Turing Royal Enfield di Uttarakhand: Menjelajah Surga di Atas Dua Roda
Seingat saya, konsep menjalin persaudaraan menggunakan motor, kental dengan produsen kuda besi asal inggris, Royal Enfield. Maka, sebuah perjalanan menjelajah gunung Himalaya yang maha besar, dengan motor bernama sama, bersama para rider tangguh, sangatlah puitis.
Memori satu-satunya sebelum perjalanan yang saya ingat, berangkat dari sebuah kota di Uttar Pradesh. Namun setelah menyelesaikan perjalanan, saya tak hanya sadar bagaimana indahnya negara itu, namun juga terbentuk sebagai pengendara yang lebih matang. Inilah beberapa hal yang membuat berkendara Royal Enfield Himalayan di habitatnya, begitu tercatat di benak.
Kru
Perjalanan dipimpin rider berpengalaman, Rohan Pimpley, Barath Janakiraman dan Arun Joshi. Survei konon dilakukan tiga bulan sebelumnya, dan para pengendara ini hapal betul rute Himalaya di luar kepala. Namun, tetap saja, alam punya aneka rencana di beberapa bagian rute (longsor dan genangan air). Di luar semua kendala, mereka sukses menjamin perjalanan kami dengan aman, meyakinkan semua peserta tiba di tujuan setiap harinya.
Mobil pendukung, disebut ‘Gun Wagon’ atau ‘Van Amunisi.’ Terdiri atas dua kru; pengemudi dan seorang mekanik. Peraturannya sederhana, tak satupun pengendara boleh tertinggal di belakang Van Amunisi, dan beruntungnya, itu tak terjadi. Rahim, sang mekanik, punya mental dan tenaga yang sangat luar biasa. Di akhir perjalanan, setiap harinya ia mengecek kondisi motor, satu persatu. Hal ini demi memastikan setiap Himalayan dalam kondisi prima dan siap dikendarai keesokannya. Seolah tak bisa dipisahkan dari perjalanan, van ini memberikan rasa aman di tiap perjalanan.
Peserta
Hoax jika saya bilang bisa mengenal dan bersosialisasi dengan semua peserta pada awal perjalanan. Momen kebersamaan yang paling keren, justru saya rasakan di akhir hari ketiga, ketika kami menyalakan api unggun di hotel Chaukori. Kami berbagi pengalaman saat menjelajah dengan Himalayan, sambil menceritakan karir kami masing-masing. Semua dikemas dengan canda tawa seiring nyala api yang menghangatkan suasana di ketinggian 1.968 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Salah satu pengendara bule Australia, yang sudah jadi warga negara India. Dia bahkan lebih lokal dari kebanyakan kami yang kelahiran India dengan bahasa dan logat Hindi yang sangat kental. Ada pula dua pengendara kawakan asal Malaysia. Di antara semua pengendara India, ada pula pengusaha, dokter, penulis, insinyur, pialang saham, hingga pegawai negeri, sebut saja, semua ada! Meskipun kami terdiri dari ragam latar belakang, keinginan untuk menjelajah tempat baru dan gairah bermotor menyatukan persaudaraan kami. Saya pernah juga ikut di sesi turing Royal Enfield, dan dari semua pengalaman ini bisa saya simpulkan, Anda akan menemukan orang baik di atas motor Royal Enfield.
Genangan Air, Pemandangan dan Longsor
Hari keempat, kami berkendara dari Chaukori ke Munsiyari. Jalur ini sangat nikmat dilenggangkan kapanpun, karena pemandangan yang indah dan medan yang sedikit menantang. Jarak 40 km terakhir di jalur, adalah momen di mana kesenangan sesungguhnya tersaji. Ketika motor mendaki kian tinggi, awan dan kabut menyatu membentuk lapisan yang menutup hampir keseluruhan jalan. Semua perlengkapan hujan saya hampir tidak berguna.
Kami pun terus berdoa pada Dewa ketika hujan tak juga berhenti. Dengan jarak tersisa hanya 10 km, kami diadang lintasan air dari gunung yang sangat dalam. Untungnya, ada satu pengendara yang berani melibasnya demi mengukur kedalaman. Kami pun sontak mengikuti jalurnya, lalu tiba di hotel. Lanjut tiba di Milam Inn, dan malam pun dihabiskan dengan sambutan tarian tradisional, Chholiya.
Hari berikutnya, kami disambut pemandangan menakjubkan dari puncak Panchchula yang tertutup salju. Semua terlihat dari balkon hotel. Keren! Awan yang menutupi Himalaya perlahan bergerak pergi dan membiarkan sinar matahari mengecup puncak gunung itu. Sebuah pemandangan yang pantas diserap ke benak. Saya pun berdiri merenungi betapa tak berartinya kita di hadapan sesuatu yang maha besar seperti itu.
Sekitar 33 km dari Munsyari, kami dihadapkan pada genangan yang cukup besar. Seperti biasa, tim saya selalu tiba lebih dulu, dan kami tak tahu bagaimana melewatinya. Kamipun memilih menunggu pimpinan rombongan yang ada di grup tengah. Genangan ini cukup mengerikan, ada batu besar di balik air yang tak jelas kedalamannya. Begitu sang pimpinan melibas, kami mengikuti dan sukses melewati genangan. Entah bagaimana, saya kehilangan momentum di ujung genangan, batu yang sangat miring dan bersatu dengan jalanan membuat saya kehilangan keseimbangan dan jatuh. Dengan sedikit pertolongan, saya bangun dan melewatinya. Pelajaran di sini, tak peduli bagaimana mengerikannya medan, jangan kehilangan momentum. Pertahankan ritme berkendara dan arahkan stang ke lintasan yang diinginkan. Itu caranya! Teori ini saya terapkan ketika melewati longsor berlumpur dan bisa dilalui dengan apik.
Untuk meringkas perjalanan, jenis rute yang dipilih Royal Enfield benar-benar membuat jalur Uttarakhand sangat hidup. Semuanya asyik dinikmati namun tetap tak menakutkan untuk pengendara pemula. Lengkapi dengan peralatan mendukung dan keamanan yang terjamin, rekan berkendara yang menyenangkan, jadi paket lengkap yang bisa Anda ingat selama-lamanya.
Penulis: Praveen M, Zigwheel, Afiliasi OTO.com di India.
Alih Bahasa: Ivan Hermawan
Sumber dan foto : Zigwheels
Baca Juga: Spesifikasi Lengkap Royal Enfield TXX Interceptor Karya Thrive Motorcycle
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature