Dijual Tanpa Bungkus Plastik, Kualitas Ban Michelin Diklaim Tetap Terjaga
Michelin Indonesia telah menghentikan penggunaan bungkus plastik pada produk ban motornya. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk mengurangi sampah sekali pakai dan menjalankan proses bisnis yang berkelanjutan. Namun banyak yang beranggapan kalau ban tidak dibungkus dengan plastik dapat memengaruhi kualitas.
Menanggapi hal itu, Customer Engineering Support Michelin Indonesia, Mochammad Fachrul Rozi menjelaskan, bungkus plastik ban pada awalnya hanya sebagai gimik marketing, agar terlihat menarik karena lebih mengilap. "Tanpa pembungkus dari plastik pun, kualitas ban Michelin tetap terjaga," katanya saat bincang virtual Community Gathering Michelin Indonesia bersama Journalist Max Community (JMC), Sabtu (24/7).
Secara global, langkah Michelin meniadakan bungkus plastik untuk ban motor sudah dimulai sejak akhir tahun lalu. Sedangkan buat di Indonesia mulai dijalankan Maret 2021. Hingga akhir tahun ini, pihaknya berharap bisa mengurangi lebih dari 80 persen sampah plastik sekali pakai. Tak hanya Michelin, kebijakan ini juga bakal diikuti oleh merek lain termasuk Achilles dan Corsa. Seperti kita ketahui, perusahaan ban terkemuka di dunia itu telah mengakuisisi PT Multistrada Arah Sarana Tbk pada 29 Januari 2019.
Untuk diketahui, setiap tahun Michelin dan Multistrada Arah Sarana menghabiskan rata-rata 300 ribu kilogram plastik untuk membungkus ban motor. Bungkus ini pada akhirnya dibuang dan menjadi sampah. Dan pihaknya menargetkan nol bungkus plastik ban pada akhir 2022.
Lebih lanjut pria yang karib disapa Bang Rozi mengingatkan bahwa ban mobil dijual tanpa bungkusan. Hal itu sebetulnya juga berlaku pada ban motor. Michelin merancang produknya agar kuat dan tahan di segala cuaca, baik hujan maupun panas, khususnya di jalan raya yang biasa dialami oleh wilayah tropis di Indonesia. “Jadi, meski tanpa bungkus plastik, kualitas dan performa ban tidak berubah. Karena kami memproduksinya dengan menggunakan bahan baku kualitas terbaik dan mengikuti standar keselamatan tertinggi,” jelasnya.
Di samping itu, tidak ada pembungkus untuk si kulit bundar juga dapat memudahkan penjual dan konsumen untuk menemukan ban yang mereka butuhkan. Pola kembangan jadi tampak jelas. Jadi sekarang Michelin hanya memasang stiker. Di situ memberikan informasi tentang ban, seperti kategori dan ukuran.
Di kesempatan yang sama, Head of Public Affairs and Press Relation of Michelin Indonesia, Kartika Susanti menjelaskan kalau Michelin bakal memproduksi ban yang sepenuhnya menggunakan bahan daur ulang. Setidaknya siap dipasarkan pada 2050.
Menurut Kartika, ketika ban sudah habis masa pakainya, maka akan dipotong dan dipisahkan dari kawat atau casingnya. “Prosesnya kemudian kompon tadi diolah, diekstrak dan diambil carbon black-nya saja. Ban itu dibuat dari 200 chemical. Jadi yang diambil hanya bagian material pendukungnya saja. Kalau performa tidak ada bedanya dengan ban baru," jelasnya.
Meski penggunaan bahan daur ulang ban merupakan target jangka panjang. Namun Kartika mengatakan, saat ini prosesnya sudah berjalan. "Sistem penggunaan bahan daur ulang sudah mencapai 30 persen. Secara bertahap akan ditingkatkan sampai 100 persen,” tutupnya. (Bgx/Tom)
Sumber foto: Michelin, Tyremarket
Baca juga: Tak Hanya Busi, NGK Indonesia Mulai Jual Rantai Motor
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature