Dinamika Petualangan Norton: Dari Prajurit Perang Hingga Mengibarkan Bendera Putih
Jutaan Pound Sterling telah digelontorkan. TVS resmi mengumumkan akuisisi penuh atas Norton Motorcycles. Pasti jadi sebuah kebanggan bagi raksasa otomotif India, mengambil alih nilai sejarah. Seluruh aset di belahan Eropa kini berpindah tangan. Dan tentu meniupkan nyawa perusahaan Inggris ini dari keterpurukan keuangan, serta segala kontroversinya. Inilah pasang surut perjalanan Norton, dari menjadi prajurit perang hingga mengibarkan bendera putih.
Membangun Reputasi
Jelas bukan pabrikan kemarin sore. Norton mulai meracik sepeda motor sejak 1898. Kala itu, James Lansdowne Norton masih sekadar merakit dari komponen impor di Birmingham. Setidaknya sampai 1907. Dan sembilan tahun tadi menjadi pelajaran besar, hingga akhirnya mereka sanggup mengembangkan mekanisme mesin sendiri. Tak perlu bergantung suplai Moto Reve dari Swiss dan Peugeot lagi.
Adalah dapur pacu satu silinder 633 cc side-valve. Teknologi ini mulai diperkenalkan mulai 1908 dan sukses besar. Bahkan tetap diproduksi hingga puluhan tahun lamanya. Bersamaan juga dengan mesin 490 cc satu silinder, katup samping, yang memiliki tenaga besar pada saat itu.
Reputasi tangguh didapat. Yang lantas memikat Angkatan Darat Inggris semasa Perang Dunia I dan II. Tak kurang dari seperempat motor petarung didominasi Norton WD 16H Solo dan WD Big 4 dengan sespan - selama periode 1937-1945. Semangat nasionalis cukup tergambar, atas banyaknya suplai ke pasukan perang.
Bergulirnya waktu, pasca pertempuran besar, negara lain pun mulai melirik. Ia terlanjur dikenal sebagai motor kuat. Mesin satu silinder long stroke dinilai ampuh menggilas berbagai medan. Secara bersamaan, desain aristokrat Inggris tampak begitu anggun. Logo “Curly N” di tangki yang jadi ciri khas – hasil guratan tangan - menyiratkan kasta tersendiri pada motor-motor Norton.
Muncullah nama-nama familiar, sering kita dengar hari ini. Mulai 1949 semisal, Dominator lahir. Ini menjadi babak baru bagi Norton, dalam membangun motor. Berbekal mesin dua silinder 500 cc pushrod. Memakai garpu teleskopik dan rangka Featherbed, yang dikenal ringan sekaligus kuat.
Hingga berlanjut ke era 60an, muncul Commando, motor yang kerap menjuarai balap. Ia dianggap roda dua Inggris terbaik dan terkuat. Tak kurang dari lima ratus ribu unit terjual selama satu dekade. Memang, dentuman dapur pacu 750 cc dua silinder rasanya sulit dibilang biasa. Wajar jika digilai banyak orang. Mereka berkembang terus hingga abad 21.
Baca Juga: Toyota 2000 GT: Kisah Kolaborasi Yamaha - Toyota Menantang Tiran
Krisis Finansial
Siapa sangka dibalik kesuksesan produk, dapur keuangan mereka tak pernah beres. Bahkan saat baru saja berdiri. Bermula pada 1913, James diterpa krisis. Bisnisnya menurun. Mau tak mau melepas sebagian saham ke R.T Shelly, hingga Norton Motors Limited (Perseroan Terbatas) pun terbentuk. Bersama Bob Shelly, James merintis kembali usaha yang sudah dibangun.
Pasang surut dilalui, tapi mereka terus ajek dalam mencetak motor-motor ikonik. Hingga di 1925, bapak pendirinya wafat. Ya, roda dua ciptaannya tak sempat ia saksikan berlaga di perang ke-dua. Bob Shelly dan pewaris James-lah yang melanjutkan.
Hingga memasuki 1953, ia tak kuat lagi. Yang artinya Commando, produk jagoan mereka, lahir di bawah bendera grup Associated Motor Cycles (AMC). Bob menjual Norton ke perusahaan yang juga membawahi AJS dan Matchless. Yang pada 66 pun kembali rontok, hingga direformasi menjadi aliansi Norton-Villiers-Triumph. Singkatnya, tiap perpindahan tangan ini tak pernah mulus.
Perlahan ia mulai mengibarkan bendera putih. Saham lari ke banyak pemilik, tak hanya perusahaan Inggris. Tersebar di belahan Eropa, bahkan Amerika Utara. Nasionalismenya mulai luntur. Kendati begitu, eksperimen terus dilakukan. Memasuki 80an muncul sosok revolusioner, yakni Norton bermesin Wankel. Ya, arena balap mereka taklukkan. Beberapa edisi khusus juga sukses mencatat prestasi. Tapi seperti biasa, tidak lama. Lewat satu dekade Norton kembali dibeli perusahaan Kanada, Wildhorse Ventures – dan dibeli lagi oleh Canadian Aquilini Investment. Dan terus terombang-ambing statusnya.
Kontroversi
Pada 2008, Stuart Garner datang dengan sederet harapan. Pengusaha asal Inggris ini membeli Norton dan membawanya pulang ke “rumah”. Pabrik baru seluas 15.000 kaki di Donington Park ia rancang. Seolah-olah, menjadi titik balik masa kejayaan yang sudah lalu.
Memang benar. Produk yang dibuat tak pernah mengecewakan. Commando 961 ia revisi, ragam modernisasi dilakukan. Mesin 961 cc itu sanggup memacu daya 80 hp dan mencapai top speed lewat 200 kpj. Impresif.
Demand terus bertambah. Secara bersamaan, pada 2011, keuangan mereka turut dibantu pemerintah Inggris, menjamin pinjaman ke bank senilai 7,5 juta Pound Sterling. Namun apa daya. Antara apa yang “dimakan” dan “dicerna” tak berbanding lurus. Banyak visi tak tercapai. Parahnya lagi, beberapa motor yang sudah dipesan dan dibayar tak sampai ke tangan konsumen.
Garner jelas jadi pesakitan. Tuduhan salah urus keuangan, korupsi, hingga penipuan terus dilayangkan. Situasinya kian tak kondusif. Belum lagi tunggakan pajak lebih dari tiga juta Pound Sterling. Dan mereka, berujung mengibarkan bendera putih sepenuhnya. Norton dijual senilai 16 juta Pound Sterling ke raksasa otomotif India, TVS.
Ekspektasi Setelah Akuisisi
Seperti yang kita tahu, semua aset milik Norton sekarang dalam kuasa TVS. Dan konglomerat ini bukan tak punya pabrik di India. Namun Norton diberikan privilege. Seluruh operasi pabrik tetap berlanjut seperti biasa di Inggris. Melanjutkan rancang bangun yang sudah direncanakan. Identitasnya tetap dipertahankan. Hanya saja jangkauan rantai pasokan kini bisa lebih luas. Begitu juga soal ekspansi bisnis.
Meski terdengar serba positif, beberapa hal dipertanyakan. Beberapa waktu sebelum diambil alih, Norton sempat membuat kesepakatan dengan Moto Royale, untuk membangun motor 650 cc dua silinder di India. Bahkan grup itu tengah dalam proses meningkatkan kapasitas pabrik, demi kerjasama itu. Sementara yang dikatakan dalam rilis TVS, adalah menjalankan operasi seperti biasa. Entah kerjasama ini bakal berlanjut atau tidak, belum ada informasi pasti.
Selain itu, Garner, sang bos Norton juga baru menjual hak paten serta perlengkapan basis mesin 961 ke perusahaan Tiongkok, Jinglang. Bagaimanapun, basis ini merupakan intisari dari Norton sendiri. Yang boleh jadi bisa membuat rumit nantinya.
Ya, semoga saja kesialan tak terulang. Bendera TVS cukup besar untuk menaungi Norton berjalan ke arah lebih cerah. Peluangnya terlihat. Selama rasa bangga atas akuisisi ini bukan sekadar pembuktian mereka mampu bayar. Melainkan tetap strategis dari segi bisnis. (Hlm/Odi)
Sumber: Autocar India, Silodrome
Baca Juga: Rekam Jejak Harley-Davidson SX Series, Motor 2-Tak Pesaing Yamaha DT
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature