Jarang Diungkap, Michael Jordan Sempat Hampir Miliki Tim MotoGP
The Last Dance, dokumenter garapan salah satu platform streaming berbayar masih menjadi topik hangat. Sejak rilis bulan lalu, halaman sosial media cukup dipenuhi diskusi, nostalgia dan banyak respons soal ini. Kisah dinamika karir Michael Jordan, sang legenda basket 90an, memang menarik. Apalagi disajikan dari sudut pandangnya secara gamblang. Namun tahukah Anda, terdapat sebuah fakta yang jarang diungkap. Andalan Chicago Bulls itu juga lekat dengan dunia roda dua, malah hampir memiliki tim balap MotoGP.
Wilmington, North Carolina, menjadi saksi bisu masa remaja MJ yang banyak dihabiskan di atas motor. Tapi sesaat setelah membubuhi tanda tangan kontrak dengan Bulls, klub melarang keras. Bagaimanapun, statusnya menjadi pebasket profesional. Dan bermotor memiliki risiko celaka cukup besar, hingga berpotensi mengalami cidera.
Baru setelah pensiun pada 2003, pria bertubuh tinggi itu bebas melakukan yang ia mau. Gairah memacu roda dua pun muncul lagi. James Casmay, berperan besar atas ini. Mereka cukup akrab, sampai membuat perkumpulan kecil khusus riding. Sayangnya popularitas Jordan terlalu luas, membuat banyak orang bergabung demi dekat dengan sang legenda. Dan ia tak menyukai itu.
Mereka berdua memutuskan pergi secara diam-diam. Berhenti melebur dengan orang-orang yang mungkin tak begitu dikenal. Kuda besinya lebih banyak dipacu di sirkuit, yang akhirnya mempertemukan dirinya dengan Pete Mauhar, manajer senior tim balap kelas superbike.
Baca Juga: Pol Espargaro Dampingi Marc Marquez di Repsol Honda?
Ya, ini menjadi titik mula. Seperti yang tergambar dalam dokumenter, sifat Jordan begitu kompetitif. Haus akan perlombaaan. Dunia otomotif masuk dalam kerangka mimpinya – memiliki tim balap sendiri. Setelah diskusi dan berbagai pembelajaran, gagasan itu pun terealisasi pada 2004. Jordan resmi memiliki tim motorsport.
Musim balap American Motorcyclist Association (AMA) segera berlangsung di kurun waktu yang sama. Tanpa basa-basi dan persiapan lama, nyatanya ia bisa mengorganisir tim secara matang. Tentu tak lepas dari pengaruh besarnya. Sponsor lama seperti Gatorade, Hanes, Jordan Brand dan Upper Deck senantiasa menyuntik dana. Yamaha YZF-R1 dipilih untuk jadi kuda balap, lengkap dengan penunggangnya. Proses itu bahkan rampung dalam lima minggu saja.
Perlombaan perdana belum terlalu bagus – mengingat timnya baru lahir. Persiapannya juga terlampau singkat. Wajar saja hanya meraih posisi ke-35 di kelas Supersport dan urutan 23 di klasemen Superstock, pada season balap AMA 2004.
Tahun berikutnya membuahkan hasil. Gap waktu cukup panjang untuk berlatih dan bersiap. Amunisi ikut diganti, tak lagi mengandalkan Pabrikan Garpu Tala. Jordan memilih Suzuki GSX-R1000 dan berhasil meraih posisi tiga di kelas Superstock, serta peringkat delapan di Superbike.
Layaknya kejuaraan motorsport, seri AMA juga didominasi tim pabrikan, yang membuat ia dan timnya perlu kerja keras. Memang motor yang dipakai GSX, tapi tetap saja grup “asli” Suzuki Yoshimura lebih menguasai lapangan. Meski di bawah arahan pebasket itu bisa menempati podium tiga, secara keseluruhan.
Adrenalin masih terpacu. Kesulitan melawan nama besar bak bukan halangan. Memasuki 2013, mereka membuat rencana turun ke ajang balap internasional, yakni MotoGP. Sayang kali ini kompetisi tak dapat dikuasai. Belum juga mulai, sudah diterpa berbagai masalah.
Sponsor-sponsor yang jadi pondasi mulai melepas kontrak. Tak mau lagi berinvestasi atau sekadar memasang iklan. Masalahnya, persyaratan untuk daftar di MotoGP tak murah. Uang komitmen saja saat itu mencapai USD 1 juta, atau sekitar Rp Rp 12 miliar (kurs saat itu). Ditambah lagi biaya operasional setahun minimal USD 5 juta (Rp 60 miliar). Sampai akhirnya pada 2014, tim arahan Jordan dibubarkan sepenuhnya. (Hlm/Odi)
Sumber: Motopinas
Baca Juga: Valentino Rossi bakal Pensiun di tim Petronas Yamaha?
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature