketika menyentuh layar capacitive Start Stop. Bahkan saat seluruh perangkat digital di dalam kabin menyala, sempat membuat bingung apakah mesin sudah menyala atau masih dalam tahap ACC on.
Namun begitu paddle shift sebelah kanan ditekan, otomatis mobil langsung masuk ke mode eDrive. Ini adalah mode yang menggunakan daya baterai dan motor listrik sebagai penggerak utamanya. Selama mencoba 296 GTB, mode ini yang banyak digunakan. Pasalnya, baterai berukuran 7,45 kWh yang terletak di belakang jok mampu membawa kendaraan sejauh 25 km serta kecepatan maksimal hingga 135 km/jam. Cukup untuk harian atau pulang pergi rumah dan kantor.
Menginjak pedal akselerator 296 GTB, mobil langsung meluncur tanpa suara. Gambaran besarnya, tidak berbeda saat menggunakan kendaraan listrik yang belakangan banyak ditawarkan pabrikan di Indonesia. Hanya saja melihat emblem kuda jingkrak berwarna kuning di lingkar kemudi, Anda tidak akan percaya sedang berada di supercar eksotis asal Italia.
Sensasi mengemudinya memerlukan beberapa penyesuaian terutama dalam hal sudut pandang. Posisi duduk nyaris rebah dengan sudut yang rendah. Untungnya ukuran kaca lebar membuat fokus mengemudi dan keperluan mengawasi sekitar kendaraan tercukupi, setidaknya dalam skenario lalu lintas perkotaan. Ferrari memberikan beberapa sensor dan fitur keselamatan berkendara termasuk di antaranya blind spot warning yang membantu selama berkendara.
Mengemudikan mobil sport ini juga cukup mudah, tidak intimidatif. Ferrari mengungkapkan memberikan peningkatan pada handling yang lebih mudah terutama untuk membaca pergerakan lingkar kemudi. Sistem kendaraan akan membaca informasi yang masuk dari cara mengemudikan kendaraan yang kemudian menyesuaikan tenaga di gardan belakang. Hasilnya, pengalaman mengemudi yang effortless.
Setelah nyaris melupakan bahwa tengah menunggangi "Kuda Jingkrak", tiba waktunya untuk mendengar teriakan mesin V6. Disebut Ferrari seperti versi mini dari mesin V12. Terdapat beberapa mode berkendara lewat layar capacitive yang disebut eManittino. Selain eDrive terdapat mode Hybrid, Performance dan Qualify. Seperti namanya, penggambaran kegunaan mereka sudah pasti untuk tujuan performa dan pengalaman adrenalin yang lebih cepat namun karakter pengisian baterai yang berbeda-beda. Mode yang mementingkan performa sudah tentu memiliki daya pengisian ulang yang lebih kecil ke baterai.
Benar saja, ketika mengubah ke mode Hybrid dan menekan paddle shift sebelah kanan untuk memasukkan gigi transmisi DCT 8-percepatan, suara khas itu terdengar menggelegar. Ferrari memberikan sentuhan teknik kepada pengaturan udara keluar dari knalpot tunggal di bagian belakang yang menggugah kemegahan suara mesin V6.
Menginjak pedal gas dalam-dalam, spontan tenaga sebesar 830 tk terkirim ke roda belakang. Mobil melesat dari diam hingga 100 km/jam dalam dua detik saja. Akselerasi secepat ini juga dibantu oleh motor listrik yang menghasilkan tenaga 167 tk. Ditambah tenaga V6 sebesar 664 tk, mobil melesat dengan torsi 750 Nm membenamkan tubuh pengemudi ke jok kulit Italia mewah di balik kemudi. Teriakan mesin terdengar merdu di belakang telinga membuat sensasi yang membuka cakrawala pemahaman mengapa Ferrari menjadi merek mobil sport paling dihormati di dunia otomotif.
Selain akselerasi dan tenaga yang terasa mendominasi, sensasi perpindahan gigi lewat paddle shift di balik kemudi juga impresif. Transmisi ini menyerupai teknologi yang terdapat di mobil F1 sehingga memberikan perpindahan yang cepat untuk menyesuaikan keinginan pengemudi. Mode Manual juga bisa dipilih di area konsol tengah yang membuat pengemudi leluasa mengatur gigi transmisi tanpa harus diganggu sistem auto kendaraan guna memberikan sensasi sporty yang lebih terasa. Sayang mode Launch control belum bisa dicoba terkait kondisi jalan dan tentunya keselamatan.
Satu lagi, Ferrari membenamkan sistem transisi seamless di mekanikal motor listrik dan mesin internal combustion engine (ICE) mereka. Sebutannya Transition Manager Actuator. Ini membuat pengalaman perpindahan penggerak yang tidak terasa antara motor listrik dan mesin konvensional selain teriakan suara mesinnya. Saat mode Hybrid, ketika baterai kembali terisi, mesin otomatis mati yang kemudian berpindah ke model eDrive. Perpindahan ini juga sering tidak disadari karena mobil masih bergerak memberikan torsi. Pengalaman yang menarik terutama untuk isu kendaraan ramah lingkungan belakangan ini.
Perhatian lain soal suspensi. Selama berada di kawasan PIK jalur yang tersedia adalah aspal dan beton kasar. Jalan yang bergelombang terhitung nyaman dilewati suspensi berkarakter kaku. Karakter suspensi ini sepertinya lebih terasa manfaatnya saat berkendara dil lintasan balap. Berkendara mobil sport berharga miliaran rupiah kekhawatiran ada pada ground clearence yang rendah. Ferrari menyadari hal ini, sehingga memberikan fitur Lifting dimana suspensi bisa dinaikkan untuk memberikan departure angle yang lebih tinggi saat menghadapi tanjakan atau turunan. Cukup menekan tombol di sisi kanan dan kecepatan dibawah 30 km per jam maka perlahan ground clearence-nya sedikit lebih tinggi.
Beberapa fitur lainnya yang dirasakan selama impresi perdana adalah pengereman teknologi ABS EVO. Cakram Brembo berukuran besar di depan dan belakang membuat kebutuhan mengurangi kecepatan 296 GTB terakomodasi cukup baik. Sistem pengereman ini juga memiliki fitur regeneratif yang bisa digunakan untuk mengisi baterai dan menggerakkan motor listrik. Fitur lainnya membantu pengemudi mobil sport pemula untuk mengontrol kendaraan lebih mudah seperti six way chassis dynamic sensor, electronic side slip control, electronic traction control, serta electronic hydraulic differential system.
Simpulan
Ferrari 296 GTB memberikan pilihan yang menarik terutama bagi penggemar mobil sport yang dituntut pertemanannya untuk memilih mobil yang lebih ramah lingkungan. Mode berkendara elektriknya membuat tetangga sebelah rumah tidak terbangun saat pulang malam hari dan menghindarkan surat keberatan dari pengurus RT terkait suara berisik mesin mobil.
Selain itu, hybrid bagi purist Ferrari jelas kemajuan yang patut disambut tangan lebar. Terlebih soal posisi mesin di tengah belakang sesuai heritage Ferrari. Selain itu, dalam beberapa tahun ke depan, penggunaan motor listrik akan lebih banyak. Ferrari juga tidak akan kehilangan jati diri berkat penggunaan mesin V6 yang lebih kecil. Secara performa dan suaranya sudah dibuktikan meyakinkan, setidaknya di impresi perdana kali ini.
Terkait harga, Ferrari Indonesia menutup rapat informasi ini. Karena setiap pemesanan Ferrari 296 GTB, masing-masing konsumen bisa memilih seperti apa kendaraannya tersebut dipersonalisasi. Mulai dari warna bodi, warna interior, hingga bahan kulit dan benang jahitan yang terdapat pada detail. Namun sebagai gambaran, NJKB DKI Jakarta Roma ada di angka Rp4,9 miliar, F8 Rp5 miliar, sedangkan 812 Superfast dan SF90 Stradale Rp7 miliar. Model 296 GTB ini perkiraannya ada di area model Roma sehingga cukup aman mengatakan mobil sport terbaru Ferrari ini kemungkinan ditawarkan di angka Rp9 miliar ke atas. (STA/ODI)
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Ferrari 296 GTB
Model Mobil Ferrari
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
- Populer
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Tenaga
663
|
335
|
306
|
532
|
641
|
Torsi
740 Nm
|
450 Nm
|
380 Nm
|
540 Nm
|
678 Nm
|
Velg alloy
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Airbag Samping Depan
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Kamera Belakang
Ya
|
-
|
-
|
-
|
Ya
|
Jok Dilapis Kulit
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
Tidak
|
Ya
|
Air Quality Control
-
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Cruise control
-
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Brake Assist
-
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Steering Wheel Gearshift Paddle
-
|
-
|
-
|
-
|
Ya
|
|
Tren Coupe
- Terbaru
- Populer
Artikel Mobil Ferrari 296 GTB dari Carvaganza
Artikel Mobil Ferrari 296 GTB dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice