Duel Scrambler Italia, Benelli Leoncino 500 VS Ducati Scrambler Sixty2
Scrambler Sixty2, motor entry level Ducati. Dari segi harga, kapasitas mesin dan dimensi, bisa dibilang ia yang terkecil. Sejak 2016 pertama kali diluncurkan, Sixty2 bermain sendirian di kelasnya. Namun kini ada pesaing kuat dari merek Italia lain, Benelli Leoncino 500.
Dua motor ini bergaya scrambler. Bahkan jujur saja, rupa Leoncino sangat menyerupai Sixty2, hanya saja nampak lebih kekar. Selain tak kalah keren, motor baru Benelli dinilai bisa memberikan performa lebih baik dan juga fitur yang lengkap. Dengan harga Rp 148 juta OTR Jakarta, memang Leoncino jauh lebih murah ketimbang Sixty2 yang dibanderol Rp 240 jutaan. Namun benarkah Ia lebih baik?
Desain
Perpaduan klasik-modern tertuang di keduanya. Model headlamp bulat, stoplamp segaris dan sein terpisah, masih diadaptasi guna memperlihatkan gaya klasik. Tapi apa yang ada di dalam cukup modern. Teknologi pencahayaan Leoncino ataupun Sixty2 sudah dilengkapi LED dari depan ke belakang. Bahkan dua-duanya punya DRL yang mengalur cantik di headlampnya.
Beranjak ke bagian bodi, desain pada Leoncino memiliki finishing apik dengan efek menyambung dari tangki hingga ke belakang. Jok yang digunakan juga terlihat detail dengan aksen jahitan di sekelilingnya. Tapi sayangnya, di beberapa bagian terlihat material murahan dan beberapa detil yang kurang rapi. Sedangkan pada Sixty2, lebih terlihat simple dengan lekukan cantik khas guratan Italia. Karena mengusung nama besar Ducati, jelas saja ia memiliki material serta kualitas buatan yang jempolan.
Fitur
Kedua motor dibekali monitor instrumen digital. Pada Leoncino, layarnya terbagi dua dengan model beririsan. Di sisi kiri, menunjukkan fuel meter, jam, suhu mesin dan suhu udara. Sedangkan di sisi kanan menyajikan speedometer, takometer, posisi gear, odometer dan tripmeter.
Berbeda di Sixty2, layar LCD hanya ada satu yang diletakkan condong ke kanan. Sehingga bagian tengah dan kiri stang terasa kosong. Menu yang ditampilkan sangat sederhana namun cukup lengkap. Ada speedometer, tachometer, trip meter serta indikator bensin.
Mesin
Leoncino dibekali mesin yang lebih besar ketimbang Sixty2. Jantung pacunya berkubikasi 499,6 cc dua silinder segaris dan kompresi padat di rasio 11,5:1. Tenaga yang dihasilkan sebesar 47 PS/8.500 rpm, sedangkan torsi 45 Nm bisa diraih pada 5.000 rpm. Semua tenaga itu disalurkan dengan transmisi 6-speed berkopling basah. Guna menjaga hawa panas mesin, radiator terpasang tepat di balik fork depan. Lebih menarik lagi, suara Leoncino begitu merdu dengan karakter bunyi mesin empat silinder.
Pada Sixty2 menggunakan konfigurasi mesin L Twin 399 cc, dengan dua katup persilindernya. Tak ada radiator, pendinginan mesin masih mengandalkan udara. Rasio kompresinya di angka 10,7:1 yang menghasilkan tenaga puncak 40 PS/8.750 rpm dan torsi 34 Nm pada 8.000 rpm. Karakter mesin L-Twin memang terkenal bermain di putaran menengah ke atas. Untuk menyalurkan tenaga ke roda belakang, dipasang transmisi 6-speed dengan wet multiplate clutch.
Rangka dan Suspensi
Baik Leoncino maupun Sixty2, keduanya memiliki struktur rangka yang sama, model teralis. Rangkaian tulang besi itu memeluk sekeliling mesin dan praktis membuat kesan motor jadi kekar. Tapi urusan suspensi yang terpasang berbeda. Leoncino sudah menggunakan fork upside-down berdiameter 50 mm. Ini tergolong besar. Pantas saja dari depan komposisinya terlihat begitu padat. Sedangkan untuk menopang bagian belakang, sebuah suspensi tunggal tertanam di tengah dan bisa diatur dalam berbagai setelan. Sayangnya, Sixty2 hanya dibekali peredam teleskopik 41 mm di depan lansiran Showa dan suspensi tunggal Kayaba dengan beragam setelan. Kami akui, suspensi yang dipasangkan pada Sixty2 lebih bermerek.
Pengereman
Pada sektor ini, lagi-lagi Benelli memberikan fasilitas menarik. Selain ABS sebagai peranti keamanan standar, disematkan dual disc-brake 320 mm di depan dengan kaliper dua piston masing-masing. Di belakang, single disc-brake 260 mm diapit kaliper satu piston.
Ya, Sixty2 hanya memiliki satu disc-brake 320 mm dengan kaliper 2 piston. Sedangkan di bagian belakang, berukuran 245 mm dengan kaliper 1 piston. Keduanya sudah terintegrasi dengan ABS. Tapi yang jadi menarik, peranti penahan laju ini dilansir oleh Brembo.
Simpulan
Dari segi fitur tak jauh berbeda. Dua-duanya hanya dibekali instrumen dengan informasi yang sederhana. Tak ada kontrol traksi dan mode berkendara. Dilihat dari kualitas buatan, Ducati memiliki kualitas buatan yang lebih baik dengan detil yang rapi. Begitupun peranti suspensi dan rem yang tertanam berasal dari merek-merek papan atas. Namun mengenai kelengkapan fasilitas peredaman dan pengereman, Leoncino unggul.
Dua buah disc-brake di depan mestinya bisa menahan laju lebih baik, walaupun single disc-brake kepunyaan Sixty2 merupakan hasil racikan Brembo. Selain itu, fork upside-down milik Leoncino di depan juga menjadi keunggulan tersendiri. Kualitas peredaman dan handling seharusnya lebih akurat ketimbang fork teleskopik.
Terakhir sektor mesin, Leoncino juga memiliki output lebih besar karena kapasitasnya pun berbeda jauh. Kami akui, hampir seluruh aspek Leoncino lebih unggul. Tapi ini masih hipotesa. Waktu masih perlu menjawab atas durabilitas mesin, peranti elektronik dan kepastian jaringan servis. (Hel/Odi)
Baca Juga: Tiga Pilihan Moge Dual Purpose Seharga Rp 100 Jutaan
Komparasi Benelli Leoncino 500 vs Ducati Scrambler Sixty2
Model Motor Benelli
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Populer
Video Motor Benelli Leoncino 500 Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
Kapasitas
499.6
|
373
|
373.2
|
Tenaga Maksimal
47
|
42.91
|
42.91
|
Kategori
Cruiser
|
Cafe Racer
|
Cafe Racer
|
Opsi start
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Rem Depan
Cakram Ganda
|
Disc
|
Disc
|
|
Tren Cafe Racer
- Terbaru
- Populer
Artikel Motor Benelli Leoncino 500 dari Zigwheels
- Motovaganza
Bandingkan
You can add 3 variants maximum*- Merek
- Model
- Varian