Unik, Legenda Yamaha justru Jagokan Mir Menjadi Juara Dunia MotoGP
Joan Mir (Suzuki Ecstar) membuat capaian langka di MotoGP Aragon. Berkat podium ketiganya di putaran tersebut, ia mampu menggeser Fabio Quartararo (Petronas Yamaha SRT) dari pucuk klasemen. Mir pun digadang potensial memperebutkan gelar juara dunia MotoGP 2020. Salah satu legenda balap Yamaha bahkan sepakat akan hal ini.
Dialah Giacomo Agostini yang tercatat enam tahun membela tim Garpu Tala. Sepanjang kebersamaannya, dua kali ia berhasil memberikan trofi juara dunia. Sebelum akhirnya menuntaskan karir balapnya sebagai pembalap Yamaha, 1977. Bila berkaca dari memori, alangkah baiknya jika Agostini membela sesama pembalap Yamaha bukan?
Toh, salah satu peluang itu juga dimiliki Quartararo. Sayang, inkonsistensi si penunggang Yamaha M1 membuat Agostini berpendapat lain. Bukan tanpa persentase, namun pemilihan sang calon juara versinya justru mengarah kepada Mir. "Sekarang saya ikut bertaruh 70 persen untuk Joan dan 30 persen buat Fabio. Kalau Maverick dan Dovi, sebaiknya tidak perlu dipilih. Saya pilih Joan karena dia tampil sangat baik dan konsisten, meski belum memenangkan balapan," kata Agostini mengutip dari Diario AS.
"Saya juga sudah memberitahunya. Kami bicara setelah balapan. Saya mengatakan, lihat hari ini kamu menjalani balapan hebat dan posisimu di klasemen fantastis. Tapi agar bisa menjadi juara, kamu harus memenangkan balapan. Dan, katanya saya benar," sahutnya lagi.
Baca juga: MotoGP: Rossi Absen di Aragon karena Positif COVID-19, Lorenzo Ditunjuk sebagai Pengganti?
Seperti dikatakan Agostini, Mir memang belum pernah memenangkan satu pun balapan. Meski begitu, sejauh ini pembalap muda Spanyol secara kontinyu bersaing di level atas. Hingga putaran sepuluh, sudah lima podium dikantongi pengguna nomor 36. Bahkan balapan di Sirkuit Motorland Aragon menjadi titik balik Suzuki, lantaran Mir mampu membawa kembali Suzuki ke pimpinan klasemen setelah 20 tahun lamanya. Namun, dukungan Agostini terhadapnya tak membuat Mir kehilangan nalar.
"Masih ada empat balapan lagi dan apapun bisa saja terjadi. Mungkin saya paling konsisten. Tapi saya tidak akan bertahan di puncak karena bisa menjadi kesalahan besar. Di setiap balapan, saya akan coba meraih kemenangan dan podium sebanyak mungkin. Di dua seri terakhir, akan terlihat di mana saya berada. Di situlah kami membuat strategi khusus," terangnya dari Motorsport.
Menyoal Quartararo, peluang itu tetap ada dengan ketertinggalan enam poin saja dari Mir. Yang pasti El Diablo begitu sapaan si pemakai 20 dijuluki, mestilah sepiawai penampilannya di awal musim. Kita tahu, dua kemenangan beruntun diraih di Jerez dan menempatkannya sebagai pimpinan. Namun, penurunan performa terjadi setelahnya. Kedudukan Quartararo bahkan sempat turun, meski akhirnya kembali direbut setelah memenangkan MotoGP Catalunya.
Kenyataannya, selepas laga itu pun penampilannya kembali inkonsisten. Hasil tak maksimal didapat kala lakoni putaran Prancis. Malah lebih buruk lagi di laga pertama Aragon, pekan lalu. Padahal, posisinya di seri ini masih sebagai pemimpin kejuaraan. Ditambah lagi, ia memulai balapan dari pole position. Sayang, Quartararo pulang tanpa poin. Alhasil memaksanya menyerahkan tempat itu kepada Mir yang naik dari urutan dua klasemen. Pembuktian pun harus digagas kembali oleh Quartararo pada laga kedua di lintasan serupa (MotoGP Teruel), Minggu (25/10) nanti. (Ano/Tom)
Sumber: Diario AS, Motorsport
Baca juga: MotoGP: Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo Kompak, Sebut Balapan Musim 2020 Menarik Tanpa Marquez
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature