Safety Riding Offroad Berujung Terabas Menembus Karst Citatah Bersama Honda CRF150L
Awalnya Dikira Hanya Praktik Bagaimana Cara Berkendara Menggunakan Motor Trail, Namun Realita Berkata Lain
Undangan safety riding offroad dari Astra Honda Motor (AHM) sayang untuk dilewatkan. Event cuma digelar dua hari dan hanya di Kota Baru Parahyangan, Bandung. Pihak penyelenggara bilang tak perlu bawa peralatan, cukup bawa badan saja. Ya, saya pikir acara tak berlangsung lama, hanya praktik bagaimana cara berkendara menggunakan motor trail. Namun realita tak semanis ekspektasi.
Sampai di Kota Baru Parahyangan, Bandung, saya dan rekan-rekan media lain diberi perlengkapan lengkap. Serta paling krusial disiapkan motor penggaruk tanah Honda CRF150L. Setelah menggunakan semua peralatan, kami diberikan edukasi singkat cara berkendara dengan motor trail. Ya, hanya itu tanpa ada penjelasan lain.
Info lebih lanjut ketika panitia memberi arahan kalau kami bakal melintasi sekaligus mengunjungi kawasan Karst Citatah. Ternyata, ini merupakan kegiatan safety riding off-road yang dikemas dengan pengalaman terabas. Agenda vakansi sekalian juga jadi ajang pembuktian CRF150L serta menguji mental para peserta.
Rute yang dipilih dibagi dengan beberapa etape. Start dari Kota Baru Parahyangan - Gunung Bakung - Bukit Puter - KBA Cidadap. Etape 2; KBA Cidadap - Pranaraksa dan Geotheater Hawu Pabeasan. Etape 3; Pranaraksa - Puncak Tebing Hawu. Etape 4; Puncak Tebing Hawu - Guha Pawon - Stone Garden, Citatah - finish.
Jalur adventure yang kita lalui terbagi-bagi dalam beberapa lansekap. Dari mulai aspal kota, jalur berliuk perdesaan dengan tanah gembur, perbukitan sampai bebatuan. Jaraknya pun boleh dibilang singkat, hanya 4 jam perjalanan, kata pihak penyelenggara.
Sepuluh menit pertama, jalur yang dilalui masih mengarungi aspal. Lepas dari situ masuk rute pegunungan. Jalan mengecil, menanjak, serta sedikit melewati perkampungan. Dihias pula pemandangan kebun warga dan hutan liar. Berkendara masih dengan gestur santai, tak diburu-buru. Toh salah satu bagian penting dari kegiatan ini adalah menikmati, relaksasi. Bukan melulu patuh urutan jadwal yang direncanakan.
Namun selang beberapa menit kemudian, rute menjadi menakutkan. Ternyata ada jalanan menanjak yang cukup tinggi. Saya berfikir, lewat jalur mendaki berarti ada lintasan menurun. Benar saja, turunannya terjal. Adrenalin mulai terpacu dari sini dan merangsang hasrat offroad.
Ban dual purpose bawaan CRF dengan kombinasi rem cakram belakang ditambah down shifting untuk menghasilkan engine break ternyata tak mampu menahan laju kendaraan. Motor ujug-ujug hilang traksi dan bergerak liar. Maklum tanahnya gembur dan skill pengendara belum masuk kategori profesional. Alhasil motor terjatuh.
Masih di jalur pendakian, kami bertemu lagi turunan curam dan panjang. Kejadian serupa terulang kembali. Karet bundar belakang mengunci dan keseimbangan badan tak terkendali. Hanya dua dari 12 peserta yang tidak merasakan nikmatnya tidur di atas tanah dengan hiasan rerumputan. Wajar, satu pembalap dan satu lagi punya tinggi badan yang tak lazim.
Sampai di Bukit Bakung, kami redakan adrenalin dengan berswafoto. Bahkan salah satu jurnalis tengah menyiapkan pengambilan gambar dengan drone. Selang 15 menit beristirahat, perjalanan kembali spesial.
Jika sebelumnya sekadar melaju di permukaan gembur, titik-titik eksplorasi yang direncanakan selanjutnya kebanyakan tanah. Ya, habitat asli dari tunggangan kami. Dengan dihiasi jurang di sisi kanan, adrenalin mulai terpacu ingin segera kembali masuk lajur ekstrem.
Setelah fisik dilatih pada pendakian tadi, kontur semacam itu bukan halangan berarti lagi. Semua membetot gas dalam-dalam. Ketika masuk di jalur sempit, CRF mudah diajak bermanuver. Bobotnya masih di kisaran 120 kg. Berikut jarak jok ke tanah memberikan pijak kaki postur standar dalam kadar toleransi. Makanya adaptasi saat benar-benar disiksa offroad tak butuh waktu lama. Sebentar saja siapapun pasti lihai.
Punya modal mesin berkapasitas 149 cc SOHC satu silinder, dengan bore dan stroke 57,3 mm x 57,8 mm. Square engine, untuk mengejar putaran merata. Total daya kuda diproduksi 12,7 Hp di 8.000 rpm dan torsi 12,43 Nm pada 6.500 rpm. Saya katakan proporsinya pas. Dari segi performa, enjin tak terasa ngos-ngosan atau hilang tenaga waktu gerilya di tanjakan tanah dan batu. Bisa menuntaskan, tapi perlu kerja keras.
Tanpa perlu banyak mengayun selongsong, motor terus merangkak tanpa hilang traksi. Padahal tanjakan batu yang saya lewati terbilang curam. Respons gasnya positif. Tenaga langsung keluar secara presisi, tanpa jeda sama sekali. Mungkin karena sudah pakai sistem injeksi, jadinya akurasi suplai bensin ke ruang bakar lebih baik.
Menariknya lagi, setelan gear CRF ini masih standar. Belum ada yang diubah sama sekali. Apalagi plat kopling dan rangkaian girboks. Full bawaan pabrik. Meski begitu, entakan kopling cukup kuat memutar keras roda belakang.
Sensasi hilang-hilang traksi tetap terasa selama perjalanan. Belakang roda kesana-kemari saat digas agak penuh sambil maju. Ini yang saya rindukan, setelah sekian lama tidak mencicip tanah.
Penyematan suspensi upside down Showa 37 mm begitu membantu. Bantingan saat menghantam melewati jalan kasar maupun berlubang dalam kecepatan tinggi terbilang bagus. Motor ajek saja melangkah meter demi meter jalur rusak. Jarak mainnya juga banyak (225 mm) – cukup buat sekadar menaklukkan medan begitu.
Memindah-mindah posisi tubuh saat kelokan, atau perlu cepat bermanuver, CRF juga dirasa tangkas. Dimensi tak terlalu besar dan tinggi membuatnya cekatan saat counter body. Buat informasi saja, total panjangnya 2,11 meter, lebar 793 mm, serta tinggi 1.135 mm. Hasilnya, motor terasa sigap sekaligus tak kekurangan ground clearance.
Etape 2 kami lewati tanpa kendala. Tapi buat titik selanjutnya kembali menantang. Panitia menunjuk salah satu bukit yang ada di belakang Geotheater Hawu Pabeasan. Ya, tujuan selanjutnya ke Puncak Tebing Hawu. Alamak! naik lagi,” gumam saya saat itu.
Lima menit berjalan, langsung disajikan celah sempit nan rimbun. Turunan cukup curam menuju jalur setapak hutan. Namun ternyata jalur yang kita lewati sedikit lebih rasional ketimbang sebelumnya. Sampai di puncak, kami bisa melihat panorama alam sekaligus menikmati camilan sore yang sudah dihidangkan oleh penyelenggara. Hanya 15 menit istirahat, perjalanan kembali berlanjut ke Stone Garden, Citatah.
Rute di depan mata kembali menantang. Berbatu dan terdapat lubang-lubang tak beraturan mulai jadi makanan menuju tujuan selanjutnya. Debu lumayan menyelimuti, jarak pandang jadi tak begitu baik. Kombinasi semacam itu menuntut gaya berkendara ekstra hati-hati, juga mengupas kemampuan trail merah putih ini dalam habitat keduanya.
Seru, tapi keadaan semakin sore. Hingga akhirnya langit gelap gulita, kami belum sampai. Bahkan satu titik poin yakni di Guha Pawon tak jadi disinggahi.
Tepat sekitar jam enam petang, kita sampai di Stone Garden, Citatah. Sebetulnya lokasi ini merupakan destinasi wisata bersejarah di wilayah Bandung Barat. Punya lanskap barisan batu-batu karst raksasa yang tersusun rapi. Pemandangannya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Dan menariknya banyak spot foto yang bisa diabadikan dari mata kamera. Tapi pupus sudah harapan. Kita tidak bisa mengabadikan momen lantaran langit sudah gelap. Akhirnya, hanya bisa bersenda gurau-lah di warung sembari isi perut dan memikirkan penginapan.
Usai suplai gizi terpenuhi, bayangan garis finish mulai menghantui. Namun tantangan belum selesai. Alih-alih mau menikmati barisan pohon dan tanah pertanian, malah dihebohkan hiruk pikuk kendaraan berat di malam hari. Ya, semua jadwal tidak sesuai rencana.
Sampailah kami di titik terakhir. Semua saling bertukar opini soal masing-masing tunggangan dan rute yang telah dilalui sembari istirahat. (BGX/ODI)
Baca Juga: Perjalanan ke Markas Volvo di Swedia, Banyak Ilmu Soal Keselamatan Didapat
-
Jelajahi Honda CRF150L
Model Motor Honda
Promo Honda CRF150L, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Motor Unggulan Honda
- Terbaru
- Populer
Video Motor Honda CRF150L Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
149.15
|
64
|
155
|
144
|
144
|
Tenaga Maksimal
13
|
-
|
16.4
|
11.1
|
12
|
Diameter x langkah
57.3 mm x 57.8 mm
|
44.5 mm x 41.6 mm
|
58 mm x 58.7 mm
|
58.0 mm x 54.4 mm
|
58 mm x 54.4 mm
|
Jenis Mesin
4-Step, SOHC, 1-Cylinder
|
Single Cylinder, 2-Stroke Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 4-Valves, Liquid Cooled SOHC VVA Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, 2-Valve, Air-Cooled, SOHC Engine
|
Single Cylinder, 4-Stroke, Air Cooled
|
Jumlah silinder
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Torsi Maksimal
12.43 Nm
|
-
|
14.3 Nm
|
12 Nm
|
11.3 Nm
|
|
Tren Off Road
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor Honda CRF150L dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature