Shell Expert Connect Diadakan Kembali, Membahas Kesiapan Implementasi B30 di Indonesia
Shell Indonesia mengadakan Shell Expert Connect untuk ketiga kalinya. Ini merupakan wadah kolaborasi dan forum diskusi terkait isu otomotif terkini. Topik bahasan kali ini bertajuk “Maximizing Performance in B30 Implementation Era”, menggaet Pusat Pelayanan Lemigas dan dihadiri 160 mitra sekaligus pelaku bisnis.
Dalam kesempatan ini, Shell mengundang beberapa pakar dan pelaku bisnis sebagai pembicara. Diantaranya Head of Fuel and Aviation Researcher Group Lemigas, Nanang Heryawan; GM Plant Operation Buma, I Made Yatna; Technical Service Division Head Hino, Taryono; dan Product Application Specialist Shell Global Commercial Technology, Mohammad Rachman Hidayat.
Untuk implementasi B30 di Indonesia, disebutkan Nanang sudah siap. Pasalnya B30 telah melalui serangkaian pengujian secara fisika dan kimia, Performance Test Engine, uji kompatibilitas material, sampai stabilitas penyimpanan. Tak hanya lewat Lemigas, perusahaan tambang batubara, Buma, turut melakukan pengujian.
Hasil pengetesan Buma terhadap Biodiesel B30 menunjukkan pengaruh di segi konsumsi bahan bakar. Jika dibandingkan dengan bahan bakar konvensional, terjadi kenaikan sebanyak 0,83 persen. Ini mengonfirmasi data spesifikasi B30 dari Lemigas. Selain itu, sifat B30 berbasis POME (Palm Oil Methyl Ester) yang membersihkan akan memengaruhi penggunaan fuel filter. Kendati begitu, Buma sangat mendukung program pemerintah ini. Mereka juga siap bekerjasama dengan pihak terkait untuk pengujian lebih lanjut dan bagaimana antisipasinya.
Baca Juga: Aturan Larangan Kendaraan Niaga Bermuatan Lebih (ODOL) Berlaku Penuh Awal 2023
Biodiesel B30 ini sendiri menciptakan tantangan baru bagi para pelaku bisnis. Seperti dipaparkan Mohammmad Rachman Hidayat bahwa B30 berbasis POME sangat memengaruhi sistem bahan bakar dan pelumasan.
Tentu hal seperti ini pun sudah dipikirkan dengan matang oleh produsen truk seperti Hino. Mereka melakukan inovasi pada fuel system dengan membesarkan kapasitas fuel filter, serta menyiapkan option fuel strainer. Tak hanya itu, bahan pelapis dalam tangki dan pipa saluran turut diubah agar meningkatkan daya tahan kendaraan di produk truk dan bus teranyar.
Menyoal pilihan oli dan keterhubungan bahan bakar diungkapkan Rachman, “Berdasarkan pengalaman dan data Shell, pelumas yang memiliki klasifikasi mutu oli mesin API Service CI-4 terbukti mampu mengatasi bahan bakar B30 atau lebih. Hal ini disebabkan API CI-4 ini memiliki sifat soot handling yang lebih baik dibanding klasifikasi API Service di bawahnya. Klasifikasi CI-4 juga compatible dengan mesin dengan standar emisi EURO IV (non DPF) yang akan segera diterapkan di Indonesia. Karena B30 memiliki kandungan Sulphur yang lebih rendah, sehingga memungkinkan untuk memperpanjang oil drain interval,” jelas Rahman.
Deputy Director Shell Lubricants Indonesia, Andri Pratiwa, "Shell berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, terutama pelaku bisnis, dalam berbagi informasi dan pengetahuan mengenai teknologi terkini dan penerapannya. Dengan berkolaborasi, kita dapat bekerjasama mengantisipasi tantangan yang mungkin terjadi di masa depan, dan sekaligus turut memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan ilmu dan teknologi di Indonesia. Di Shell ExpertConnect kali ini, kami menghadirkan para pakar juga pelaku bisnis di industri terkait untuk dapat berbagi pengalaman, pengetahuan dan praktek terbaik untuk mensukseskan implementasi B30." (Krm/Tom)
Baca Juga: Demi Pacu Bisnis Kendaraan Komersial di Indonesia, Daimler Bikin Entitas Baru
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Terbaru
- Populer
Video Truk Terbaru di Oto
Artikel Truk dari Zigwheels
- Motovaganza